Namaku Adi, dosen di Perguruan Tinggi Swasta, seminggu yang lalu, aku dikerjai dua mahasiswiku. Kebetulan si dua mahasiswi tadi Dewi dan Sinta mendapat nilai yang dibawah standar. Mereka tergabung dengan 3 mahasiswi lainnya yang juga mendapat nilai dibawah standar. Entah kenapa aku menemukan anomali dari kelas ini, cowok-cowok yang biasanya nilainya berantakan malah pada bagus-bagus, sedangkan cewek-cewek pada jelek-jelek.
Dengan langkah semangat aku masuk ke kelas, wajah-wajah tegang sudah tergambar di wajah mahasiswa ku. Perlahan aku jelaskan mekanisme nya, setelah yakin mereka paham aku berikan kertas ujian itu satu per satu. Aku sengaja menyimpan hasil ujian Sinta dan Dewi untuk aku berikan secara private di ruang dosen. Benar saja setelah saya bagikan kertas ujian kelas jadi gaduh bukan kepalang. Karena senang.
Adi: “TENANG!!!!, Bagi yang nilainya di atas 50 silahkan tinggalkan ruangan” kataku menenangkan.
Tanpa dikomando dua kali anak-anak berebut keluar kelas. Menyisakan 5 mahasiswi di kelas itu. Dewi dan Sinta mendatangi mejaku dan bertanya.
Sinta: “Pak, kami belum dapat kertas ujiannya”
Adi: “Masa? Tapi nilai kalian ada di sini kok, kataku sambil memperlihatkan hasil ujian mereka, kamu Sinta dapat nilai 45, sedangkan kamu Dewi dapat nilai 35”
Sinta: “ Kok bisa pak? bukannya saya sudah ikut ‘ujian khusus’? masa masih ngga lulus juga?”
Dewi: “Pak temen sebelah saya yang nyontek saya aja dapet 60, masa saya dapet 35?”
Adi: “Ok, nanti saya cari dulu di ruangan, saya ngga ingat salahnya dimana”
Sinta dan Dewi berpandangan sambil senyum kecut, dan menjawab hampir bersamaan “Baik Pak”
Setelah mereka berdua duduk, aku absen satu per satu, dan kemudian aku jelaskan mekanisme ujian perbaikan. Pelan aku sapu pandanganku ke mereka sambil menguji apakah mereka paham. Aku ngga tahu mereka janjian atau bagaimana, tapi semua dari mereka menggunakan tank top yang sangat menggoda. Nggak perlu aku amati dengan detil pun aku tahu mereka tidak pakai bra, karena putting mereka yang menonjol dengan indahnya. “Assshhh sudah Adi, focus!!!” Kataku dalam hati. Tak berapa lama penjelasan itu berakhir, mereka sepakat untuk mengerjakan tugas sebagai pengganti ujian perbaikan.
Sinta dan Dewi mengikutiku saat masuk ke ruang dosen, tepat di depan pintu Sinta bertanya:
Sinta: “Satu-satu atau berdua pak?”
Adi: “Berdua lah, masa sendiri-sendiri?”
Sinta: “Kirain bapak ketagihan, hehe” dengan nada lirih dan nakal
Adi: “… ”speechless aku menjawabnya, pengen jawab iya tapi malu, pengen jawab nggak padahal emang ketagihan.
Setelah mereka masuk, aku berikan 2 hasil ujian yang memang aku sembunyikan. Sengaja aku berikan kertas ujian itu terbalik, maksudku biar si Dewi tau apa yang aku lakukan terhadap Sinta.
Adi: “ini kertas ujian kalian, coba di cek apa yang salah”
Beberapa saat mereka serius membaca kesalahannya satu per satu, sampai tiba-tiba Dewi terbelalak melihat kertas jawaban yang dipegangnya. Bagi yang sudah baca catatan sebelumnya pasti tahu apa yang ditulis Sinta. photomemek.com Alih-alih menjawab pertanyaan, Sinta malah menuliskan desahan mesranya di lembar jawaban ujian, kurang lebih seperti ini ”Wealth of Nationssshhh adalah saaaalaahsss satu ahhh Pak…naik pak…ahh situ pak…salah satuuu pengarang ahhhh”. Tentu saja si Dewi kaget bukan kepalang, herannya dia malah melanjutkan membaca kertas jawaban itu sambil menggoyang-goyangkan kakinya, tampaknya tulisan Sinta membuatnya horny. Tak berapa lama Sinta menyadari bahwa kertasnya tertukar.
Sinta: “Pak, ini bukan kertas jawaban saya”
Adi: “Masa sih??” jawabku pura-pura ngga tahu.
Sinta: “Iya pak nih namanya dilihat dong”
Dewi: “Iya pak, salah nih” ujar Dewi sambil bergetar menahan napsu setelah baca tulisan Sinta di lembar jawaban.
Adi: “Ya sudah ditukar saja, kemudian dicek apa saya salah ngoreksinya”
Sinta+Dewi: “baik pak”
Setelah bertukar kertas jawaban, giliran Sinta yang tersipu dan senyum-senyum sendiri, sambil kadang melirikku nakal penuh makna. Aku hanya membalasnya dengan senyuman tipis. Lalu Dewi memulai pertanyaan.
Dewi: “Kok nomer 3 salah pak? perasaan saya tadi liat temen yang nyontek saya nomer 3 bener kok”
Adi: “Ok bawa ke sini lembar jawaban temenmu itu”
Dewi: “Baik pak” Dewi bergegas siap-siap untuk keluar
Sinta: ” Saya ikut keluar pak?”
Adi: “Nggak usah mbak, kamu ngga lama kan Dewi?”
Dewi: “Nggak pak”
Setelah Dewi keluar, suasana jadi kikuk. Aku mencoba mematahkan suasana itu dengan pertanyaan
Adi: “Gimana mbak? Ada yang mau di komplain?”
Sinta: “Nggak pak, malu aja, bingung kenapa saya nulis kayak gini”
Adi: “Hahaha, saya juga heran mbak”
Sinta: Abis jilatan bapak enak banget siiihhh” katanya manja sambil berkerling nakal.
Tiba-tiba Sinta menyelusupkan kaki nya ke celah meja ku, dan tanpa permisi dia raba-raba kontolku pake jari-jari kakinya. Aku hanya diam, dan tersenyum sambil nahan horny. Si kontol ngga mau kompromi, tiba-tiba dia mengeras dan Sinta pun tersenyum senang
Sinta: “Nah gitu donk pak”
Adi: “Nakal kamu ya”
Aku balas olahan kaki nya dengan olahan kaki ku, kebetulan dia pakai rok mini, dengan leluasa aku selipkan di antara kedua paha nya. Aku mainkan jempolku di belahan memeknya, dan dia membelalak sambil tersenyum nakal
Sinta: “Pakkkk….shhh…ntar ketauan Dewi lho”
Adi: “Hehe…Dewi kan lagi keluar” jawabku nakal
Sinta: “Iiihhh Bapak genit…shhhh ke bawah dikit pak…shhh”
Tiba-tiba Sinta mundur dari kursinya, dan dia nyelusup ke bawah kolong mejaku. Aku kaget tapi ngga bisa menghindar karena persis dibelakang kursiku adalah tembok ruangan.
Adi: “Hei Sint…kamu ngapain?”
Sinta: “Bikin bapak seneng biar bapak ngelulusin Sinta”
Adi: “Hei…kamu pikir…dengan begi….” Zreeettt suara resletingku ditarik….”begini…ka…ka…mu” kata terbata-bata antara grogi dan horny ..”bisa lulus??”
Sinta diam ngga menjawab dan malah asyik ngejilat-jilat kontolku dari luar CD.
Adi: “Sin, udah sin…shhh…kamu ngga bakalan lulus kalo cuma dengan gitu…”
Dia diam dan focus menjilati selangkanganku….dia gigit-gigit kecil kontolku
Adi: “ SINTA….”
Sinta: “Kalo bapak mau Sinta berhenti, bapak cuma tinggal bilang ‘HENTIKAN’ pasti Sinta berhenti” katanya menggoda
Adi: “….” Lagi-lagi aku speechless, aku hanya diam, mau bilang ‘hentikan’ kok enak banget tapi kalo mau bilang ‘teruskan’ rasanya kok risih. Ah biar lah …aku duduk menyenderkan tubuhku di kursi dan membiarkan Sinta menikmati kontolku dari luar cd. Dengan lincah Sinta menyelipkan kontolku di belahan cd dan nongol lah si gundul kebanggaanku.
Sinta: : “Ini dia nih yang bikin Sinta kangen…Sinta jilat ya pak…”
Adi: “ Tapi bukan berarti kamu lulus lho ya?”
Sinta: “….ah Sinta udah ngga peduli itu lagi pak, Sinta cuma kangen sama ini, SLUURPPPSSSSS…”
Sinta menjulurkan lidahnya disaputnya belahan kontolku dan dimainkan dengan nakal. Ughhh ngilu rasanya. Dia kocok batang kontolku sambil dia kulum dan kenyot kepalanya. Ughh aku hanya bisa mendesis pelan. Tiba-tiba:
Tok-tok-tok
Adi: “ Sint udah Sint…ada orang” Sinta cuek aja dan malah tambah ganas.
Tok-tok-tok-tok … “Ini Dewi pak”
Adi: “ iyaaa silahkan” jawabku terbata-bata karena nahan enak di bawah pinggangku
Dewi: “Pak temen saya yang nyontek saya udah pulang, jadi saya mesti nyusul ke kos nya, Bapak masih lama disini?”
Adi: “Ehmmm” kataku sambil nahan ngilu “masih…sampai jam 5 mbak”
Dewi: “Baik pak, saya akan segera cari temen saya itu, Sinta udah keluar ya pak?”
Adi: “Sudah mbak, sudah lama kok” kataku bohong
Dewi: “Oww, ya udah pak, saya pamit dulu”
Adi: “Ok mbak”
Legaaa rasanya si Dewi pergi, jadi bisa focus lagi ke kenikmatan yang diberikan Sinta.
Adi: “shhhh Gila kamu Sint…nekat banget”kataku sambil ngelus rambut Sinta
Sinta: “hehe kadang yang nekat-nekat bikin Sinta tambah hot pak”
Adi: “pantesan kok kerasa lebih ngilu awwww jangan digigit Sint…sshhh”
Aku hanya mengiyakan dalam hati, memang kenyotan Sinta kali ini terasa lebih hot dan liar dibandingkan kenyotan dia minggu lalu.
Kriiinggg, suara bunyi telpon internal di mejaku berbunyi “ah shit lagi enak-enak gini ada telp” batinku
Adi: “Halo, Adi disini, ini dengan siapa?”
Ines: “ini Ines pak, staff jurusan, sekedar mengingatkan bapak ada rapat dosen 5 menit lagi”
Adi: “Ok Nes, saya berangkat”
Ines: “Kami tunggu pak”
Adi: ”Sint udahan dulu, Bapak ada rapat”
Sinta: “Ahhh bapak…dikit lagi pak, Sinta pengen sampe bapak keluar..”
Adi: “masih lama Sint…percaya deh, waktu itu aja butuh 20 menit kan? Kataku senyum nakal, bapak buru-buru nih”
Sinta: “ahhh bapak….trus nanggung donk nih…istilah ABG nya kentang nih pak”
Adi:” haha istilah apa tuh?”
Sinta: “iya kalo udah mau keluar trus ngga jadi dan nanggung namanya kentang pak kayak kentang rebus…”
Adi” haha, ada-ada aja, ok gini aja deh kamu cari tempat yang nyaman, nanti kita tuntaskan setuntas-tuntasnya biar ngga kentang”
Sinta: “hmmmm…tapi janji ngga merawanin Sinta ya pak?”
Adi: “Beres bosss…”
Sinta: “Janji juga ngelulusin Sinta di kuliah ini?”
Adi: “hahaha…liat nanti yaaaa…”
Sinta: “ hehe namanya juga usaha pak…hmmm masalah lulus atau nggak terserah bapak deh, yg penting buat Sinta sih…bisa ngemut lagi…,” katanya sambil mengerling nakal, “ok pak Sinta cari tempatnya ya?”
Adi: “ok … cari yang aman ya… mahal dikit ngga papa”
Sinta: “Ok bapakku sayang…daaaahh” katanya genit sambil meninggalkan ruanganku
Adi: “dahhh… Sinta…”
Aku bergegas ke ruang rapat. Yang sudah penuh, hingga aku akhirnya harus duduk di sebelah Ines, tepat di pojok ruangan.
Adi: “kosong Nes?”
Ines: “Kosong pak, kok tumben telat pak?”
Adi: “Biasa ada mahasiswa konsultasi”
Ines: “Mahasiswa apa mahasiswi pak?” katanya menggoda “saya sering liat banyak mahasiswi cekikikan kalo bapak lewat”
Adi: “Ah Mbak Ines bisa aja…jangan-jangan Mbak Ines ikut cekikikan?” kataku balas menggoda
Ines: “hihihi…nanti saya bilangin Bu Adi lho pak…”
Adi: “nanti aku bales bilangin suami mu donk…”
Ines: “Lha emang kita ngapain sih pak?” katanya genit
Adi: “Kalo sekarang sih belum ngapa-ngapain ngga tau 5 menit lagi, hehehe”
Ines: “ 5 menit lagi rapat pak…”
Adi: “saya milih rapet aja sama mbak Ines…”
Ines: “Pantes mahasiswi pada cekikikan pak, dosen nya genit banget hihiihi”
Aku hanya tersenyum kecut. Pikiran iseng ku berkembang, aku senggol-senggol dengkul Ines di dalam meja. Dia membalas senggolanku dengan wajah yang tetep jaim dan ngeliat ke depan. “hmmm gayung bersambut nih kayaknya” batinku. Aku lepas sepatu ku dan aku mulai raba betis nya dengan telapak kakiku yg berkaos kaki. Dia tetap diam dan tampak menikmati rabaan kaki ku, tanpa desisan tanpa perubahan ekspresi hanya mendiamkan apa yang aku lakukan.
Rapat pun dimulai, aku sudah ngga peduli dengan rapat ini, yang aku pedulikan adalah Ines, si staff jurusan yang baru 1 tahun bekerja di tempat kami. Ia punya suami, 1 anak, berkulit putih, berkacamata, rambut sebahu yang selalu dikuncir kuda dan bertubuh sangat proporsional dengan cup bra aku perkirakan 34 B. Pakaiannya yang selalu modis dan wangi, membuatku berpikir dia lebih pantas bekerja sebagai teller bank daripada admin jurusan.
Ines masih saja terdiam, meski bibir nya yang ranum mulai terbuka dan mendesis pelan “ssshhhh…” desisnya.
Posisi kami yang di sudut pojok ruangan membuat kami tidak perlu khawatir ada yang melihat kami. Gesekan jemariku semakin ke atas hingga ke belakang dengkulnya. Ia tampak menikmati ketika jempol kaki ku memainkan selahan dengkulnya desisannya bertambah nakal…
Ines: ”sshhhsss….shhhh”
Kaki ku naik menembus rok sedengkulnya dan terus hingga ke selangkangannya, dan tiba-tiba kaki ku dijepit dengan kedua paha halus nya. Dia mulai bergoyang pelan, takut ketauan aku pun berbisik ke Ines.
Adi: “ Jangan kebanyakan goyang Nes, ntar ketauan”
Ines: “ trusss gimana???”
Aku selipkan tangan ku ke rok mini nya tepat di luar cd nya, ia sempat terbelalak dan berbisik.
Ines: “duhhh jangan pak…kalo gini mah Ines tambah goyang pak, ntar ketauan yang lain”
Adi: “ asal kamu ngga banyak goyang ngga akan ketauan nes, kamu liat ke depan aja”
Ines:” shhhh pak… pak” jawabnya sambil menjepit erat tanganku.
Jari jemariku memainkan memek Ines dari luar cd, sungguh terasa betul seksi nya staff jurusan ku ini. Belahan memeknya terasa, yang artinya dia nggak mencukur bersih bulu-bulu di memeknya. Ini bikin aku tambah gregetan, aku elus-elus bibir memeknya pakai kedua jariku dan desisannya tambah intens
Ines: “shhh…shhh naik dikit pak…ahhhttt di situ pak…”
Setelah menemukan titik yang dimaui Ines, aku mulai lancarkan jurus kitik-kitik maut, ya memang konyol namanya tapi setiap kali aku lakukan jurus itu istriku selalu orgasme. Aku gesekkan jari ku ke atas dan ke bawah ke kiri dan ke kanan, berputar…dan FHOOM…menggelinjanglah si Ines…sambil aku rasakan memek nya yang berkedut tidak teratur.
Ines: “shhhh pakkkkk” desisnya manja…
Adi: “Ayo Nes keluarin di tangan saya”
Ines: “ iyhaaa pak….shhhh ahhhh…”desisnya
Aku lihat ines memejamkan mata sembari menggigit bibir dan aku rasakan cd-nya semakin bertambah basah.
Ines: “udah pak Adi…” katanya lemas dan puas
Adi: “enak Nes?”
Ines: “enak pak…tapi…lebih enak kalau yang gesek bukan jarinya Pak Adi” bisiknya nakal
Adi: “Trus apa donk?” kataku berlagak bloon
Ines:” Iniiii pakkk” sambil diremasnya kontolku ku yang sudah ½ ngaceng…
Adi: “ eitsss nakal ya…”
Ines cuek saja dan terus meremas-remas kontolku, duh enak banget rasanya. Sisa ngaceng dengan Sinta plus merasakan belahan memek Ines, membuat kontolku mengeras total. Apalagi sekarang tangan lentik Ines dengan lincahnya meremas dengan lembut, ahhhh sungguh nikmat. Sesaat sebelum rasa enakku melayang, tiba-tiba Pak Kajur bicara
Pak Kajur: “Ines…snack rapat nya tolong di ambil”
Ines: “Baik pak…”jawab Ines sigap, sambil kemudian berbisik lirih “Sorry ya Pak Adi…tugas menanti, ntar kita lanjutin lagi ya” ujarnya dengan seyum tipis menggoda.
Adi: “hhhh ok Nes…” duhhhh shit … kentang dua kali nih….pertama ama Sinta, sekarang ama Ines…duuuhhhh batinku sambil memegang kepala.
Tak berapa lama rapat pun berakhir. Setelah berhasil menurunkan birahi yang sudah sampai ubun-ubun, aku pun berbaur dengan teman-teman yang lain untuk membicarakan masalah serius seputar pembelajaran. Setelah snack rapat tandas, ruangan pun bubar. Di pintu aku ketemu Ines sambil menggoda
Adi: “Pamit dulu ya mbak…inget lho utang nya”
Ines:”Utang apa pak???” katanya dengan wajah bingung.
Adi: “wah dah lupa nih???”
Ines: “????”
Aku meninggalkan Ines yang masih kebingungan.
Tit tit tit…bunyi sms di HP ku. Segera kubuka sms itu, nomer yang tidak aku kenal tulisan message nya “Pak saya udah ketemu tempatnya, Hotel N*vo*el atau I**s pak?” Aku berpikir sebentar, dan langsung ingat..”Oh iya aku kan pesen Sinta nyari tempat ya?” Aku segera balas sms itu
Adi: “ I**s aja mbak, lebih murah”
Nggak berapa lama ada sms masuk
Sinta: “Room udah Sinta booking pak, kamar 516, jangan lama-lama ya Bapakku sayanggggg”
Adi: “Ok saya meluncur 10 menit lagi”
Tiga puluh menit kemudian, aku sudah tiba di loby hotel I**s. Tanpa banyak bertanya aku masuk ke lift dan memencet angka 5. TING, pintu lift pun terbuka tepat ketika angka 5 muncul di atas pintu. Aku ketok pintu nomer 516, kudengar lamat-lamat suara Sinta.
Sinta: “yaaa, siapa???”
Adi: ”Room Service”
Sinta: “saya ngga pesen apa-apa kok” jawabnya sambil ngebuka pintu…”IIhhhhh bapak nakal…”
Adi: “Ya kan room service khusus untuk Sinta…menunya Sosis Adi”
Sinta: “iihhhhh…” jawabnya genit sambil mencubit lenganku
Ketika aku masuk ke kamar hotel itu, Sinta sudah terbalut jas mandi.
Sinta: “Mandi dulu yuk pak, biar seger”
Adi: ”Good idea”
Aku dengan bunyi kletek-kletek di lemari yang letaknya tepat berhadapan dengan kasur. Aku beranjak ke lemari itu, tapi Sinta buru-buru menarik ku ke kamar mandi. Akhirnya aku mengurungkan niat untuk membuka pintu lemari dan menuruti Sinta yang melucuti baju ku. Sinta menyisakan cd ku tetap melekat
Sinta: “kalo dibuka sekarang Sinta ngga nahan pingin ngemut pak”
Adi: “haha ya terserah kamu aja Sint”
Bathtub sudah penuh dengan air hangat. Aku mau lepas celana tapi Sinta melarangnya.
Sinta: “Jangan pak…masuk nya pake CD aja”
Adi: “Basah donk Sint”sambil aku paksa buka CD ku
Sinta: “hhhh bapak…kan Sinta jadi pengen ngemut…”
Adi: “Nanti dulu ya sayang…” aku cumbu bibir Sinta lembut sambil menuntunnya ke bath tub. Dia membalas cumbu ku dengan ganas…
Adi: “owowow mahasiswi bapak sudah horny ternyata”
Sinta: “shhhh iya pak…”
Zruuuttt aku tarik baju mandi Sinta dan tampaklah tubuh sintal perawan yang minggu lalu aku nikmati. Hmmm tampak lebih yammy kalau dilihat begini pikirku.
Adi: “Sinta yg sabunin bapak dulu ya”
Sinta: “iya pak….katanya dengan nafas nggak beraturan”
Aku duduk dan bersender di tepi bath tub. Dan membiarkan Sinta menyabuni tubuhku. Hhhh nyamannya, jari jemari lentiknya menjelajahi tubuhku dengan telaten. Aku bisa menangkap suara desahan napsu dan nafas memburu Sinta. Jari nya berhenti saat dia menyabuni selangkangan ku. Dengan nafsu yang tidak bisa disembunyikan lagi, dia urut-urut kontol ku pakai sabun pelan. Matanya tampak senang sekali. Dia urut perlahan dan semakin cepat sampe kontolku membesar, dan ia semakin cepat mengocok nya. Seakan nggak peduli dengan sabun yang ada di kontolku, dia telan kepala kontolku dan dijilatnya perlahan.
Adi: “ ughhhhttt…Sinnnnt…”
Sinta: “Sluuruppps…slerppps…Srupuutttt”
Rasa ngilu ku sampai ke ubun-ubun. Aku raih dada Sinta dan aku remas lembut. Sinta tidak menolak, justru sedotan nya bertambah liar. Ugh aku nikmati sedotannya. ‘Klek klek’ lagi-lagi aku dengar suara seperti itu. Aku coba intip dari celah pintu kamar mandi yang sedikit terbuka, terkejutnya aku ketika kulihat Dewi sedang memegang digital camera, untung karena fokusnya ke arah kontolku yg dijilat Sinta, dia tidak menyadari aku sudah mengetahui keberadaannya. Hmm tampaknya mereka mau kongkalikong lagi menjebakku. Aghhh gila sedotan dan kenyotan Sinta sungguh luar biasa. Kenikmatan yang Sinta berikan membuatku lupa sesaat akan kehadiran Dewi.
Adi: “Sint..sekarang giliran Bapak sabunin kamu ya”
Sinta: “ngggg Sinta masih kangen sama kontolnya bapak…”
Adi: “jangan serius-serius ngenyotnya nanti muncrat lho”
Sinta: “emang mau Sinta muncratin pak…SRUUUPUUUTTT”
Duhhh bener-bener naik ke ubun-ubun apalagi kocokannya di batang kontolku yang bertubi-tubi membuatku seakan nggak bisa mengontrol lagi kenikmatan itu. fantasiku.com Sempat sekilas aku liat Dewi yang sudah melupakan tugas utamanya untuk merekam adegan kami. Ia menikmati pemandangan kami berdua dengan meremas-remas memeknya dari luar celana panjangnya.
Adi: “Sinta…jujur sama bapak, kamu ajak Dewi ke sini ya?” kataku sambil melepas kontolku dari mulutnya
Sinta: “Ng…ng…nggak kok pak”
Sepintas aku dengar suara langkah kaki yang berlari dan bergegas sembunyi.
Adi: “Sungguh?, yakin???” kataku sambil keluar kamar mandi
Sinta: “…ng…”
Aku buka pintu lemari pakaian satu per satu, dan TARAAAAA….aku temukan Dewi sedang memegang camera digital sambil sembunyi di balik bed cover yang menumpuk. Dengan bugil dan percaya diri aku Tanya si Dewi:
Adi: “Ngapain kamu disini?”
Dewi: “ng…ng…ng…” jawabnya terbata-bata sambil menunduk bingung.
Adi: “Mana cameranya saya mau liat”
Dewi: “Jangan pak…”
Adi: “Mana sini” sambil aku rebut kameranya
Dewi hanya terdiam menunduk. Sepintas aku liat matanya tidak bisa lepas dari kontolku yang masih ngaceng.
Adi: “Kamu mau apakan foto-foto ini?”
Dewi:”ng…ng…”
Sinta: “Sinta yang minta pak, untuk obat kangen sama Bapak”
Adi: “Oooww…gitu jadi kalian berdua bersekongkol?”
Sinta dan Dewi mengangguk perlahan.
Adi: “Untuk apa rekaman ini?”
Dewi: “nggg untuk maksa bapak ngelulusin kami”
Adi: “Nakal ya kalian, ya sudah kalian tidak saya luluskan, habis kesabaran saya” kataku marah “saya tahu lho minggu lalu, kalian jadikan saya taruhan,kan?”
Mereka berdua berpandangan bingung dan menjawab lirih
Sinta&Dewi: “Iya pak”
Adi: “habis kesabaran saya, sudah ngga ada kesempatan buat kalian lagi” ujarku ketus
Sinta: “Pakkkk jangan donk” katanya sambil menggelendot manja “kita mau lakuin apa aja yang bapak mau kok…iya kan Dew?”
Dewi: “…ng…iiiiya” jawabnya rikuh
Adi: “Emang saya mau apa?” tanyaku ketus
Sinta: “mau dilayani kami berdua?”
Adi: “sok tahu, lagian kalo mau ngelayani saya gimana caranya? Si Dewi aja masih komplit bajunya”
Dengan malu-malu akhirnya Dewi melucuti pakaiannya. Anak ini ngga kalah seksi dengan Sinta ternyata. BB/TB 170/55 dengan bra cup 36 A, kulit putih dan putting pink., sungguh kesukaanku. Sepintas aku liat CD nya yang sudah ternoda cairan vaginanya.
Adi: “saya punya permintaan sebelum kalian melayani saya”
Dewi:”apa tuh pak?” tanyanya sambil mulai memberanikan diri.
Adi: “saya mau mengambil foto kalian berdua telanjang, ayo cepet pose”
Sinta: “Jangan donk pak”
Dewi: “Iya pak, jangan…”
Adi: “Ya sudah…Bapak pulang ya” kataku sambil mengambil celana panjang ku yang berserakan di lantai. Tiba-tiba Dewi mengamit lenganku
Dewi: “Jangan pak, baik pak kami mau difoto” jawabnya sambil memandang Sinta yang mengangguk perlahan.
Adi: “ Ok then, ayo kalian berdua tidur di kasur” pasang pose seksi ya
Sinta dan Dewi, kemudian berpose seksi di atas kasur. Pada awalnya aku foto mereka sendiri-sendiri, aku foto seluruh badan, aku close up memek nya. Tampaknya semakin difoto mereka semakin bergairah, nafas mereka semakin tak beraturan. Mungkin ini yang dinamakan eksibisionis ya? Pikirku. Mulai deh terpikir ide nakal yang lebih gila.
Adi: “Dewi, pegang susunya Sinta!” entah karena sudah sangat horny atau karena alasan lain Dewi tidak menolak perintahku, begitupun Sinta, bahkan tanpa aku perintah Sinta membalas remasan Dewi.
Hmm menyaksikan dua mahasiswi ku saling meremas sungguh menyenangkan, tak terasa kontolku kembali mengeras. Lagi lagi Tanpa diperintah, mereka berdua segera meraih kontol ku dan meremas nya bergantian. Aku memang sedang meng close-up mereka jadi berdiri berdekatan dengan mereka. Aku gunakan fasilitas rekam yang ada dalam camera yang kupegang, hmmm sungguh seksi tampaknya melihat mereka berebutan untuk menggenggam kontolku sambil tetap meremas susu kawannya. Perlahan dan bergantian mereka menjilati kepala kontolku. Uhhhh benar-benar mirip anak kecil saling berbagi permen lollipop. Saat yang satu menggenggam batangnya yang lain menjilati ujungnya. Ughhh pemandangan yang jelas harus diabadikan.
Dewi: “Bapak rebahan aja pak…shhs…”
Adi: “Ok”
Aku rebahan di kasur dengan kaki terbuka lebar. Dewi menjilati selangkangan ku, uuwhhh rasanya luar biasa, dia jilati setiap sudut ujung paha dan buah pelirku.
Dewi: “Dewi makan buahnya ya pak…shhhh…Haph”
Adi:”Awww…shhh…ngilu nak…”
Akhirnya aku menyerah dengan rekaman, aku letakkan kamera di meja samping kasur dan aku hanya telentang pasrah, tubuhku dinikmati 2 mahasiswiku. Sinta tampak mulai ngga bisa menyembunyikan kegelisahannya, pantatnya bergoyang dengan sendirinya saat menjilati kontolku. Karena kasihan aku bilang padanya.
Adi: “Sint…taruh memek kamu di muka bapak”
Sinta:” hssshhh Bapak serius? itu kan artinya Sinta ngedudukin kepala bapak?,lagian Sinta lagi enak jilatin kontol bapak…sshsluurps”
Adi: “ iya kamu balik aja badan kamu supaya kamu masih bisa jilatin kontol bapak sambil bapak jilatin memek kamu”
Sinta: “Baik pak…” jawabnya bingung
Sinta membalikkan tubuhnya dan menempatkan selangkangannya yang berbulu tipis di atas wajahku, dengan malu-malu dia bertanya
Sinta:”Sinta dudukin bapak ya, maaf ya pak…”
Bapak: “iya sayang dudukin aja”
Diletakkannya memek perawan Sinta tepat di wajahku. Aku julurkan lidahku untuk menjilati memeknya yang menganga lebar. Badan Sinta yang tadinya kaku, mulai lemas dan menikmati jilatanku. Mulutnya yang tadi seakan tidak bisa lepas dari kontolku, sekarang mulai dilepasnya, dan dia focus untuk menggerakkan pinggul rampingnya ke depan dan ke belakang. Tentunya ini mempermudah aku untuk menikmati setiap tetesan cairan memeknya.
Adi: “ Sluurppp slerppps sruuupuutt” aku sedot cairan memek nya
Sinta: “Ayo Adi….jilat terusss…sshhh haahhh enakk…naik dikit sayanggg” katanya mulai menyeracau ngga karuan.
Saat aku sedang menikmati memek Sinta yang semakin basah. Tiba-tiba aku merasa ada yang menggenggam erat pangkal kontolku. Setelah itu aku rasakan kontolku menembus daging lembut, yang aku hafal betul. Itu adalah daging yang menutupi lubang kemaluan wanita. BLEZZZZZ…
Dewi: “Ahhhh…sttttt…enakkkkk…”
Adi: “Dewi…apa yang kamu laku…” aku baru mau menyelesaikan kalimatku tiba tiba Sinta marah
Sinta: “ADI!!! Jilat yang bener jangan mikir yang lain, dasar nakal!!!” katanya kasar sambil menempelkan memeknya di bibir ku”
Aku pun menuruti kemauannya. Gila, aku jadi pemuas nafsu dua mahasiswi ku, aku jadi budak seks mereka, ngga kebalik nih??? Pikirku. Ahh cuek lah lagian dua anak ini enak-enak kok, hehe.
Aku menahan kenikmatan yang diberikan Dewi pada kontolku, pada saat yang sama aku jilati memek Sinta yang berada tepat di depan mulutku. Aku merasakan dari ujung lidahku Sinta sudah hampir mencapai puncaknya. Kedutan di memek nya bertambah sering, tubuhnya mulai menggelinjang tak terkendali, dan mulutnya menyeracau tidak karuan. Begitupun Dewi, meski masih sopan, tapi ceracauannya luar biasa. Uhhh mendengar ceracauan desahan dua anak ini membuatku sungguh-sungguh bergairah
Sinta: “Ayo Adi jilatttt jilatttttt..shhh ahhh shhh hhhaaahhh…”
Dewi: “Goyang Pakkk goyangin Dewiiii…ahhh ahhh pakkkk shhhh ahhh…”
Tak berapa lama Sinta mengejang, seluruh bobot tubuhnya dibebankan ke wajahku, dan benar saja SERRRR SERRRR keluarlah cairan hangat dari dalam lubang vagina nya.
Sinta: “Aku keluarrrr…ayo Adi…sedott semuanya HABISKAN!!!”
Adi: “SLUURPPP SRUUUPUTT SRUUUPPP..”
Sinta: “ Ahhhhh keluar lagi Pak..Pak Pak…Bapakku sayanggg Adiiii Ahhhh”
Adi: “SRUUUUPUUUTTT SLERP”
Sinta: “ahhh ahh ahhh ngilu Pak…ngilu…..ahhh…Pakkk…lagi pak lagi…Ahhhhhgttt shhhh Aghhhhh”
Untuk yang terakhir ini sungguh-sungguh meledak cairan orgasme Sinta, keluar berkali-kali dan banyak sekali.
Sinta: “ooowwooowww ahhh aghhttt shhh aoowooaoooo ADIIIIIII Ahhhhhhhh…makan semuanya sayangggg”
Aku jilat semuanya, hmmm sungguh enak cairan perawan batinku. Herannya pada saat yang sama Dewi menghentikan genjotannya, dan aku pun merasakan otot-otot vagina Dewi menjepit kontolku dengan keras..
Dewi: “Pakk, Dewi juga mau keluar Pak…Pak….ahhh Pak…ngga tahan ….keluarin ya Pak…ahhhhhstttt ughhhhh…”
Aku merasakan betul jepitan dan denyutan dinding vagina Dewi.
Adi: “ughhh nikmat banget Dewiii….”
Setelah mengeluarkan semua energinya Sinta lemas, dan tertidur di sisi ku. Kini tinggal aku dan Dewi.
Dewi: “Kok masih ngacung pak?” tanyanya heran
Adi: “ iya nih, kita doggy ya nak Dewi”
Dewi: “ok pak, tapi Dewi ngga yakin kuat deh pak” ujarnya ragu
Adi: “nggak pa pa nak, kalau sudah capek bilang Bapak ya”
Dewi: “ Iya pak”
Dewi meletakkan posisi dengan tepat, dia angkat pinggangnya hingga menungging ke atas.
Adi: “Siap sayang?”
Dewi: “Siap pak”
Aku pegang pangkal kontolku, aku pas kan di lobang memeknya dan BLUZZZHH. Kontolku masuk dengan leluasa karena cairan pelicin vagina nya yang masih banyak. Walaupun begitu rasa sempit itu masih ada.
Dewi: “aghhhh Pak…pelan-pelan sayang”
Aku mulai goyangkan pinggulku ke depan dan ke belakang, Bluzzz aku masukkan Sruuttt aku tarik hingga kepala kontolku nyangkut di bibir memek Dewi, dan Bluzzz, Sruttt, Bluzzz, Srutttt, begitu seterusnya
Dewi: “aghhh pakkkk, enakkk bangett…”
Adi:”Iyhaaa Wi…bapak juga enakkk…”
Dewi: “Ayo pak Fuck Me…Fuck Me Pak….Harder pak”
Seakan terpacu oleh kata-kata itu, goyangan pinggangku kupercepat.
Dewi: “Ahhh ahhhh yesss FUCK ME Pak…ayo sayanggg Ahhhh shit….enak bangettt”
Aku raih kedua susu nya yang menggelantung bebas sambil aku mainkan putingnya dan aku entot memeknya.
Dewi: “Ahhh yess pak…I like it pak…ahhhhsshhh…. Terus pakkk grab my boobs and fuck me hard…”
Adi: “Feel this… feel mine inside you…”
Dewi: “yesss I feel it…Pak…ahhh, I’m gonna cum pak…”
Adi:” aghhh yesss cum it baby…”
Dewi:” ahh pak Dewi ngg…ahh ngggak bisa nahannn… I can’t stand anymore pakkk..”
Adi: “ Aghtt yesss cum it baby CUM IT!!!”
Dewi: “Aghhhhttt shhh I’m Cumming pakkkk….feeel it….”
Aku merasakan jepitan memek Dewi menguat dan aku rasakan cairan dari dalam memeknya yang sangat deras…
Adi: “yesss I feel that…oghhh nice…”
Dewi: “aghhtttt….Dewi udah ngga kuat pak…” ujarnya lemas dan berusaha melepaskan cengkeraman tangan ku dipinggulnya.
Adi: “tahan bentar Dewi, Bapak juga mau keluar” tahanku sambil tetap menggoyangkan pinggul ke depan dan ke belakang.
Dewi: “Dewi udah ngga kuat pakkkk…”
Akhirnya dengan berat hati kulepaskan tubuh molek Dewi dan membiarkannya terkapar kelelahan.
Dewi: “Maaf ya pak” katanya sambil terengah-engah.
Adi: “Ngga pa pa nak…yang penting kamu puas kan?”
Dewi: “Banget pak…pacar Dewi aja ngga bisa bikin kayak gini, Bapak emang top deh…” katanya manja. “hmmm tapi bapak masih ngacung begitu ya?”
Sinta: “Masukin ke Sinta aja pak” kata Sinta yang sedari tadi memegang kamera digital.
Adi: “Sinta kan masih perawan, jangan donk Sint”
Sinta: “Abis kayaknya enak banget ngeliat si Dewi disodok bapak” sepintas aku menangkap nada cemburu dalam ucapannya.
Dewi: “wuuuh top markotop deh Sint…” ujar Dewi sambil mengacungkan kedua jempolnya.
Sinta cemberut.
Sinta: “ udah pak masukin aja, Sinta rela kok”
Adi: “Ngga ah Sint, bapak ngga mau ngambil keperawanan orang, itu kan jatah suami kamu”
Sinta tambah cemberut
Sinta:”Tuh Dewi dikasih”
Adi: “Dewi kan udah ngga perawan”
Sinta: “ Ya udah bapak perawanin Sinta aja”
Aku mendekat dan mengelus rambut nya yang sebahu
Adi: “nggak sayang…inget kan janji bapak ke kamu, kalo Bapak ngga mau ngambil keperawanan kamu?” Sinta mengangguk pelan dan berbisik
Sinta:”Sinta cemburu pak, abis kayaknya bapak enak banget sama Dewi”
Dewi:” hmmm kecuali Sinta mau dimasukin lewat belakang” kata Dewi menyela pembicaraan mesra antara aku dan Sinta.
Sinta: “Maksud lo?”
Adi: “nggak nggak bapak nggak mau”
Sinta: “Maksud lo apa Wi?”
Dewi mendekat ke Sinta dan membisikkan sesuatu. Sinta tampak ragu tapi kemudian tersenyum nakal. Ow-ow-ow senyum nakal penuh makna dan strategi.
Adi: “apa yang kalian bicarakan?”
Sinta + Dewi: “ngga pak kita cuma bicara gimana cara ngeluarin punya bapak”
Adi: “Terus? Apa solusinya?”
Dewi: “Bapak rebahan aja ya…”
Adi: “terus? Bapak diapain?”
Sinta: “Udah bapakku sayang cepet rebahan dan tutup matanya!!!” kata Sinta galak
Entah kenapa setiap diperintah Sinta aku selalu nurut ada perasaan mendesir ketika anak itu muncul galaknya. Aku merebahkan diriku sambil menutup mata. Pelan aku intip.
Sinta: “ nakal ya … ngga boleh ngintip” katanya sambil melempariku dengan celana dalam Dewi. Gile nih anak kalau sudah horny liarnya minta ampun. Aku masih berusaha ngintip.
Sinta: “..eeee nakal ya…Dewi dudukin si Bapak kita satu ini”
Dewi: “siap boss…”
Dewi membuka selangkangannya dan didudukin nya wajahku. Busyet pikirku bener-bener kebalik nih kayaknya. Masa aku jadi budak seks mereka? Sesaat setelah Dewi menduduki wajahku, aku merasakan ujung kontolku melicin, dikocok lembut, hingga akhirnya kembali mengeras. Dengan terampil Sinta melumasi seluruh batang dan kepala kontolku. Ughhh kocokan Sinta memang kelas wahid. Tak berapa lama aku rasakan kontolku semakin basah, pada saat yang sama aku rasakan cairan itu hangat. Aku tidak bisa melihat tapi bisa mendengar apa yang dikatakan Dewi.
Dewi: “yakkk bener gitu Sint, kasih ludah lagi…”
Sinta: “udah kali ya, udah licin gini”
Dewi: “ Ya elu coba aja”
Dewi tampak membantu Sinta memegang pangkal kontolku sambil tetap menduduki wajahku aku masih bingung, mereka mau ngapain. Aku lihat Sinta mulai jongkok perlahan dan Shhit…kontolku diarahkannya ke anus nya.
Adi: “ Heiii jang…” belum aku selesai mengutarakan kata-kata ku Dewi keburu menutup mulutku dengan vagina nya.
Dewi :”Udah pak diem dan nikmatin aja”
Sinta: “ gini Wi? Trus?
Dewi: “Udah lho dudukin aja aja”
Bluzzzz aku rasakan kontolku masuk ke lubang anus Sinta. Ughhhh sempitttt…
Sinta: “aghhh sakit…”
Dewi:” emang pertamanya sakit Sint, terusin aja dulu..”
Sinta: “ Aghhhh…shhhhtt mulai enak Wi…”
Dewi: “ bener kan???”
Kemudian dewi berdiri dan membiarkan aku melihat pemandangan diluar dugaanku, Sinta terduduk membelakangi ku dengan kontol ku yang menancap di anusnya.
Sinta: “Sinta goyangin ya pak…”
Adi: “shhhh terserah kamu Sint” kataku pasrah.
Tak butuh waktu lama untuk membuat ruangan hotel bintang dua itu kembali gaduh oleh suara desahan dan ceracauan penuh kenikmatan. Dinding anus Sinta yang sempit membuatku sungguh tak bisa menahan letusan kenikmatanku lagi.
Adi: “Sinnnttt bapak ngga tahan lagiii…”
Sinta: “ Sinta juga pakkk…”
Adi: “ayo Sint keluar bareng…”
Sinta: “ Ayo pak…sekaranggg….ahhhhh Adiii….”
Sambil bangkit dari rebahan aku duduk sambil kuraih dan kuremas susu Sinta. Badanku menegang, saluran sperma ku terasa penuh, urat pelvis ku sudah tak mampu lagi menawah luapan sperma yang ingin meledak keluar. Dan CROOOTTTT..CROTTT..CROTTT aku semprotkan lava kenikmatan itu di anus Sinta.
Adi: “Ahhh Sintaaa….ahhhhh shhhhhh”
Sinta: “ahhh Sinta ngerasain semprotannya pak…ahhh Sinta keluar lagi pak…ahhh Adiiiiii…”
Tubuh Sinta mengejang sesaat dan kemudian melemah. Aku pun terkapar lelah. Begitu pun Sinta, tumbang di dadaku. Setelah berhasil mengatur nafas Dewi pun datang menghampiri dan mengelus dada ku…
Dewi :” Uhhh Bapak hebattt…” katanya manja
Seakan iri, Sinta pun mendekat
Sinta:”Bapakku memang hebatt…”
Aku rangkul kedua nya aku belai Sinta dengan tangan kanan dan Dewi dengan tangan kiri.
Adi: “Kalian yang hebat, bisa memperkosa dosen”
Sinta & Dewi: “hihihi bapak bisa aja” ujar mereka sambil mencubit dada ku.
Adi:” awwww…”
Saat istirahat bersama itu kita habiskan dengan menonton rekaman di kamera digital. Kita bertiga hanya tertawa dan tesenyum melihat polah tingkah kita bertiga dua jam yang lalu. Tak berapa lama kita pun tertidur pulas. Kita mengakhiri pertempuran tiga pihak itu dengan mandi di bath tub. Wah serasa jadi raja minyak, di sebelah kanan ada gadis berkulit sawo matang dan tubuh sintal, di sebelah kiri ada gadis berkulit putih dengan tubuh yang tidak kalah kenyal. Setelah selesai mandi kita sempat ngobrol-ngobrol bentar dan mereka memutuskan untuk menginap di hotel itu malam ini. Aku sih terserah mereka, yang jelas aku harus pulang ke rumah. Beberapa menit kemudian aku meninggalkan mereka, tak lupa dengan sun lembut di dahi masing-masing. Mereka pun memeluk ku erat seakan tak mau berpisah.
Mesin mobil aku nyalakan. Sambil menyalakan radio, aku bersihkan semua sms mesra dari Sinta, maklum aku termasuk golongan Susis, hehe. Tiba-tiba aku dengar suara sms masuk, aku segera buka karena aku pikir itu istriku. Ternyata sms dari Ines si staf jurusan “Saya inget sekarang pak utang saya, besok ya pak, saya free sejak jam 4 sore siap untuk bapak makan hehe”. Hwaarakadahhh…batinku antara bingung dan senang…
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,