2 Cinta

Author:

| Kisah ini menurut penutur dialami oleh sahabatnya yang bekerja sebagai houseman atau mungkin gardener di
sebuah keluarga kaya mantan pejabat di Republik ini. Biasalah namanya mantan pejabat pasti kaya! Tidak
usah heran apalagi iri. Semua sudah punya rejeki sendiri-sendiri. Kalau orang-orang seperti kita ini
memang hanya ditakdirkan jadi “Balung Kere”, jadi hidupnya selalu serba susah.., iya kan? Apalagi jaman
sekarang semua serba susah

Mau cari kerja susah, soalnya lagi banyak PHK! Mau ternak piara susah juga, soalnya lagi musim flu
burung. Mau piara burung walet juga susah, habis banyak sekali penjarahan. Mau piara ikan juga susah,
habis lagi banyak polusi kayak di Buyat Pante itu. Apalagi mau piara monyet, lebih susah lagi, soalnya
monyetnya pada suka baca cerita dewasa, Ha.. Ha.. Ha..! Monyetnya lebih suka yang porno-porno! Payah
kan??
agar tidak bertele-tele segera saja kumulai kisah ini.
Namaku Hasan. Usiaku saat ini 57 tahun, pekerjaanku adalah sebagai penjaga merangkap pembantu rumah
tangga pada sebuah keluarga mantan pejabat sebut saja namanya Pak Broto. Aku adalah mantan tentara
dengan pangkat rendahan. Aku ikut keluarga Pak Broto sudah 30 tahun. Saat itu Pak Broto masih menjadi
seorang pegawai rendah di sebuah instansi pemerintah. Namun karena kepandaiannya, karir Pak Broto terus
menanjak. Aku mengabdi pada keluarga ini telah cukup lama hingga keluarga ini berhasil menjadi keluarga
terpandang dan terhormat di masyarakat.

Pak Broto memiliki dua orang putri yang cantik cantik dan masing-masing telah berkeluarga, namanya
Shinta dan Siska. Di usianya yang telah pensiun ini, Pak Broto menikmati sisa usianya dengan melakukan
usaha perkebunan yang dimilikinya di sebuah daerah di Jawa Tengah. Pak Broto menghabiskan waktunya
dengan kegiatan bisnis perkebunan teh di daerah Tawangmangu di dekat Solo sana.

Dengan kegiatan barunya ini Pak Broto lebih banyak menghabiskan waktunya bersama istrinya di perkebunan
miliknya. Mereka memiliki sebuah kebun Teh yang cukup luas di sana. Dan di perkebunan mereka itu juga
berdiri sebuah villa yang cukup megah. Aku sering diajak beliau kesana dahulu saat beliau masih aktif di
pemerintahan.

Sejak Pak Broto pensiun, jarang sekali beliau tinggal di Jakarta. Beliau hanya sesekali datang ke
Jakarta ini untuk meninjau rumahnya yang aku jaga, juga melihat cucunya dari putri pertamanya Siska.
Siska tinggal dengan suaminya di daerah Kemang, sedangkan putri keduanya, Shinta menempati rumah yang
aku tinggali ini bersama suaminya, Andri. Shinta belum memiliki anak, karena mereka menikah baru 6 bulan
yang lalu.

Neng Shinta dan suaminya Andri sama-sama bekerja di perusahaan swasta yang berlainan, jadi pasangan
suami istri ini selalu berangkat pagi dan pulang malam harinya bersama sama, sehingga rumah megah yang
mereka tempati praktis dipercayakan padaku selama mereka bekerja di siang hari dan berada di bawah
pengawasanku selama malam hari. Tugasku selain membersihkan rumah adalah menjaga keamanan rumah beserta
isinya.

Aku telah dipercaya Pak Broto untuk menjaga rumahnya ini berikut kedua putri dan menantunya itu. Jadi
secara otomatis aku pun harus menjaga majikanku Shinta yang memang menetap sama denganku. Shinta usianya
baru 23 tahun. Dahulu aku sempat melihat mereka berdua lahir, jadi kedua putri mereka sudah tidak asing
lagi bagiku, dan mereka pun berdua telah menganggap aku dan istriku sebagai bagian dari keluarga ini.

Dulu aku memang tinggal berdua dengan istriku di rumah ini. Namun sejak istriku ikut dengan anakku
satu-satunya yang menjadi polisi dan berdinas di daerah Riau praktis hanya aku yang ikut dengan Neng
Shinta. Anakku waktu sekolah dibantu oleh Pak Broto, sehingga aku sangat berhutang budi pada beliau.
Anakku kebetulan telah menikah dan tugas di Riau. Aku memang sempat diajak ke Riau, namun karena aku
merasa berhutang budi dan diberi tanggung jawab dan telah diamanahi Pak Broto, ajakan itu aku lewatkan
saja sebab sangat sulit mencari orang yang sebaik dan sebijaksana Pak Broto. Selama itu pun aku tinggal
di rumah Pak Broto bersama Shinta dan suaminya.

Semua pekerjaan rumah selalu aku selesaikan dengan baik dan lancar. Hampir semua waktuku aku habiskan
untuk merawat rumah dan mobil majikanku ini. Neng Shinta pun sering memberiku uang lebih karena aku
memang nggak neko neko. Shinta adalah potret wanita masa kini yang cukup cantik dan memiliki kulit yang
putih bersih. Ia juga mempunyai rambut sebahu dan menurut pendapatku wajah Shinta tidak beda jauh dari
artis-artis sinetron yang sering aku lihat di televisi.

Kalau tidak terlalu berlebihan, profil Neng Shinta agak-agak mirip dengan artis yang sering muncul di TV
saat ramai-ramainya kampanye Pilpres kemarin yang mengiklankan mantan menteri yang desersi. Walaupun
iklan itu bagiku kayaknya cukup kampungan dan menurut kesanku begitu bodoh, namun aku tak peduli..
Bagiku yang penting artis itu sangat seksi. Persis sekali dengan Neng Shinta, cerpensex.com apalagi kalau Neng Shinta
juga pakai kacamata hitam itu. Memang wajah Neng Shinta sangat cantik dan penampilannya begitu oke! Aku
maklum saja, sebab bagi mereka yang memiliki uang lebih dan kehidupan yang mapan, untuk perawatan
kecantikan dan penampilan amat mudah. Beda jauh dari aku yang hanya cuma seorang pembantunya.

Sebagai pembantu merangkap penjaga rumah, setiap malam aku wajib memeriksa seluruh keadaan rumah! Aku
harus memastikan pintu dan jendela terkunci dengan aman dan kondisi keamanan rumah harus aman dan
terkendali. Soalnya jaman sekarang lagi banyak teroris. Salah-salah nanti rumah majikanku bisa dijadikan
sasaran pemboman! Kan bisa gawat.. Bisa-bisa aku kehilangan pekerjaan! Saat memeriksa kondisi rumah
kadang-kadang aku melewati kamar majikanku Shinta dan suaminya.

Sering aku mendengar dengus nafas dan rintihan kenikmatan yang keluar dari mulut pasangan suami istri
itu. Sebagai laki-laki aku tentu saja penasaran ingin mengintip dan mengetahui apa yang terjadi dengan
pasangan itu. photomemek.com Untuk itu aku berniat untuk membuat celah di antara lipatan horden yang menutupi jendela
kamar mereka yang sangat lebar seukuran 2 meter kali 4 meteran itu. Bagiku tidak terlalu sulit untuk
membuat celah di antara lipatan kain horden itu. Karena akulah yang selalu menutup horden itu sebelum
Neng Shinta dan suaminya pulang.

Siang itu aku mengakali jendela kamar Neng Shinta agar aku dapat melihat dan memperhatikan tingkah laku
kedua pasangan yang berlainan jenis itu saat mereka bersenggama. Aku sangat penasaran ingin melihat
mereka bercinta, karena suara yang terdengar dari luar kamar sangat menggairahkan bagi telinga tuaku.
Suara rintihan Neng Shinta sangat keras terdengar seperti suara kucing betina yang sedang dientot
jantannya!

Malam itu seperti saat yang kuperkirakan mereka mulai melakukan aktivitas seksual, aku segera keluar
dari kamarku yang terletak di pojok belakang. Dengan langkah pelan kudekati kamar mereka dan mengambil
posisi dekat jendela dimana sengaja kubuat celah pada kain hordennya. Keadaan di luar kamar yang gelap
sangat membantuku dalam menuntaskan tugas pengintaianku. Kudekatkan wajahku ke kaca dan melihat ke dalam
kamar yang terang dari celah yang kubuat. Benar saja pemandangan yang kulihat sangat mendebarkan darah
tuaku. Sebagai pasangan muda tentu masa masa saat itu adalah masa yang penuh dengan madu kenikmatan
duniawi.

Apa yang kulihat benar-benar membuat jantungku berdebar dan gairahku meningkat. Aku melihat kedua tubuh
telanjang anak majikanku dan menantunya sedang bergumul di atas kasur yang empuk. Tubuh putih mulus Neng
Shinta saat itu sedang menggelepar-gelepar saat lidah suaminya, Andri menyusuri setiap jengkal kulitnya.
Sungguh pemandangan yang kontras! Seluruh tubuh Neng Shinta yang putih mulus tanpa cacat sangat kontras
dengan warna hitam rambut yang memenuhi gundukan selangkangannya yang lebat! Ya.. Hanya daerah itulah
yang tampak hitam di tubuh Neng Shinta!

Aku sangat jelas dapat melihat betapa selangkangan Neng Shinta sangat tembam dan munjung ke atas seperti
setangkup bakpao namun warnanya hitam karena ditumbuhi rambut kemaluan yang lebat! Itulah mungkin
bedanya dengan bakpao! Kalau bakpao warnanya putih.. Tapi selangkangan Neng Shinta penuh ditutupi rambut
berwarna hitam! Namun keduanya sama-sama enak dinikmati! Yang satu bikin merem melek kekenyangan yang
satunya lagi bikin merem melek karena ketagihan!

Tak lama kemudian aku melihat kedua tubuh manusia yang telanjang itu saling berdempetan menyatu. Tubuh
putih mulus Neng Shinta saat itu berada di bawah tubuh suaminya yang juga tampan itu. Suaminya saat itu
sedang melakukan gerakan maju mundur dan Neng Shinta tampaknya dalam keadaan kepayahan menahan bobot
suaminya dan gairah nafsunya. cerpensex.com Kedua kaki majikanku yang panjang dan putih itu berada di atas bahu
suaminya. Sedang tangan suaminya saat menggenjot tubuh Shinta masih berada di dada putih itu dan
meremasnya dengan kasar. Kulihat pantat Neng Shinta bergoyang dan berputar setiap kali pantat suaminya
menghunjam selangkangannya. Kedua tubuh telanjang itu saling berkutat satu sama lain.

Tiba-tiba posisi menjadi terbalik. Kini tubuh Neng Shinta yang telanjang sudah berada di atas tubuh
suaminya. Ia bergerak liar seperti seorang joki wanita yang sedang memacu kuda! Kedua bukit payudara itu
berguncang-guncang seiring dengan gerakannya. Dengan kedua tangan bertumpu di atas dada suaminya, Neng
Shinta menggerakkan pantatnya yang bulat dan mulus maju mundur. Rambutnya sudah acak-acakan karena
gerakannya yang liar. Lalu kulihat tubuh telanjang Neng Shinta terhentak-hentak dan gerakannya semakin
liar dan beberapa saat kemudian tubuhnya ambruk di atas dada suaminya.

Rupanya suaminya belum orgasme! Hal ini kuketahui karena setelah menggulingkan tubuh telanjang Neng
Shinta, Mas Andri suaminya segera bangun dan menyeret tubuh telanjang istrinya hingga menungging di sisi
tempat tidurnya. Kedua kaki Neng Shinta menjuntai ke lantai. Pantatnya yang indah semakin kelihatan
jelas dari tempatku mengintip, karena posisinya membelakangiku. Aku melihat betapa gundukan bukit
kemaluan Neng Shinta begitu indah saat menungging dalam posisi itu! Mas Andri segera menempatkan diri di
belakang pantat Neng Shinta dan kembali mengayunkan pantatnya maju-mundur. Pandanganku kini tertutup
tubuh Mas Andri.

Entah berapa lama aku tak tahu. Yang jelas saat itu kulihat Mas Andri semakin cepat mengayunkan
pantatnya menghunjamkan ke arah pantat Neng Shinta. Tubuh Mas Andri meliuk-liuk dan akhirnya ambruk dan
menindih tubuh Neng Shinta dengan ketat. Baru kali ini aku memperhatikan kehalusan dan mulusnya tubuh
majikan putriku ini. Selama aku kerja pada orang tuanya aku tidak memperhatikan perkembangan tubuh
majikan putriku itu.

Aku sempat menahan nafas saat tubuh keduanya menyatu pada bagian bawahnya juga diikuti oleh bagian
atasnya. Sebagai laki-laki yang normal aku merasa terpancing birahiku saat itu. Namun apalah dayaku yang
hanya seorang pembantu di keluarga ini. Aku yang sudah sangat terangsang segera meremas batang
kemaluanku sendiri dan melakukan onani sambil mengintip. Setelah aku orgasme aku segera menuju kamarku
sendiri dan terus tidur.

Esok paginya saat aku bangun dan beres-beres aku melihat majikan putri keluar dari kamarnya dengan wajah
yang sedikit kusut dan tampak agak layu. Aku biarkan saja kejadian itu. Mungkin dia ada masalah dengan
suaminya atau apalah aku tak mau tanya pada nya. Seperti biasanyapun pagi itu aku menghidangkan makanan
kesukaan majikanku itu dimeja makan. Tidak lama kemudian mereka keluar kamar beiringan untuk sarapan
pagi sebelum berangkat ke kantor.

Tiba-tiba saat mereka sarapan itu aku dipanggil. Suaminya bilang padaku bahwa ia akan tugas keluar kota
mungkin selama 2 minggu karena ada masalah di kantornya. Suaminya titip padaku untuk menjaga rumah dan
istrinya padaku. Dengan patuh aku sanggupi permintaan suaminya itu. Dan sejak saat itu pun aku semakin
bertambah tugas dengan memastikan keadaan majikan putri itu.

Beberapa hari ini aku jadi kehilangan kesempatan untuk melihat aktifitas kamar majikan putri itu. Aku
jadi susah tidur, padahal aku setiap hari sebelumnya selalu melihat aktifitas di kamar itu dan sempat
bermasturbasi barulah aku tertidur. Memang aku akui di usiaku yang tidak muda lagi ini libidoku sering
timbul. Namun kepada siapa aku akan menyalurkannya, sedang istriku di Sumatera bersama anakku.

Untuk memenuhi hasrat libidoku, pada malam yang dingin itu aku mengintip majikanku itu di kamarnya.
Rupanya ia masih belum tidur dan hanya berbaring di ranjang. Tampaknya ia sedang merindukan belaian dari
suaminya. Namun karena suaminya sedang tidak tidak ada ia menjadi kelihatan gelisah di tempat tidurnya.
Aku memperhatikan Neng Shinta selalu menggeser geserkan guling di ranjangnya yang luas itu ke arah
kemaluannya.

Aku tahu saat itu Neng Shinta ingin kehangatan. Apalagi hawa dingin AC di kamarnya membuatnya tampak
kehausan. Tak lama kemudian kulihat tangan Neng Shinta mulai meraba-raba bagian selangkangannya dari
luar gaun tidurnya yang sudah mulai awut-awutan dan menyingkapkan pahanya yang mulus. Aku jadi
terangsang dan ingin melihat terus apa yang hendak dilakukannya.

Saat sedang asyik-asyiknya memperhatikan tingkah laku anak perempuan majikanku itu aku dikejutkan oleh
suara benda terjatuh dan ada bunyi ‘krasak kresek’. Aku yang saat itu berada dalam kegelapan dapat
dengan leluasa mengintai ke arah datangnya suara itu. Ohh.. Alangkah kagetnya aku. Aku melihat ada 3
orang yang mengendap endap akan masuk ke rumah ini. Mereka telah melompati pintu pagar dan sedang
berjalan ke arah rumah.

Sebagai seorang bekas tentara yang telah banyak pengalaman di medan perang, aku lalu menuju arah suara
itu dan dengan samuraiku aku bacok si penjahat itu tanpa tanya lagi. Mereka meringis kesakitan dan minta
ampun padaku. Mereka akhirnya lari dan berusaha menghindar dari kejaran masyarakat yang tahu akan
tindakan mereka. Malam itu akhirnya rumah majikanku ini selamat dari upaya pencurian dan perampokan.
Majikanku Shinta akhirnya terbangun dan keluar rumah menemuiku. Aku pun menerangkan kejadian yang
sesungguhnya dengan lengkap. Ia pun akhirnya berterima kasih dan minta aku untuk menyelesaikan masalah
itu dengan aparat terkait malam itu.

Setelah memberikan laporan secukupnya, malam itu pun aku pulang ke rumah dan disambut majikanku Neng
Shinta, yang saat itu mengenakan baju kimono tidur. Ia amat mengkhawatirkan keadaanku malam itu. Iapun
telah sempat menelepon suami dan kedua orang tuanya. Dan akupun lalu ditelepon suami dan kedua orangtua
Shinta agar bisa menjaga Shinta dengan hati hati. Sempat aku lihat wajah kecemasan di rona muka Shinta
malam itu. Wajahnya yang putih bersih itu terlihat takjub dan khawatir, namun dengan lambat aku
terangkan kepadanya supaya jangan cemas seperti itu.

Malam itu pun lalu kami tidak tidur dan hanya berbicara saja di ruang tamu rumah besar itu. Neng Shinta
kelihatan masih shock atas kejadian itu dan akupun tidak sampai hati meninggalkannya sendirian di ruang
tamu malam itu. Aku menemaninya dan sesekali mataku yang nakal mencuri-curi pandang ke arah sekujur
tubuhnya yang terbalut kimono tidur saat itu. Mata nakalku sempat memperhatikan gundukan bukit dadanya
yang sekal dan berukuran 34B hingga amat menggodaku. Aku tahu nomor itu karena saat mencuci dan menjemur
aku sempat melihatnya dengan seksama jenis dan wangi celana dalam Neng Shinta.

“Neng.. Sudah malam tidur aja dulu.. Biar Mamang jaga di sini” kuanjurkan Neng Shinta agar segera tidur
karena waktu sudah hampir pukul 2 pagi.
“Ahh.. Enggak Mang.. Shinta masih takut dengan kejadian tadi! Mamang mau kan jagain Shinta di kamar”
pinta Neng Shinta dengan wajah yang masih nampak pucat.
“Wahh.. Mamang enggak berani lancang neng..” aku terkejut dan spontan menolak karena enggak enak harus
masuk kamar majikanku ini.
“Enggak apa-apa kok Mang.. Soalnya aku takut sendirian..” katanya memelas.

Aku jadi tidak tega melihatnya. Entah kenapa malam itupun aku diajaknya ke kamarnya untuk sekedar
berbincang bincang. Katanya ia masih takut dan trauma. Jika saja ada suaminya ia mungkin tidak akan
mengizinkan aku ke kamarnya. Namun hal tabu yang slalu aku jaga slama ini malam itu luntur. Aku masuk ke
kamarnya yang dingin dan harum semerbak itu sekedar hanya untuk menemani anak majikanku itu. Sebagai
laki-laki aku telah memasuki wilayah pribadi putri majikanku itu.

Dengan sedikit berdebar aku mengikuti Neng Shinta masuk ke kamarnya dan duduk di kursi yang ada di kamar
Neng Shinta. Niat isengku mulai timbul saat kulirik tubuh Neng Shinta yang sintal terbaring indah di
tempat tidurnya. Dengan sedikit kurang ajar aku mulai berusaha mempengaruhi jiwa dan mental putri
majikanku itu dengan cerita cerita seram tentang perampokan dan horor. Sebagai wanita yang hanya seorang
diri malam itu tentunya ia merasa takut dan amat membutuhkan bantuanku. Neng Shinta tidak jadi tidur dan
semakin merasa ketakutan. Ia memintaku menemaninya duduk di atas tempat tidurnya. Inilah saatnya insting
kelelakianku bermain.

Dengan tambahan cerita seram akhirnya dengan tanpa paksaan Neng Shinta aku raih dan kupeluk malam itu di
kamarnya. Ia yang menganggapku sebagai orangtuanya hanya mandah saja saat tubuhnya kudekap di atas
tempat tidurnya. fantasiku.com Aku yang sudah banyak makan asam-garam sebagai laki-laki tidak terlalu sulit untuk
menundukkannya. Dengan terus menceritakan hal-hal seram, tanganku mulai mengelus lengan Neng Shinta. Aku
tahu Neng Shinta sudah mulai tunduk dan takluk padaku. Hal ini kuketahui dari berdirinya bulu-bulu
lembut di lengannya saat kuraba. Nafas Neng Shinta pun mulai memburu.

Aku mulai memberanikan diri mencium leher bagian belakang telinga Neng Shinta. Tubuhnya mulai sedikit
bergetar atas ciuman dan rangsangan di wilayah peka tubuhnya yang mulus itu. Aku tahu saat itu Neng
Shinta sedang membutuhkan belaian laki laki. Namun Neng Shinta memang wanita dan seorang istri yang
baik. Ia tidak begitu saja larut akan alunan gairah yang aku pancarkan saat itu. Ia berusaha menolakku
dan melepaskan pelukanku. Namun malam itu apalah daya seorang wanita seperti Neng Shinta dibandingkan
aku yang bekas prajurit dan memiliki pengalaman yang lumayan di saat perang.

Aku tak mau mangsa yang sudah di depan mata terlepas begitu saja. Aku harus menuntaskannya. Karena kalau
tidak maka habislah riwayatku. Aku harus mampu menundukannya. Neng Shinta yang menggeliat berusaha
melepaskan pelukanku, semakin kupeluk erat. Tanganku semakin berani mengelusnya. Kali ini tanganku
mengelus perutnya tepat di atas selangkangannya. Mulutku yang sedang menciumi bagian belakang telinganya
semakin liar bergerak turun ke lehernya. Bulu kuduknya telah berdiri semua. Tubuhnya semakin
menggelinjang dalam pelukanku. Lalu dengan sedikit paksaan, kurebahkan tubuh Neng Shinta dan mulai
kutindih dan kucumbu.

Tubuhku yang menindih tubuh Neng Shinta segera menekan bagian selangkangannya. Kedua kakinya
kupentangkan lebar-lebar sehingga aku semakin leluasa menempatkan tubuhku di antara kedua pahanya.
Batang kemaluanku yang sudah mulai mengeras menempel ketat ke selangkangan Neng Shinta yang hangat itu.
Aku yang sudah sangat lama tidak melakukan hubungan badan semakin tak terkendali. Mulutku dengan rakus
segera menyerbu gundukan bukit payudara Neng Shinta dari luar kimono tidurnya. Puting payudaranya yang
mulai mengeras di balik beha-nya segera saja menjadi santapan mulutku yang rakus.

“Ohh.. Mmaangg.. Jangg.. Annhh” Neng Shinta merintih memohon agar aku menghentikan gerakanku. Namun aku
yang sudah kesetanan tak mau berhenti begitu saja. Tanganku yang liar segera bergerak ke bawah dan
menyingkap kimononya dan mengusap-usap pahanya bagian dalam yang sangat mulus. Tanganku terus merayap ke
atas dan akhirnya mulai mengelus-elus gundukan di balik celana dalam Neng Shinta yang sudah mulai basah.
Aku tahu Neng Shinta sudah mulai terangsang. Walaupun mulutnya bilang jangan, namun aku tahu ia tak
mungkin dapat menghentikanku.

Tanganku segera menyusup ke balik celana dalamnya yang tipis dan mulai meraba rambut di selangkangan
Neng Shinta. Tanganku segera menyentuh cairan lendir hangat yang mulai membasahi selangkangannya. Aku
yang sudah sangat berpengalaman dalam hal ini segera saja mencari-cari tonjolan di sela-sela lubang
kemaluan Neng Shinta. Karena disitulah titik kelemahan wanita. Jari tanganku segera mempermainkan
tonjolan daging kecil di celah lubang kemaluan Neng Shinta yang sudah sangat licin dan basah. Mulut Neng
Shinta tidak lagi menolakku.

Tubuh Neng Shinta semakin bergetar saat jariku yang lincah bergerak memutar-mutar di atas tonjolan
daging di sela-sela lubang kemaluannya. Napas Neng Shinta semakin megap-megap. Pantatnya mulai terangkat
sehingga bukit kemaluannya semakin ketat menempel batang kemaluanku yang semakin mengeras. Tak berapa
lama kemudian Neng Shinta merintih panjang. Tubuhnya berkelojotan di bawah tindihanku. Aku tahu Neng
Shinta sudah orgasme atas permainan jari-jariku yang sudah berpengalaman. Namun aku terus saja
meneruskan permainan ini. Tanganku tetap meremas dan meraba bukit kemaluannya selama beberapa saat.

Kemudian tanpa perlawanan berarti dari Neng Shinta aku berhasil membuka seluruh kain penutup tubuhnya
hingga Neng Shinta telanjang bulat dalam pelukanku. Pemandangan yang sangat indah segera terpampang di
depan mataku. Tubuh Neng Shinta yang sangat mulus benar-benar membuat jakunku naik turun. Kedua belah
payudaranya yang putih sangat mengkal dihiasi dua puting yang masih berwarna kemerahan sangat
menggairahkan.

Perutnya tampak masih sangat rata karena memang belum pernah melahirkan, jadi belum ada guratan sama
sekali. Pinggulnya yang lebar sangat serasi dengan pinggangnya yang ramping. Dan yang paling membuat
mataku terbelalak adalah guratan kecil berwarna merah yang melintang di tengah-tengah gundukan bukit
membusung di kemaluannya yang lebat ditumbuhi rambut.

Lalu tanpa membuang waktu aku segera melepas kaus bututku dan memerosotkan celana kolorku hingga aku pun
telanjang bulat. Aku segera menindihnya dan menggangkankan kedua kakinya lebar-lebar. Batang kemaluanku
yang sudah mengeras menempel ketat di selangkangan Neng Shinta yang hangat. Mulutku segera menyergap
kedua bukit payudaranya yang indah itu dengan rakus. Kali ini tanpa dihalangi kain beha dan kimono lagi.
Lidahku segera menjilat kedua bukit payudara Neng Shinta yang putih kenyal itu bergantian. Bibirku
mengulum puting payudaranya yang mencuat. Hal ini membuat mulut Neng Shinta mendesis-desis seperti orang
kepedasan. Tubuhnya mulai menggelinjang hingga aku merasa betapa batang kemaluanku yang menempel ketat
di selangkangannya mulai tergesek-gesek daging hangat dan licin karena sudah sangat basah.

“Amm.. punhh Maangg.. jaangg.. aannhh.. Maangg.. ouchh..” desis Neng Shinta antara menolak dan pasrah.
Aku tak peduli. Dalam benakku hanya ada tekad untuk menuntaskan hasratku. Aku tak peduli apapun juga.
Biarlah urusan dipikir belakangan! Yang penting tembak duluan! Ayo blehh sikaatt! Demikian setan telah
menari-nari membujukku untuk menuntaskan napsuku.

Mulutku yang rakus terus menyusuri seluruh permukaan tubuh Neng Shinta. Dari kedua puting payudaranya
yang semakin keras, mulutku bergeser ke samping ke arah ketiak Neng Shinta yang bersih tanpa ditumbuhi
rambut satu helai pun! Rupanya ia rajin mencabuti bulu ketiaknya hingga tampak bersih. Lidahku segera
menjilat-jilat ketiaknya dengan gemas. Tubuh Neng Shinta semakin menggerinjal. Desisan tak henti-
hentinya keluar dari bibirnya.

Dari ketiak, mulutku terus bergeser turun menyusuri tulang rusuk Neng Shinta hingga ke pinggangnya yang
putih bersih. Lidahku terusmenyapu-nyapu seluruh permukaan pinggangnya dengan diselingi sesekali
menyedotnya kuat-kuat hingga tubuh Neng Shinta terhenyak. Aku semakin gemas menyedot-nyedot saat mulutku
sampai ke bagian bawah perut Neng Shinta yang rata. Rambut-rambut halus nampak menumbuhi perut bagian
bawah Neng Shinta yang semakin ke bawah semakin melebat. Lidahku menyapu-nyapu bagian perut di antara
selangkangannya dengan pangkal pahanya. Tercium aroma khas perempuan! Sungguh sangat merangsang. Rupanya
Neng Shinta sangat menjaga kebersihan kawasan pribadinya ini.

Lidahku terus bergerak menyapu seluruh permukaan kulit Neng Shinta. Dan begitu sampai ke gundukan bukit
kemaluannya yang membusung, lidahku segera menyeruak masuk ke dalam celah sempit yang tadi kulihat
berwarna merah jingga. Segera lidahku merasakan ada cairan yang terasa sedikit asin namun nikmat! Tanpa
rasa jijik segera saja kusedot bibir kemaluan Neng Shinta dengan gemas. Kutelan habis cairan yang keluar
membasahi permukaan liang kemaluan Neng Shinta tanpa rasa jijik. Pantat Neng Shinta terangkat seolah
menyambut juluran lidahku hingga wajahku semakin ketat menempel di selangkangannya.

Lidahku menyusup semakin dalam ke lubang kemaluan Neng Shinta yang pantatnya terangkat-angkat seolah
menyambut juluran lidahku. Mulut Neng Shinta tak henti-hentinya mendesis-desis dan entah disadari atau
tidak, kedua tangan Neng Shinta mulai menjambak-jambak rambutku dan kedua kakinya mengait leherku dan
menekankannya ke arah selangkangannya. Pantatnya terus diangkat-angkat seolah-olah memintaku lebih dalam
memasukkan lidahku ke dalam lubang kemaluannya. Aku yang memang ingin memberikan sensasi lain kepada
majikanku segera bertindak.

Kedua ibu jari tanganku mencoba membentangkan bibir kemaluan Neng Shinta agar terbuka lebih lebar dan
kugesekkan mulutku dengan liar pada gundukan bukit kemaluan Neng Shinta yang membusung. Reaksinya
sungguh luar biasa. Neng Shinta semakin liar menggerak-gerakkan pantatnya dan kakinya semakin ketat
menjepit leherku. Erangannya semakin keras dan tubuhnya terhentak-hentak. Tubuhnya terus berkelojotan
selama beberapa saat lalu gerakannya semakin melemah dan akhirnya kedua pahanya terkulai lemah menyandar
di punggungku. Aku tahu kalau Neng Shinta telah mencapai klimaks yang kedua kalinya di malam menjelang
pagi ini.

Aku yang belum mengalami orgasme segera saja menempatkan diriku sejajar dengan tubuh Neng Shinta. Tubuh
telanjangku menindih tubuhnya. Kontolku yang ukurannya biasa saja seperti ukuran pria kebanyakan, sudah
sangat keras dan siap tempur. Ukurannya sebetulnya biasa saja, tetapi yang membanggakanku adalah
bentuknya yang agak membengkok saat ereksi. Jadi kalau dilihat sepintas mirip-mirip pisang Ambon yang
bentuknya agak melengkung.

Dengan perlahan kutusukkan ujung kepala kontolku (palkon) ke tengah-tengah gundukan bukit kemaluan Neng
Shinta yang munjung itu. Lubang kemaluan Neng Shinta yang sudah sangat licin memudahkan ujung palkonku
tergelincir masuk. Napasku terasa sesak saat kepala kontolku mulai terjepit kehangatan bibir kemaluan
Neng Shinta. Sambil menahan napas, kudorong pantatku pelan-pelan hingga sedikit demi sedikit batang
kontolku melesak ke dalam lubang kemaluan Neng Shinta. Hangat sekali rasanya. Apalagi lubang kemaluan
Neng Shinta sudah basah oleh lendir akibat orgasmenya tadi.

“Shh.. Ohh.. Mm.. Aangghh” mulut Neng Shinta tak henti-hentinya merintih saat batang kontolku menerobos
lubang kemaluannya.

Aku tahu Neng Shinta mungkin agak menyesal karena telah terjerumus dalam jebakan nafsuku. Neng Shinta
hanya pasrah dan dengan terpaksa ia menikmati rahimnya aku tusuk dengan batang kontolku berulang kali.
Aku tahu ia amat menyesali atas apa yang terjadi malam itu, terlihat dari air matanya yang keluar saat
aku berpesta di atas tubuhnya yang telanjang.

Kulihat air mata mulai mengembang di pelupuk matanya. Namun semuanya telah terlambat. Kontolku sudah
telanjur memasuki lubang yang seharusnya hanya menjadi hak suaminya. Aku pun tak peduli, bagiku yang
terpenting adalah melepaskan desakan napsu yang terus mendesak-desak dari dalam tubuhku. Di atas ranjang
kamarnya yang mewah itu, aku berhasil membenamkan kemaluanku yang lumayan masih cukup perkasa ke dalam
rahimnya yang masih sempit itu.

“Hkkhh..” napasku tertahan saat seluruh kontolku dari ujung hingga pangkal telah terbenam seluruhnya di
dalam jepitan lubang kemaluan Neng Shinta.

Air mata Neng Shinta sudah mulai jatuh satu persatu. Namun aku tak peduli. Kehangatan yang aku rasakan
pada kemaluanku saat masuk kedalam tubuh Neng Shinta amat membuatku lupa diri. Perlahan-lahan kutarik
pantatku hingga batang kontolku tertarik keluar dan hanya ujungnya saja yang masih menancap dalam
jepitan lubang kemaluan Neng Shinta. Lalu dengan kuat kudorong pantatku yang otomatis batang kontolku
melesak dalam-dalam ke dalam lubang kemaluannya.

“Ughh..” tanpa sadar Neng Shinta mendengus saat ujung kepala kontolku seperti menumbuk sesuatu yang
empuk dan hangat di dalam sana.

Aku terus menarik dan mendorong pantatku di atas tubuh Neng Shinta. Perlahan-lahan kurasakan Neng Shinta
mulai ikut mengimbangi gerakanku. Secara perlahan pantatnya bergerak memutar mengikuti irama ayunan
pantatku. Batang kontolku serasa diurut dan diremas-remas dalam jepitan lubang kemaluan Neng Shinta yang
sempit. Rupanya Neng Shinta sudah mulai terangsang lagi. Rasa sedih yang ditandai dengan melelehnya air
matanya seakan-akan sirna dengan goyangannya mengiringi ayunan pantatku.

Bibir Neng Shinta kembali mendesis-desis dan mengerang. Aku yang sudah tidak tahan segera menyergap
bibirnya yang setengah terbuka dan menyusupkan lidahku ke dalam mulutnya. Lidahku mengorek-ngorek
mulutnya mencari-cari lidahnya. Sungguh sangat segar rasanya bibir perempuan muda. Aku serasa kembali
menjadi muda lagi. Semangat baru seolah terpompa dalam darahku. Aku semakin bersemangat menggenjot
pantatku menghunjamkan batang kontolku ke dalam lubang kemaluannya. Gerakan pantat Neng Shinta semakin
kencang. Pantatnya bergoyang ke kanan dan ke kiri seirama dengan ayunan pantatku.

“Shh.. Mmaangg.. Hh shh.. Oohh..” antara sadar dan tidak Neng Shinta merintih-rintih menambah gairahku
semakin membara.

Aku merasa betapa jari-jari Neng Shinta mencengkeram kulit punggungku yang sudah mulai keriput dimakan
usia. Agak sakit memang, tetapi apalah artinya bagiku dibanding keberhasilanku menggauli dan menikmati
kemolekan tubuh anak majikanku itu. Lidahku yang masuk jauh ke dalam mulut Neng Shinta mulai menemukan
perlawanan dari lidah Neng Shinta. Lidahku didorong-dorong oleh lidahnya.

Perlahan gairah dalam tubuhku mulai mendesak-desak dan menggelegak. Lalu gerakan ayunan pantatku
kuhentikan sesaat untuk mengambil bantal dan mengganjal pantat Neng Shinta agar lebih tinggi. Dengan
posisi terganjal bantal, batang kontolku terasa masuk hingga maksimal. Aku juga semakin leluasa
menghunjamkan batang kontolku ke dalam lubang kemaluannya.

Gerakan pantat Neng Shinta seperti kesetanan. Jeritannya semakin keras dan menggairahkan. Kedua tanganku
segera kutempatkan di bawah kedua bongkahan pantat Neng Shinta dan meremas-remasnya sambil terus
mengayunkan pantatku naik turun. Aku merasa betapa desakan gejolak meletup-letup dari bagian bawah
perutku. Perutku terasa mulai kejang karena menahan desakan yang terus menggelora.

“Ohh.. Shh.. Nenggh.. Ter.. Ruhhsshh oohh.. Neengghh!”

Tanpa sadar aku menggeram dan merintih meminta Neng Shinta agar terus menggoyangkan pantatnya kencang-
kencang. Neng Shinta pun rupanya sudah hampir mencapai orgasmenya. Gerakan pantatnya sudah tidak
terkendali. Cengkeraman kuku jarinya semakin kencang di kulit punggungku.

“Aakhh.. Ouchh.. Shh.. Oohh..”

Dengan diiringi desisan yang panjang akhirnya tubuh Neng Shinta terhentak. Pantatnya terangkat dan
mengejat-ngejat. Dadanya terguncang hebat menandakan ia sudah tidak mampu menahan orgasmenya. Kurasakan
betapa batang kontolku terjepit kencang dan lubang kemaluannya mengedut-ngedut. Tubuh Neng Shinta
bergetar hebat dan berkelojotan selama beberapa saat.

“Ter.. Rushh.. Neenghh.. Aarrghh”

Akhirnya tubuhku ikut terguncang. Seluruh tubuhku terasa kejang dan mataku mulai nanar. Cratt.. Cratt..
Cratt.. Cratt.. Crrt.. Crrtt..!! Akhirnya tanpa dapat kutahan lagi batang kontolku menyemburkan air
maniku yang sangat kental dan banyak sekali ke dalam lubang kemaluan Neng Shinta hingga sebagian tumpah
keluar saking banyaknya. Ya aku telah mencapai puncak kenikmatanku setelah sekian lama berpuasa dan
hanya onani. Tubuhku berkejat-kejat di atas perut Neng Shinta lalu ambruk menindih tubuh telanjangnya.

Neng Shinta amat sempurna saat ia berada di bawah tubuhku saat aku genjot tadi. Memang benar kata orang
orang bahwa seorang wanita baru terlihat cantik dan menawan jika ia telah berada di bawah tubuh laki-
laki saat kemaluannya di masuki kemaluan pria. Keringat kami pun akhirnya menyatu dan kain sprei yang
kami pakai akhirnya lembab karena basah oleh percampuran keringat dan juga air mata Neng Shinta ditambah
lelehan spermaku yang tumpah tadi.

Aku benar-benar merasa puas sekali telah berhasil menikmati kemulusan tubuh majikanku yang cantik ini.
Neng Shinta rupanya terlalu capai hingga ia membiarkan saja tubuh telanjangnya kupeluk. Ia telah
tertidur karena kecapaian setelah pergumulan tadi.

Saat itu jam di kamar Neng Shinta sudah menunjukkan hampir pukul 04.30. Kamar Neng Shinta yang dingin
karena AC membuat tubuhku menggigil soalnya aku tidak terbiasa tidur dengan AC. Apalagi saat itu aku
masih telanjang bulat dan di sisiku tergolek tubuh telanjang Neng Shinta yang sudah mendengkur halus.
Cantik sekali wajah Neng Shinta saat dalam kondisi tidur seperti itu. Wajahnya kelihatan begitu damai
dalam tidurnya. Aku sendiri sejak tadi belum mampu memejamkan mataku sepicingpun.

Melihat tubuh telanjang Neng Shinta yang telentang tanpa sehelai benang pun menutupi tubuhnya yang
mulus, gairah kelelakianku kembali bangkit. Batang kontolku mulai menggeliat bangun. Sungguh pemandangan
yang terpampang di depanku begitu mempesona. Kulit Neng Shinta yang putih mulus begitu mengundang gairah
lelaki manapun yang memandangnya. Dadanya yang putih turun naik seiring dengan napasnya yang begitu
teratur. Tanpa dapat menahan diri lagi tanganku segera mengelus kedua buah dada Neng Shinta yang lembut.
Kupermainkan kedua puting payudaranya dengan jemariku hingga sedikit-demi sedikit mulai mengeras.

“Mmhh..” hanya lenguhan kecil yang keluar dari mulut Neng Shinta saat tanganku sibuk mempermainkan kedua
puting payudaranya. Lalu setelah tanganku puas bermain-main di kedua bukit payudaranya, mulutku pun
mengambil alih permainan. Kini mulutku mulai mengulum kedua puting payudara Neng Shinta secara
bergantian. Tanganku secara otomatis bergerak turun ke arah selangkangan Neng Shinta yang terbuka lebar.
Tubuh Neng Shinta mulai menggeliat namun matanya masih tetap terpejam.

Mulutku terus bergerak menyapu setiap jengkal tubuh Neng Shinta. Mulutku menjalar dari dada terus turun
ke perut dan berakhir di selangkangan Neng Shinta. Kembali lidahku menyeruak masuk ke dalam gundukan
bukit kemaluan Neng Shinta. Kedua pahanya semakin terbuka lebar seolah mengundangku untuk semakin dalam
memasukinya. Pagi itu aku kembali menyetubuhi tubuh anak majikanku beberapa kali hingga aku benar-benar
puas.

Semenjak kejadian di malam itu. Neng Shinta mulai mengambil jarak dariku dan tampaknya berusaha
menghindariku. Suaminya tidak tahu tentang peristiwa malam itu. Tampaknya Neng Shinta memang
merahasiakannya. Aku tahu diri dan tidak berupaya memperlihatkan kepada Neng Shinta tentang bagaimana
perasaanku padanya. Aku pun bertindak seperti biasanya seolah-olah tidak terjadi apa-apa antara aku
dengan Neng Shinta.

Kadang saat malam aku rindu untuk mengulangi lagi saat kebersamaan dengan Neng Shinta namun aku pendam
saja. Dan sebagai pelampiasannya, aku terus mengintip Neng Shinta bersebadan dengan suaminya. Tampaknya
Neng Shinta amat menikmati persetubuhan dengan suaminya itu. Aku jadi merasa iri.

Suatu hari suami Neng Shinta pun kembali bertugas keluar kota lagi. Tampaknya Neng Shinta biasa biasa
saja. Ia tidak memberikan tanggapan apa pun saat itu. Dan malam saat suaminya tugas, aku berusaha
mendatangi kamar Neng Shinta dan meminta berbicara. Neng Shinta memberiku waktu bicara dan dengan
kepintaranku, malam itupun akhirnya aku pun kembali dapat menikmati kehangatan tubuhnya di kamarnya.
Neng Shinta pun semakin larut olehku. Ini terlihat saat suatu malam tanpa aku duga ia mendatangi kamarku
dan kami pun bersetubuh di kamarku hingga beberapa kali malam itu.

Sampai saat ini pun di saat suaminya tidak ada di rumah, aku selalu memberinya kenikmatan ragawi yang
mungkin tidak ia dapati dari suaminya. Aku pun setelah menikmati kemulusan dan kehangatan tubuh Neng
Shinta, punya keinginan untuk dapat merasakan kehangatan tubuh saudaranya Neng Siska.

Itulah pembaca, sekelumit cerita yang dialami salah satu pembacaku.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,