Cerita dewasa: Rara dan Erna, dua siswi SMK yang polos

Author:

Namaku Niko, seorang PNS Pemda di sebuah kota kecil di Jawa Tengah. Usiaku 28 tahun, masih single. Kantor Instansi tempatku bekerja tidaklah terlalu besar, dengan jumlah pegawai hanya 6 orang termasuk kepala kantor. 4 laki-laki dan 2 perempuan.
Sepanjang tahun hampir selalu ada anak-anak SMK yang PKL di tempatku, jangka waktunya bervariasi antara 3-4 bulan. Setiap kali ada permohonan izin PKL dari sekolah, kesepakatan tidak tertulis dari kami semua adalah kami hanya menerima peserta PKL perempuan. Pertimbangannya adalah karena pekerjaan yg bisa dipegang oleh peserta PKL adalah administratif, dan diharapkan siswi perempuan cenderung lebih mudah diatur.
Hari ini ada peserta PKL baru dari sebuah SMK swasta di kota sebelah. Jam 9 pagi mereka sudah datang ke kantor dengan diantar oleh guru pembimbing nya bernama Pak Rahmat. Kedua siswi berjilbab itu bernama Erna dan Rara. Mereka berdua memiliki tinggi badan yang hampir sama, sekitar 165 cm. Penampilan Rara biasa aja, baju lengan panjang dan celana panjang nya tidak berhasil menampakkan lekuk tubuhnya. Tapi Erna berbeda, pakaiannya yg agak ketat membuat badannya terlihat lebih berisi, payudaranya terlihat membusung dan cukup besar. Yang istimewa adalah pinggulnya yang lebar dan pantatnya yang bulat dan semok, Rok span ketat yg Erna kenakan sukses mebuat pantat bulatnya makin menggoda untuk diremas.
Minggu pertama Erna dan Rara masih malu-malu dan belum terlalu berbaur dengan pegawai lain. Namun mulai minggu kedua, mereka berdua mulai menjadi diri mereka sendiri dan bertingkah layaknya anak SMA/SMK lainnya. Dari obrolan dengan mereka berdua, aku jadi tahu kalau mereka sudah kenal dan jadi bestie sejak di SMP. Dan sejak itu pula mereka selalu bersama sampai sekarang kelas 2 SMK. Rara cenderung lebih cool dan agak tomboi, sedangkan Erna sangat manja dan clingy. Oh iya, Erna juga sangat “ringan tangan”, maksudnya apabila sedang berbicara atau bersenda gurau, maka tangannya ga akan bisa diam, kadang ngelus-ngelus, mencubit atau memukul siapapun yg ada di sebelahnya.
“eh, bella udah putus sama Bagas… “ kata Erna yg sedang membuka-buka instagram di hapenya sambil melahap sesendok bubur kacang hijau menu sarapan mereka pagi ini. Diruangan belakang ini hanya ada kami bertiga, 2 orang temanku sedang jaga di front office dan 2 temanku yang lain sedang ngopi-ngopi di kantin.
“ah entahlah, nyari cowo yg gimana sih si Bella? Padahal Bagas kurang apa coba, ganteng udah jelas, body atletis, lumayan tajir jg” kata Rara sambil mengaduk-aduk bubur kacang hijaunya.
“Burungnya gede juga… “ ucapan Erna santai
“Haah….!” Teriak aku dan Rara hampir bersamaan. Posisi mejaku yg tepat dibelakang mereka dengan posisi kursi saling memunggungi membuat aku mau ga mau selalu mendengar setiap obrolan mereka berdua.
Secepat kilat aku memutar kursiku menghadap mereka berdua dan bergerak mendekat ke Erna
“Tahu dari mana? Kamu mantannya ?”
“Bukan..” jawab Rara sambil mendekatkan kepalanya ke Erna
“Tapi jujur deh, kamu tau dari mana? Ngintip?”
“enggak…!” kata Erna sambil cekikikan dan menutup mulutnya
“pernah ga sengaja liat pas dia ganti baju abis main bola… hihihi…”
“di kelas dia?” selidik Rara
“Loh

kalian sama si Bagas ga sekelas?” selaku sebelum Erna sempat menjawab pertanyaan Rara
“Engga Pak, kelas kami itu cewe semua” jawab Erna
“Jadi waktu itu kan aku abis dari kantin loh Ra, nah pas lewat belakang kelas dia itu aku ga sengaja liatnya” lanjut Erna
“Emang ga ditutup jendelanya”? Tanya Rara
“Ditutup sih, tapi ga dikunci Ra, ditarik dikit aja bisa kebuka…”
“Ya itu namanya ngintip Ernaaa…!” ucap Rara sambil menyentil jidat Erna yang tergelak
“Mungkin Erna ‘haus’ karena dikelas cuman ada cewek, jadi pas tau ada cowok sedang ganti baju di ruangan sebelah, tangannya langsung gerak sendiri nyari celah….” Timpalku yang langsung disambut tawa Rara
“Iiiih…. Pak Niko…. “ ucap Erna dengan gaya manjanya dan disertai cubitan di pahaku.
Mulai dia…
“Bener tuh pak, kalo kita lagi ganti baju di kelas jg tangannya kelayapan ngeremesin pantat ato payudara yg lain…” ucap Rara
“enggaaak…. “ teriak Erna sambil tertawa dan menggelengkan kepalanya serta menggerakan tangannya. Erna lalu bangkit dari kursinya dan melompat ke arah Rara sambil mencoba menutup mulut Rara dengan tangannya.
Posisi kami bertiga waktu itu saling berhadapan membentuk segitiga dengan Erna di kiri dan Rara di kanan. Karena ruangan tidak terlalu luas jadi saat Erna sedang sibuk memukul-mukul Rara, posisi Erna memunggungi ku dengan jarak cukup dekat. Pantatnya yg bulat dibungkus rok ketatnya terus bergerak-gerak di depanku. Garis celana dalamnya yg terlihat jelas, semakin membuat imajinasiku liar. Ingin sekali aku menjamah pantat semok itu. Kontolku pun mulai bangun didalam celana yg kukenakan.
Ah, mungkin aku bisa memakai alasan memisahkan mereka, pikirku. Aku bisa memegang kedua bongkah pantat semok itu dengan berpura-pura memisahkan mereka. Baru saja tanganku kuarahkan kedepan menuju pantat Erna yang masih bergerak-gerak liar di depan mataku, rupanya keberuntungan berada di pihak ku.
Erna terdorong ke belakang oleh Rara, rok span ketat yg dikenakannya membuat dia hilang keseimbangan sehingga dia terjatuh terduduk ke pelukanku. Pantatnya langsung menindih kontolku yang sudah mulai tegak berdiri tepat di belahan pantatnya. Kenikmatan langsung menjalar pada kontolku. Kedua tanganku reflek memegang pinggulnya, seolah-olah aku ingin menjauhkan dia dariku, namun nyatanya aku berusaha sekuat tenaga menahannya tetap di pangkuanku. Sepertinya Erna masih tidak menyadari situasi yg menimpanya, dia masih sibuk berantem dengan Rara sambil ketawa-ketawa. Kupindahkan pegangan kedua tanganku ke paha Erna. Tidak adanya penolakan dari Erna membuatku makin nekat dengan mengelus dan meremas kedua pahanya sambil menarik dan mendorong pinggulnya sesuai gerakan badannya. Hal ini membuat gesekan pantat Erna ke kontolku makin menjadi. Kontolku digilas kedua bongkah pantat Erna secara bergantian, kadang tenggelam di belahan pantat yang lembut dan hangat itu. Erna masih sibuk berusaha memukuli Rara yang juga sibuk menahan tangan Erna sambil keduanya saling berteriak.
Keadaan semakin mengkhawatirkan ketika Erna mulai menendang-nendang Rara dengan kedua kakinya. Ini menyebabkan semua berat tubuhnya hanya bertumpu pada pantatnya yg kini makin menindih kontolku yang sudah tegak sempurna. Untuk ukuran orang asia, kontolku tergolong besar, tidak terlalu panjang tapi gemuk. Apabila ada yg melihat ke arah celanaku yang sudah sangat
menggembung ini, pasti langsung sadar kalau kontolku sedang ngaceng parah. Namun sepertinya Erna tidak terpengaruh sama sekali. Setiap kali Erna berusaha menendang Rara, maka pinggul dan pantatnya akan bergerak, ini membuat dia seakan-akan sedang menggoyangkan pantatnya ke kontolku. Rasa nikmat kembali menjalari tubuhku seiring kontolku yang ditekan-tekan oleh pantatnya yang kenyal karena meronta-ronta. Hampir saja aku mendesah, untung bisa ku tahan. Kaki Erna yg menendang-nendang membuat posisinya hampir melorot dari pangkuanku. Refleks kupeluk pinggulnya dan kutahan agar tetap di pangkuanku. jari-jari tanganku mencoba menjamah selangkangannya, namun gagal karena rok ketatnya membatasi jamahanku ke selangkangannya. Jamahanku hanya mencapai perut bawahnya.
Sayangnya ini tidak berlangsung lama. Ketika Erna mulai menendang-nendangkan kakinya, Rara tidak bisa menangkis sehingga dia berdiri dari kursinya dan mulai berlari ke arah front office. Erna yg masih belum puas berusaha berdiri dari pangkuanku untuk mengejar Rara. Untuk menghindari kecurigaan, terpaksa aku tidak menahan Erna untuk tetap di pangkuanku, aku seakan membantu dia berdiri. Namun, aku masih nekat ambil kesempatan saat membantunya berdiri dengan menggeser tanganku dari pinggulnya ke pantatnya sambil sedikit mendorong namun sekaligus meremas pelan kedua bongkahan pantatnya. Empuk sekali rasanya. Ingin sekali tetap kuremas pantat itu lebih lama namun Erna yg berlari mengejar Rara membuat pantatnya lepas dari remasanku.

Setelah kejadian itu, tidak ada perubahan apapun pada sikap Erna, dia masih tetap polos dan ga bisa diam, selalu kesana-kemari kalau sedang tidak ada kerjaan. Ini sangat menguntungkanku karena berarti ada banyak kesempatan untuk bisa menikmati tubuh montoknya, entah dengan pura-pura tidak sengaja menyenggol atau nekat sedikit menggodanya dengan mencolek atau mengelus badannya.
“Paket Pak Niko….!” Teriak Erna dengan gaya manja khasnya sambil berlari kecil dari front office ke ruangan belakang.
“Iphone ya pak..?” tanyanya setibanya di mejaku sambil memeriksa paketku yang masih dipegangnya.
“Unboxing ya pak…”
“Ya..” jawabku singkat tanpa mengalihkan perhatianku dari laptopku. Ada laporan yang harus selesai hari ini juga. Kubiarkan Erna membuka paketku dan mencoba-coba iPhone 13 Pro yg baru kubeli itu. Setelah setting-setting awal selesai, Erna langsung mencoba kamera dengan mengambil beberapa foto termasuk selfie.
“Yg seksi ya selfienya” ucapku sambil melirik Erna yg masih sibuk pose-pose alay selayaknya anak sekolah.
“Yeey… maunya” ucap Erna sambil menyibakkan jilbabnya ke pundak lalu berpose sambil meremas payudara kanannya
“Nih…” sambil menunjukkan layar iphone yg sedang menampilkan hasil selfienya barusan ke arahku.
Aku mengambil iPhone dari tangannya dan mulai melihat-lihat galery foto-foto yang baru diambil Erna.
“Emang mau buat apa sih pak..? “ tanya Erna sambil mendekatkan kursinya ke arahku.
“Ya kali aja dibutuhkan kl aku lagi kesepian di rumah…” godaku.
“Tuh kan…” ucap Erna sambil mencubit pinggangku. Sebenarnya cubitan Erna cukup sakit, namun ternyata bisa menaikkan gairahku saat itu. Anak ini gampang sekali membuat aku terangsang.
“Pasti buat aneh-aneh, makanya cari pacar pak biar ga kesepian di rumah…”
“Lho aku punya pacar kok, cuman lagi diklat di Jakarta selama 3 bulan”
Bohong.
Sebenarnya saat ini aku sudah 2 bulan menjomblo setelah putus dengan pacarku yg harus ikut orangtuanya pindah

tugas ke Jakarta.
“ Ga percaya….. “ ucap Erna meledek sambil tertawa
“No pic is hoax… hihihi”
“Lah ga percaya… ada foto sama videonya kok..”
Aku seketika tersadar, ada ide kotor terlintas.
Aku memang sudah 2 bulan putus sama pacarku, namun foto video kami masih tersimpan di hape lamaku, termasuk foto video mesra kami yg pastinya beberapa diantaranya sangat vulgar.
Tanpa menunggu lama langsung kuserahkan hape lamaku ke Erna
“Cek aja di galery”
Erna menerima hape dariku dan langsung membuka galery dan melihat-lihat foto-foto yg ada.
Aku kemudian berpura-pura sibuk memainkan hape baruku sambil sesekali melirik ke arah Erna untuk melihat reaksinya saat melihat foto atau video mesra aku dan -mantan- pacarku.
“Cantik ya pak.., namanya siapa?” tanya Erna tanpa memalingkan pandangannya dari layar hape yg dipegangnya
“Gita..” jawabku pendek. Ini jujur, mantanku memang bernama Gita.
Erna kembali membuka-buka galery foto dan video, lalu dia memiringkan hape yg dipegangnya. Sepertinya dia memutar video.
“ihh….” Pekik Erna tertahan.
Kena dia.
Aku yg duduk didepannya pura-pura tidak mendengar dan tetap sibuk dengah iPhone baru ku. Namun sebenarnya, aku sedang merekamnya, jadi meski mataku tetap menatap layar iPhone, sebenarnya aku sedang mengamati reaksinya saat dia membuka video vulgarku dengan mantanku.
Dia melirik ku sebentar, namun langsung kembali menatap layar hape yg dipegangnya. Beberapa waktu kemudian ada perubahan pada wajahnya, dia mulai sedikit menggigit bibir bawahnya, duduknya juga mulai tidak tenang, kadang miring ke kanan, lalu miring ke kiri. Tangannya mulai mengelus-elus perut bawahnya. Sepertinya karena rok panjang yg dikenakannya cukup ketat sehingga dia kesulitan menjamah langsung selangkangannya.
Dia melirikku kembali, setelah memastikan aku tidak menatapnya langsung (padahal aku mengamati dengan jelas segala gerak-geriknya lewat layar iPhone baru ku) dia mulai melirik ke bawah.
Ah, dia pasti menatap kontol ku. Darahku berdesir, kontolku yang baru setengah bangun langsung membesar dengan cepat. Kutatap reaksi Erna, terlihat jelas dia agak kaget. Berkali-kali dia melirik ke arah wajahku lalu kembali melirik ke arah kontolku yang sudah cukup besar menggembung dibalik celanaku meski kurasakan belum maksimal. Erna makin terlihat ga tenang, matanya bolak balik menatap wajahku dan selangkanganku, tangannya makin digosokkan ke selangkangannya, namun rok ketatnya masih menghalangi usahanya, dia harus mengangkat rok nya sedikit ke atas agar cukup longgar bagi dia untuk menggosok langsung selangkangannya.
Tiba-tiba Erna berdiri, kupikir karna dia akan menarik roknya sedikit ke atas dan duduk lagi, namun ternyata dia malah meremas selangkangannya di depanku. Dan untungnya, kejadian itu terekam jelas di layar iPhoneku. Edan nih anak. Karena posisi dia sekarang berdiri aku jadi tidak bisa mengamati wajahnya, layar iPhoneku sekarang fokus merekam ke arah perut dan selangkangannya.
“Nih pak, udah….”
Aku terkejut, ternyata Erna menyerahkan hape lamaku.
“eh..oh iya..” aku sedikit gugup takut ketahuan kalau aku merekamnya.
Setelah kuterima hape lamaku, Erna langsung berjalan cepat ke arah belakang. Mungkin dia mau ke toilet luar di belakang kantor.

Besok kantorku akan mengadakan suatu kegiatan bersama gubernur dan para kepala desa dan

lurah di suatu kecamatan yg agak terpencil. Karena acara akan berlangsung sejak pagi, maka aku dan rekan kerjaku bernama mba Hani ditugaskan berangkat sejak sore hari ini untuk mempersiapkan segala yg diperlukan. Ketika aku mendapat tugas ini kemarin, iseng-iseng aku ajak Erna dan Rara untuk ikut membantuku dan mba Hani. Mereka bersedia dan kepala kantor juga mengizinkan asal dapat izin dari orangtua masing-masing.
Hari ini Erna dan Rara sudah siap-siap dengan membawa ransel berisi pakaian mereka dan tak lupa menunjukkan hape chat WA izin dari orangtua masing-masing.
Perjalanan ke lokasi memakan waktu hampir 3 jam. Rombongan kami sampai pukul 7 malam. Lokasi kegiatan merupakan lapangan desa yang terletak tidak begitu jauh dari kantor kepala desa. Saat itu lokasi sudah cukup ramai dengan persiapan acara besok pagi. Setelah makan malam, rombongan kami mulai meninjau lokasi yg akan kami pakai besok.
Sekitar pukul 10 malam, mba Hani disusul oleh suaminya yg mengabarkan kalau anaknya agak sakit dan mencari ibunya. Akhirnya mba Hani tidak jadi menginap dan pulang bersama suaminya ke rumah mereka.
Mengingat sudah malam dan persiapan sudah hampir selesai juga, akhirnya aku, Erna dan Rara memutuskan untuk istirahat saja. Tempat istirahat rombongan kami adalah sebuah ruangan di belakang kantor kepala desa yang baru direnovasi dan direncanakan menjadi kafe dan kantin. Ruangannya hanya 2 ruang dan kamar mandi kecil dengan perabotan seadanya yg sepertinya belum merupakan perabotan untuk kafe maupun kantin. Di ruang belakang sudah tersedia kasur lantai yg cukup besar untuk menampung 4 orang. Di ruang itulah kami akan tidur.
Karena sudah cukup lelah, Erna dan Rara memutuskan langsung tidur. Mereka berdua berganti pakaian di kamar mandi. Saat mereka berdua keluar, mereka sudah melepas jilbab masing-masing. Baru kali ini aku melihat mereka tanpa jilbab. Rambut Rara hitam sebahu, agak bergelombang. Pakaian yg dikenakannya hanya tshirt agak ketat dan celana pendek.
Rambut Erna lurus agak lebih panjang dari rambut Rara. Erna mengenakan daster tipis berwarna pink.
“Wow… Erna seksi…” Ucapku sambil menjelajahi bayang samar tubuhnya dibalik daster tipis yg dia kenakan.
“jelas dong pak…” jawab Erna centil sambil beberapa kali berpose seakan-akan model sedang sesi pemotretan. Daster berbahan kaos tipis itu hanya sepanjang setengah paha, cukup pendek mengingat itu adalah baju terusan, yg artinya kalau Erna mengangkat tangannya ke atas, maka dasternya jg akan tertarik keatas. Tidak perlu lama untuk membuat teoriku itu terbukti. Saat Erna merapikan kasur lantai dan spreinya itu, terutama pada saat dia nungging, berkali-kali dasternya terangkat ke atas, cukup untuk menampakkan paha mulusnya dan kadang-kadang celana dalam ungunya juga terlihat.
Sambil menikmati pemandangan ini, otak mesumku langsung mengambil alih, berpikir keras bagaimana caranya agar aku bisa menikmati tubuh Erna malam ini.
Untuk bisa tidur di samping Erna, maka aku harus tidur di pinggir kanan atau kiri, tergantung Erna di sebelah mana. Masalahnya mereka mepetin kasur lantai ini ke tembok sisi kiri, dan kalo Erna memilih tidur mepet tembok tentu saja rencanaku berantakan, karena di sebelahnya lagi pasti ada Rara. Aku lalu memandang tembok sisi kiri dan akhirnya aku
mempunyai ide setelah melihat sesuatu di tembok.
Colokan listrik….
Tanpa memberitahu Erna dan Rara, aku diam-diam mengumpulkan tas kami bertiga berjejer di tembok dan meletakkan laptopku di atas tasku lalu menancapkan charger ke colokan di tembok.
Sip.
Dengan begini kalaupun Erna tidur di sisi tembok, maka aku tinggal memindahkan tas-tas kami sehingga akan ada ruang untuk aku tidur, meski aku yakin ga bakalan tidur malam ini……
” Kalian tidur aja dulu, aku mau beresin dekor dulu…” Kataku sambil berjalan keluar rumah.
“Ga usah begadang… besok sibuk. ” lanjutku
” Siaap booss, kalo soal tidur kami paling rajin pak….” Jawab Erna
“Apalagi Erna pak, kalo tidur dah kayak pingsan..” sambung Rara yg disambut tawa Erna….
Menarik sekali ini, pikirku
“Hahahha…” Aku jg jd ikut tertawa.
Mungkinkah mereka sadar kalo tawaku agak berbeda saat itu ..? Entahlah…

Aku baru kembali ke kamar pukul setengah 12 malam. Selain karena memang harus memastikan dekor sudah selesai sepenuhnya, aku jg ingin saat aku kembali, Erna dan Rara sudah tidur lelap. Barulah agendaku malam ini bisa kumulai.
Lampu ruang tengah tempat kami tidur ternyata telah di matikan. Setelah dipikir-pikir lampu dimatikan malah lebih aman, mengurangi resiko mereka menyadari aksiku apabila mereka terbangun. Meski lampu dimatikan, masih ada cahaya dari ruang depan dan dari luar rumah sehingga hanya perlu penyesuaian mata sebentar, dan aku bisa melihat cukup jelas.
Tas dan laptopku masih di tempat semula, sesuai perkiraanku, Erna ada di samping tas-tas kami. Dan Rara disebelah kanan Erna.
Sempurna.
Antisipasiku ternyata membuahkan hasil.
Rara tidur terlentang, setengah badannya ditutupi selimut. Sedangkan Erna tidur menyamping ke arah Rara dengan selimut menutupi badannya sampai ke leher.
Segera kupindahkan laptop dan tas-tas kami ke tempat lain. Segera ku posisikan badanku berbaring mepet ke tembok di sebelah Erna. Tidak terlalu luas, namun cukup untuk menjaga jarak tidurku dengan Erna apabila ada yg terbangun. Untuk amannya kupastikan dulu apakah Erna sudah lelap tertidur. Kugoyang-goyangkan pundaknya sampil kupanggil namanya pelan. Setelah yakin tidak ada reaksi dari Erna dan Rara, tanganku mulai bergerak menarik selimutnya ke bawah. Ternyata Erna tidak memegang selimutnya sehingga bisa dengan mudah aku tarik ke bawah hingga terlepas semua.
Terpampanglah tubuh Erna berbalut daster seksi itu yang sudah terangkat hampir sampai pinggang. Pantat semok itu terpampang di depanku, sungguh bulat dan kulitnya mulus sekali.
Hah… kulitnya mulus sekali..?
Pencahayaan yg kurang membuatku telat menyadari kalau pantat Erna ternyata sudah tidak tertutupi celana dalam lagi…! Sampai sekarang aku masih tidak tahu kenapa dan kemana celana dalamnya. Apakah dia memang sengaja melepasnya? Ataukah dia punya kebiasaan melepas pakaian saat tidur? Entahlah, saat itu aku tak sempat berpikir terlalu jauh, dan dikemudian haripun aku lupa menanyakannya.
Kontolku sudah mulai menegang, segera kubuka celana ku termasuk celana dalamku dan meletakkannya ke atas tas ku. Kuraba dan kuelus-elus pantat Erna pelan. Mulus, kenyal dan hangat sekali…!
Dengan pencahayaan yg minim, sepertinya aku harus puas dengan merabanya saja tanpa bisa melihat kemulusan tubuh Erna

dengan jelas. Kuraba pinggul dan pahanya, kuelus paha depannya dan pelan-pelan kuarahkan tanganku ke pangkal pahanya..
Sreek …sreeekk… suara selimut bergeser.
Deegh… Jantungku seraya berhenti berdetak. Segera kutarik tanganku dari paha Erna dan kubaringkan tubuhku dengan cepat. Tanpa sadar kutahan napasku sambil mencoba mengerti apa yg baru saja terjadi. Sreeek…. Ternyata itu suara Rara yg menarik selimutnya. Kuangkat kepalaku sedikit, lewat atas kepala Erna yg sedang berbaring, aku bisa melihat bahwa posisi Rara sekarang berbaring menghadapku dan Erna.
Bahaya…., kalo Rara terbangun maka dia akan langsung melihat ke arahku dan Erna. Aku harus lebih hati-hati lagi.
Setelah beberapa lama memastikan tidak ada lagi gerakan Rara, tanganku mulai bergerak lagi, kali ini aku hanya berani beraksi sambil berbaring miring menghadap Erna. Kuletakkan tanganku ke payudara Erna. Aah… Ternyata dia juga sudah tidak memakai bra. Kuremas pelan kedua payudaranya bergantian. Padat namun cukup kenyal. Sayang piyamanya membuatku mustahil bisa menyentuh payudaranya secara langsung. Tanpa sadar kontolku yang makin tegang mulai menyodok pantat Erna.
“Hmph…. ” Desahku tertahan saat kepala kontolku menyentuh pantat telanjang Erna. Ku geser-geser pinggulku sampai kontolku menemukan posisi yang pas, diantara dua bongkah pantatnya.
Kudiamkan kontolku di posisi ini beberapa saat. Meskipun aku dan Erna tidak bergerak, namun tetap saja kontolku berkedut- kedut terangsang kehangatan dan kelembutan pantat Erna.
“Ough….” Aku mengerang tertahan.
Ku gesekkan kontolku pelan keatas- bawah sambil makin kutekan.
” Eeenggh……”
Deeggh lagi… Erna mengerang
Lagi-lagi kutarik tanganku dari tubuh Erna dan reflek aku menggeser tubuhku dari posisi miring menjadi telentang. Aku tidak sempat menutupi tubuh telanjangku, kontolku mengacung tegak ke atas. Entah alasan apa yang bakal kuberikan kalau Erna terbangun dan melihatku dalam kondisi seperti ini.
Tangan Erna bergerak.
Gawat, Apakah Erna terbangun?
Tangan Erna lalu bergerak ke bawah dan menggaruk-garuk pantatnya sambil sedikit menggeliat. Apakah Erna terbangun karena rangsangan kontolku?
Erna lalu menggerakkan posisi tidurnya menjadi terlentang. Tangannya kembali menggaruk pangkal pahanya dan lalu melemparkan tangan kanannya kesamping. Tangan Itu mendarat diatas paha telanjangku, dekat dengan kontolku yg menjulang ke atas. Kontolku makin berdenyut- denyut terangsang situasi yg mengkhawatirkan tapi juga menggugah birahi ini.
Kutunggu beberapa saat sampai aku yakin Erna sudah kembali terlelap, lalu aku nekat memegang tangannya dan menggesernya pelan keatas. Setelah yakin tak ada reaksi, kuposisikan jari-jari Erna menggenggam kontolku.
Aaah….
Sentuhan awal jari-jari mungil Erna membuat kontolku kembali berkedut-kedut. Dengan bantuan tanganku, kugerakkan tangan Erna naik turun mengocok kontolku. Kulakukan kocokan dengan perlahan sambil memantau reaksi dari Erna.
Tak ada reaksi.
Merasa aman, tangan kiriku mulai bergerilya ke paha Erna, kuelus dari bawah sampai ke pangkal paha. Pelan-pelan kuraba juga perut bawah Erna, lalu turun ke memeknya, kurasakan rambut kemaluannya yg baru tumbuh masih tipis-tipis. Birahiku naik membayangkan tubuh telanjang Erna. Kuusap memeknya yg terasa empuk dan membukit. Kucari belahan memeknya, masih sangat rapat. Tiba-tiba kurasakan gerakan pelan pada pinggulnya. Setiap kali memeknya kuraba, pinggulnya sedikit terangkat seakan menyambut jari tanganku.
” Emmhh….”
Deggh… Aku menahan napas, semua
aktifitas aku hentikan. Pelan-pelan kulepaskan tanganku yg menggenggam tangannya untuk mengocok kontolku. Namun kubiarkan tangannya masih menggenggam kontol tegangku. Tiba- tiba tangannya kembali bergerak pelan mengocok kontolku lagi.
Gila…, nih anak tidur atau sadar sih….
Aku tetap diam tidak berani bergerak, kunikmati saja kocokan pelan tangan Erna ke kontolku.
Oughh.. nikmat sekali…
Tak berapa lama tangannya melepaskan kontolku dan menggaruk perut bawahnya, di sekitar rambut kemaluannya berada. Lalu tubuhnya bergerak lagi, posisinya kembali miring membelakangiku. Kuberanikan tangan kiriku untuk meraba pantatnya lagi. Kurasakan sedikit gerakan dipinggulnya. Cukup pelan namun selalu ada reaksi atas rangsanganku ke pantatnya.
Aku yakin tubuhnya selalu bereaksi atas sentuhanku, namun tak ada penolakan….
Tak ada lampu merah.
Gas terus…
Kuberanikan diri untuk memutar tubuhku kembali sehingga miring tepat di belakang Erna. Kontolku kuarahkan ke celah di pangkal pahanya. Pelan pelan kudorong kontolku masuk ke celah sempit itu. Gesekan pangkal paha dan bibir memek Erna kekontolku sungguh nikmat, terasa licin, empuk dan hangat.
Licin? Ternyata memek Erna sudah basah….
“Mmmphhh .. ” Erna kembali mengerang pelan, pinggulnya jg bergerak seiring gesekan kontolku.
Sekarang aku sudah tidak kaget lagi dengan reaksi Erna, selama lampu merah tidak menyala, gas terus… akan kumanfaatkann kesempatan langka ini semaksimal mungkin.
Kugesek terus kontolku dengan kecepatan yg meningkat. Tangan kananku kembali meremas pelan payudaranya. Kadang Erna masih bereaksi dengan mengerang atau menggerakkan pinggulnya.
Sambil terus mendesah pelan, tangan kanan Erna tiba-tiba meraba selangkangannya. Jari-jari tangannya bersentuhan dengan kepala kontolku yang masih maju mundur menggesek memeknya.
“ough…” refleks aku mengerang.
Kontolku makin kudorong ke depan sehingga tangan Erna bisa lebih mudah meraba-raba kepala kontolku dari depan.
“enggghhhhh……..” Erna kembali mengerang
Kupeluk tubuhnya di bagian pinggang sekaligus menahan tubuhnya saat pinggulku menyodok-nyodok pantatnya. Memeknya terasa lebih licin dan mulai membuka. Ini membuat kontolku sedikit bisa masuk ke belahan memeknya. Kepala kontolku sudah bisa menyentuh klitorisnya.
“eeengggghh…. aakkhhh” tiba-tiba Erna mengerang cukup keras, badannya menegang, pinggulnya tersentak ke depan dan belakang berkali-kali. Aku yang sudah ga tahan langsung mempercepat sodokan kontolku ke pangkal pahanya. Kugesek dan kutekan kontolku ke belahan memek dan klitoris Erna yang sudah sangat basah. Kontolku makin berdenyut-denyut, dan dengan satu sentakan kubenamkan kontolku ke belahan memek Erna
Crooot…. Croooot….
Dua kali spermaku menyembur ke bibir memek Erna, diikuti beberapa semburan kecil. Kudiamkan beberapa saat kontolku tetap di selangkangan Erna. Beberapa waktu lagi pasti bisa kugenjot lagi Erna, namun aku takut dia terbangun atau aku yg ketiduran, bisa runyam urusannya. Sekali orgasme cukuplah untuk malam ini.
Kutarik lagi selimut untuk menutupi tubuh Erna. Kupakai pakaianku dan aku keluar ke ruang depan. Di ruang depan ada sofa yang sebenarnya kurang nyaman buat tidur, tapi aku yg sudah kecapean sepertinya tidak akan kesulitan tidur di manapun. Sengaja aku memilih tidak tidur bersama Erna dan Rara di ruang tengah untuk menghindari kecurigaan ketika mereka bangun pagi besok.

Keesokan harinya kami melakukan kegiatan acara dengan normal, tidak ada perubahan sikap Erna yg berarti kepada ku. Dia

masih tetap bisa bercanda-canda di sela-sela acara. Entah ini hanya rasa bersalahku padanya atau kadang aku memergoki Erna dan Rara mencuri pandang kearahku sambil berbisik-bisik dan tertawa kecil. Hal itu sedikit membuatku khawatir.
Namun selama tidak ada reaksi negatif atau penolakan dari Erna, lanjut aja.
Ga ada lampu merah, gas teruus….

Suatu malam ketika aku baru selesai mandi, hapeku berbunyi. Whatsapp video call dari Erna…! Meski kami sering ngobrol melalui chat WA di luar jam kerja, baru kali ini dia meminta video call. Cepat-cepat aku mengambil kaos untuk menutupi badanku, meski aku sering godain Erna dengan memperlihatkan bagian privat ku ke dia meski tidak secara terbuka, tetap aja kepikiran gimana malunya nanti kalo ternyata Erna ga sendirian saat video call sekarang ini. Kupakai kaos untuk menutupi bagian atas badanku, bawahnya cukup pakai celana dalam boxer ku, toh ga perlu video call seluruh badan.
Setelah aku duduk di ranjangku siap menerima video call Erna, ku geser tombol terima panggilan dan munculah gambar video lawan bicara ku, ternyata bukan wajah Erna yg muncul, melainkan sebuah halaman buku.
Sepertinya Erna mengaktifkan kamera belakangnya untuk melakukan video call ini.
“Apaan nih…? ” Tanyaku bingung
“Pak Nikoooo… “
“Bantuin Erna bikin laporan ini… Bab III ini Erna bingung…. “
Sebuah jari telunjuk mungil muncul di layar hape, menunjuk-nunjuk bagian tengah halaman buku yg tergeletak di ranjang.
“Pak Niko juga belum pernah ngajarin tentang ini kan…. “
“Oh.. Kalo itu sih gampang” Jawabku setelah membaca bagian yang Erna tunjuk di bukunya. Akupun menjelaskan apa yang ditanyakan Erna tentang salah satu prosedur kerja di kantorku. Setelah penjelasan panjang lebar akhirnya Erna bisa memahami persoalan yg dia hadapi. Setelah itu buku ditutup dan disingkirkan, layar hape video call tinggal menunjukkan sprei bermotif bunga-bunga warna hijau muda.
Tiba-tiba kamera bergerak-gerak acak, sepertinya Erna sedang memindahkan hapenya, terlihat beberapa sudut ruangan yg sepertinya kamar tidur.
“Kamarmu na? ” Tanyaku saat kamera sudah mulai stabil.
“Iya dong…. ” Wajah Erna sudah muncul di layar hapeku. Rupanya Erna mengubah kamera nya ke kamera depan. Erna mengenakan jilbab warna coklat muda yang menutupi lehernya dan sebagian bahunya. Dan di bagian bahu yg tidak tertutup jilbab tampak kulit mulusnya.
“ihhh.. Erna ga pake baju…” godaku pada Erna. Setelah selesai dengan obrolan serius, sudah saatnya aku mulai godain dia ke arah yg lebih nakal.
“Yeey.. pake lah pak… nih kalo ga percaya..” Kamera lalu bergerak agak menjauh dari wajahnya sehingga sekarang bisa terlihat sampai perutnya. Erna ternyata sedang duduk bersandar di ranjangnya.
“Cantik kan….” Lanjutnya sambil memiringkan kameranya dan membuat beberapa pose imut dan kadang alay. Erna memakai tangtop putih tipis yang biasa dipakai untuk dalaman. Aku yang tidak siap atas suguhan itu kaget dan merasa ada yg berbeda, namun belum yakin apanya.
Lalu aku sadar, dadanya. Payudaranya terlihat lebih mancung dari biasanya.
Erna tidak memakai bra…! Kontolku mulai berdenyut-denyut tanda mulai terbangun. Erna selalu sukses bikin aku ngaceng kapan aja.
“Deketin lagi dong kameranya, biar

cantiknya makin terlihat”
“Emang mau liat apa sih pak?” tanya Erna sambil sedikit mendekatkan kameranya. Sekarang aku yakin, Erna tidak memakai bra.
“Kamu ga pake bra ya Na…?”
Erna tertawa sambil menutup mulutnya dengan tangan kirinya.
“Pak Niko tau aja… hihihi..” jawab Erna masih sambil tertawa. Tangan kirinya bergerak berusaha menutupi bagian payudaranya.
“Erna kalo tidur emang ga pake bra pak, risih soalnya. Emang kak Gita kalo tidur pake bra pak?” lanjutnya
“Kalo pas sama aku mah ga pake apa-apa, biar gampang” jawabku sekenanya
“Gampang diapain hayooo….” Tanya Erna dengan genitnya. Tangan kirinya tidak berhenti bergerak, kadang menutup mulutnya saat ketawa, kadang memperbaiki letak jilbabnya sambil sesekali mengelus-elus dadanya. Jelas Erna sudah mulai terpancing nih.
“Gampang di emut…hehe” Tangan kiriku mulai mengelus kontolku yang sudah mulai tegang sempurna dibalik celana boxerku.
“Pernah diemut belum Na..?” pancingku kembali. Dari obrolanku dengan Erna dan Rara, bisa aku ketahui kalo Erna belum pernah pacaran, meski selama di sekolah sudah ada beberapa cowok yang mendekatinya.
“Enak loh Na kalo tete diemut dan diremas-remas…”
“ih Pak Niko mesum…. Pasti kalo sama Kak Gita juga mesum melulu bawaannya” Erna sudah mulai terpancing bahas seks nih. Tingkahnya yg masih malu-malu tapi cukup vulgar dalam berbicara sangat memancing birahi ku.
“Erna mah belum pernah diapa-apain, takut pak”
“Tapi pasti udah banyak cowok yg deketin kan…? Erna kan cantik dan seksi lagi..” aku mulai ngegombal
“Halah, gombal… Erna mah biasa aja, ga seksi pak. Pak Niko aja yg berpikir seperti itu”
“Beneran kok Na, kamu tuh cantik, seneng aja aku liat kecantikan kamu, seksi juga. Kalo deket sama kamu gampang terangsang, cepet ngaceng…” sudah saatnya meningkatkan level kemesuman dalam obrolan kami. Selain karena aku sudah begitu bernafsu, Erna juga sejauh ini tidak ada kesan risih atau menolak obrolan ini.
“Dasar….! Pak Niko mesum…” Teriak Erna. Dia kemudia tertawa kecil sambil menutup mulutnya.
“Pantesan Pak Niko suka pegang-pegang Erna, sama ‘itunya’ Pak Niko sering nyodok-nyodok pantat Erna”
Ah, terjawab sudah, selama ini Erna ternyata menyadari kelakuan mesumku ke dia. Fakta bahwa dia tidak pernah menolak merupakan lampu hijau buatku.
“Itu apa Erna..?” tanyaku pura-pura bego
“ihhh, itu…. kontol” ucap Erna genit sambil tertawa kecil. Dia lalu menutupi mukanya dengan boneka panda kecil yg diambilnya entah dari mana.
“Abis pantatmu semok banget sih, mana ada cowok yg tahan liatnya…”
“Halah Pak Niko aja yg mesum, kalo liat Erna pasti ngaceng… sekarang pasti kontol pak Niko ngaceng ya pak…? Hihihihi” nih anak sudah mulai berani nantangin. Kata-kata vulgarnya membuatku makin terangsang.
“Kalo kameramu diarahin ke bawah, pasti tambah ngaceng..”ucapku
‘Yeee… ga mau” jawab Erna cepat. Wajahnya lalu didekatkan ke kamera hape
“Erna ga pake celana pak…. “ lanjut Erna lirih sambil tertawa kecil dan menutupi mulutnya dengan tangan kirinya.
Duh, makin blingsatan aku membayangkannya. Segera kuubah kamera hapeku ke kamera belakang sambil kuarahkan kamera ke kontolku yg jelas sudah mulai tegang.
“Sama dong Na… heheehe”
kataku sambil ketawa kecil. Sekarang kontolku yg masih ditutupi celana dalam boxer ketat namun sangat terlihat menggembung terpampang di layar hape.
“Aahhh… ngacheng… pak Niko mesum…” Erna mendekatkan kepalanya lagi ke kamera hapenya sambil ketawa.
“Buka pak kalo berani…” tantang Erna lagi.
“Kameramu arahin bawah dong…” ucapku penuh harap
Tak kusangka tanpa menjawab apa-apa tiba-tiba Erna kembali mengubah kameranya ke kamera belakang dan mengarahkannya ke bagian bawah tubuhnya. Paha mulusnya terlihat di kamera, pelan-pelan kamera mulai bergeser ke atas, lalu muncullah celana dalamnya. Memek Erna terlihat tembem dalam balutan celana dalam polos yg dia kenakan.
“Buka dong Na…, ntar punyaku aku buka juga. Ga pengen liat kontolku yg sudah ngaceng ini tho…” rayuku sambil tangan kiriku meremas dan mengocok-ngocok pelan kontolku yang masih tertutup celana dalamku.
“Udah pernah liaaaatt…. Hihihihi”
“Hah.. kapan?” tanyaku pura-pura kaget
“Di hape lama Pak Niko…”
“Oh iya ya… ada foto-foto telanjangku sama Gita di hape itu”
“Gimana Na…? bagus kan kontolku..?” lanjutku
“Ga tau… serem pak, gede banget” jawab Erna malu-malu
“Justru yg gede gini yang mantap Na…”
“Emang enak ya pak gituan…?”
“Gituan apa..?” pancingku.
“Ya itu yg kayak di video bapak sama kak Gita..”
“Seks? Ngewe..? Enak banget Erna… belum tau rasanya ya….? Mimpi basah belum pernah….?” Pancingku.
Erna tertawa kecil sambil malu-malu.
“Pernah sih pak…. “ jawab Erna sambil tertawa dan menutupi mukanya….
“Cieeee… Enak kan rasanya…?” godaku
“Ya gitulah…” jawab Erna pelan.
Tingkah Erna yang malu-malu tapi mau ini sungguh menggemaskan
“Cieee…. Sama sapa gituannya di mimpimu….? Artis korea? Apa malah temen sekolah? Si Bagas itu jangan-jangan…..” lanjutku menyelidiki.
“Mauu tauuu ajhaa….” Jawab Erna sambil memonyongkan bibir nya
“Yeey… cerita dong Na… penasaran nih… kamu diapain aja dimimpimu..?”
“Mimpinya pas kita nginep di kantor kelurahan itu loh pak…”
Loh…. Gimana ceritanya perbuatan mesumku malam itu malah dikira mimpi sama Erna…? Ingatanku langsung kembali ke kejadian di kantor kelurahan tempo hari. Waktu itu memang aku merasa Erna kadang-kadang seperti sedang tertidur, namun kadang juga seperti dalam keadaan sadar. Sampai sekarang kesimpulanku hanya bahwa Erna setengah sadar merasakan perbuatanku ke dia, dan pagi harinya ada memori yang tersisa di kepalanya. Hanya saja dia salah menerjemahkan memori kabur itu sebagai mimpi.
“Entah kenapa Erna mimpi aja kalo Pak Niko meluk Erna dari belakang trus kontol Pak Niko menggesek-gesek selangkangan…..”
“Hah… aku..?” potongku terkejut. Sebenarnya aku sudah memperkirakan ini, tapi tetap saja Erna yg keceplosan ngaku membuatku sedikit terkejut.
“Eh… eeeh… ihhhh Pak Niko….” Erna baru sadar sudah keceplosan mengaku kalo (dalam pikirannya) aku lah pasangan yg ada dalam mimpi basahnya. Dia terlihat salah tingkah. Ekspresinya yang malu-malu itu menggemaskan sekali.
“Tak disangka ternyata Erna fantasinya sama aku ya….”
“Tahu gitu malem itu aku sodokin beneran nih kontol…. “ godaku sambil mengarahkan kamera hape ke kontolku yg sedang kukocok-kocok dibalik celana boxerku.
“iihhh bapak… Erna kan jadi malu..” kata Erna
“terus
gimana…? kita ngapain aja” Entah kenapa mendengar Erna cerita tentang “mimpi basahnya” sangat menggugah birahi ku.
“Ya gitu lah pak… Erna juga megang-megang dan ngocokin kontol Pak Niko…. gede pak… hihihihihi…” Erna kembali tertawa sambil memeluk erat boneka pandanya.
“Pas kontol Pak Niko gesek-gesek selangkangan Erna rasanya geli-geli enak pak…”
“Sampe Erna pipis tapi nikmat banget rasanya…”
Tawa Erna tiba-tiba mengingatkanku akan sesuatu.
“Eh sebentaar… kalo gitu Rara tahu ga kalo kamu mimpi basah sama aku..?” tanyaku penasaran
“Erna cerita pak paginya… hihihihi… Rara malah ketawa-ketawa pak” Jawab Erna
Aaahh.. terjawab sudah kenapa pagi itu mereka berdua sering curi-curi pandang ke aku sambil ketawa. Ternyata mereka berdua ngerumpiin aku….

“Betewe mau nyobain ga Na..? pasti aku bikin enak deh..” rayuku pantang mundur
“Gimana caranya pak? Masih takut Erna”
Yeees… akhirnya kecantol juga dia…
“Gini aja Na, besok Jumat kan kantor sepi, pada cuti. Tinggal aku sama mba Hani. Biasanya kan dia ngajakin kalian olah raga sama belanja-belanja kan, nah kamu bilang aja ga ikut karena lagi ga enak badan atau mau bersih-bersih kantor aja, tapi kamu pastiin Rara ngikut mba Hani. Jadi kita ada waktu buat yg enak-enak deh..”
“Terserah Pak Niko deh…..” sahut Erna
Sip, membayangkan besok aku bakal menikmati Erna sekali lagi membuat kontolku kembali berkedut.
“Trus sekarang gimana nih Na, aku udah ga tahan nih” Tanyaku sambil terus mengocok kontolku yang sudah tegang maksimal
“Gimana apanya pak..?” tanya Erna bingung
Langsung aja kulepaskan celana dalam boxerku sehingga terpampanglah kontolku yg tegak sempurna
“iiihhh….. Pak Niko…, kok dikeluarin sih….” Lagi-lagi Erna menyembunyikan wajahnya dengan boneka panda itu lagi, namun matanya tidak tertutup sehingga aku yakin sekali dia masih memandang kontolku yg masih terus kukocok.
“Kamera mu jauhin dong Na, biar keliatan semua cantik dan seksinya…” rayuku
Tanpa menjawab, kamera Erna terlihat bergerak-gerak lalu terlihat Erna sedang mengatur posisi kamera agar pas menyorot tempat tidurnya.
“Gini pak..?” tanya Erna setelah merasa kamera sudah cukup menyorot sebagian tempat tidurnya tepat di bagian dia sedang berbaring . Celana dalam polos warna abu-abu muda yang ketat membuat selangkangannya terlihat membukit, sungguh sangat mengunggah birahiku. Paha mulusnya terlihat padat berisi.
“Wow Erna kamu seksi banget….”
“Gombal….” Sahut Erna genit sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya pelan
“Buka dong Na celananya… bentaaar aja..” rayuku
“Ga mauu…. malu pak..” Kata Erna sambil kedua tangannya menutupi celana dalamnya tepat di bagian memek yang membukit itu.
“Yah kok malah ditutupin….. buka dikit aja Na, setengahnya ga pa pa….. keliatan rambutnya aja ga pa pa…”
Tak kusangka, tangan Erna mulai bergerak pelan menurunkan celana dalamnya, pelan-pelan dia mengangkat pantatnya dan menurunkan celana dalamnya, bayang gelap rambut kemaluannya mulai terlihat meski kurang begitu jelas karena letak kamera yang agak jauh. Namun sudut pandang kamera yg luas menyebabkan aku bisa melihat adegan ini sambil memandang ekspresi Erna. Dia tersenyum-senyum sambil kadang sedikit menggigit bibir bawahnya. Ini anak memang penggoda tulen. Erna hanya menurunkan celana dalamnya sebatas memperlihatkan

rambut kemaluan bagian atasnya. Tangan kirinya lalu mempermainkan rambut kemaluannya sambil kadang memasukan tangannya ke celana dalamnya.
Erna kembali menggigit bibir bawahnya, matanya terpejam dengan kepala bergerak-gerak pelan. Kombinasi gerakan tangannya yang meraba memeknya dan muka terangsangnya membuat gairahku mulai memuncak.
“Ooh Erna… gila kamu seksi banget… “ucapku sambil mempercepat kocokanku, terasa spermaku sudah hampir keluar, mendesak-desak dari pangkal kontolku.
“Ooohhh… Erna….besok aku sodok-sodok kontol ini ke selangkanganmu… aku remas-remas pantatmu yang bahenol itu Na.. Ough… memekmu yang tembem itu bakal aku jilat-jilat sampe kamu orgasme Na…” aku mulai meracau ..
“ ogh.. ahk… akh…aku keluar Na…. aghhhh….”
Tubuhku menegang seiring denyutan demi denyutan di kontolku
Croot.. crooot… croooot spermaku muncrat dengan kencangnya, beberapa sampai mendarat di wajahku sendiri
Ahhh nikmat sekali rasanya…
“aahhhh……. Enak sekali Na… “
Terdengar tawa panjang Erna, sialan nih anak.

Keesokan harinya, seperti biasa, Erna dan Rara sampai di kantor pada pukul 7 pagi. Mereka berdua memakai kaos olahraga seragam sekolah mereka yg berwarna abu-abu muda dengan garis merah di kaki dan lengannya. Namun tidak seperti Rara, Erna tidak memakai celana training seragam sekolah, melainkan legging panjang ketat yg juga berwarna abu-abu muda. Legging ini benar-benar menunjukkan lekuk tubuh Erna. Kaos seragam mereka yg panjangnya hanya sampai setengah pantat membuat pantat dan paha Erna yg semok itu terlihat jelas. Dan yg paling membuatku menelan ludah adalah gundukan selangkangannya. Pemandangan yg semalam cuman kulihat dari layar hape, sekarang bisa kunikmati dengan mata langsung. Ingin ku segera menjalankan rencanaku, namun aku harus bersabar menunggu Rara dan mba Hani pergi olahraga dulu.
Sekitar 10 menit kemudian Rara dan mba Hani pamitan untuk olahraga, biasanya mba Hani baru pulang olahraga sekitar jam 10 siang karena sekalian belanja-belanja di bazaar yg selalu ada pada Jumat pagi di alun-alun. Setelah yakin Rara dan mba Hani sudah keluar dari kantor, segera kupeluk dari belakang Erna yg dari tadi ada di sampingku. Tanpa menunggu reaksi Erna langsung kugesek-gesekan kontolku ke pantat Erna yg bahenol itu. Celana training tipis yg kukenakan dan legging ketat yg Erna kenakan membuat sensasi pada setiap gesekan kontolku ke pantatnya menjadi sangat nikmat. Empuk sekali. Saat kuselipkan kontolku ke belahan pantatnya, bisa kurasakan kehangatannya. Kedua tanganku lalu meremas pelan kedua payudaranya. Erna makin menggelinjang.
” ih bapak nakal… geli pak…”
Tangannya memegang tanganku, berusaha melepaskan pelukanku dan remasan tanganku di payudaranya.
“Paak, ough.. nanti ada yg liat… awgh….”
“Kita ke ruangan kepala kantor aja, ada sofa besar di dalam” ajakku sambil melepaskan pelukanku pada Erna.
“Terserah Pak Niko ajha..” ucap Erna lirih sambil agak terengah-engah. Segera kugandeng tangannya untuk segera mengikutiku.
Setelah kami masuk ruang kakap, tak lupa pintu ku kunci dari dalam untuk mencegah orang lain yag mungkin tidak sengaja membukanya. Aku segera berbalik untuk memeluk Erna kembali, namun kali ini dia berhasil berontak dan lari menghindar sambil ketawa-ketawa.
“Ah… Pak Niko mesum.. Erna mau diapain pak…”
Usaha melarikan dirinya yg sangat tidak serius itupun kandas, Erna bisa dengan cepat

kutangkap dan kembali ku peluk, kali ini dari depan. Kucium bibir mungilnya itu.
“mmmphhh… sllurrppp”
Sambil terus melumat bibir mungilnya, tangan kananku bergerak ke bawah. Jilbabnya kusibakkan ke pundak dan kuremas-remas kedua payudaranya bergantian. Erna menggelinjang. Tangannya menggapai-gapai ke samping. Kakinya tak mampu lagi menahan tubuhnya sehingga aku harus memeluk dan menahan pinggangnya agar tubuhnya tidak merosot ke bawah.
“ouggghh… mmmhhhh….gheeeeli phaaaak….” Desah Erna disela ciuman kami
Karena saking gemesnya aku dengan tingkah Erna itu, kupeluk dan kuangkat tubuh Erna. Erna kembali berontak mencoba melepaskan diri. Dalam usahanya itu, gerakannya justru membuat kontolku mulai menggesek-gesek selangkangannya, darahku berdesir kencang ke kontolku yang makin tegang. Erna bisa merasakan itu.
“Eugh… kontol Pak Niko gede banget…” Erna mulai melenguh. Sekarang justru Erna yg memelukku semakin erat, kedua kakinya disilangkan melingkari pinggulku. Pinggulnya mulai bergerak maju mundur dan naik turun. Ini memberi irama gesekan antara selangkangannya ke kontolku.
“Akgh… Erna kenapa ini pak, geli tapi enak pak…..”
Kugendong tubuh Erna lalu kuturunkan di sofa. Erna masih bergerak2 pelan, terutama pinggulnya. Kakinya dirapatkan namun tangan kanannya diselipkan di selangkangannya yg merapat sambil mengelus lembut gundukan memeknya…
Tanpa menunggu lama kucoba melepas leggingnya ke bawah. Namun cengkeraman tangan Erna ke selangkangannya membuat usahaku terhalang.
“Jangan dilepas pak, Erna malu” kata Erna diantara desahannya.
“Ga pa pa Na, pokoknya nanti pasti enak..” rayuku sambil berusaha menyingkirkan tangannya dari selangkangannya. Sepertiya usahaku berhasil, Erna mulai melepaskan cengkeramannya pada celananya. Aku lalu menarik legingnya pelan-pelan sampai terlepas seluruhnya. Terpampanglah bagian bawah tubuh Erna yg sangat seksi. Pahanya kencang dan sangat mulus, pinggulnya lebar dan yg paling menarik perhatianku adalah gundukan memeknya yg sekarang hanya tertutupi celana dalam tipis. Celana dalamnya berwarna krem polos dengan gambar kelinci kecil di bagian depan. Untuk sesaat aku kembali tersadar kalau Erna ini sebernya masih anak bau kencur meski tubuhnya sudah menunjukkan lekak-lekuknya.
Saking gemesnya aku melihat memek tembemnya aku langsung mengelus-elus dari luar celana dalamnya,
Terasa lembab dan makin basah setelah aku elus-elus memeknya.
“udah basah aja Na..”
“Pak Niko sih…. grepe-grepe Erna….” jawab Erna sambil pura-pura kesal
“Tapi enak kan Na…?”
Erna hanya tersenyum sambil tertunduk malu.
Kembali ku elus-elus gundukan memeknya tepat di bagian yang basah,
“Aaahh.. sshh.. geli pak… terusin pak..” dua jariku kugunakan untuk sedikit menggaruk memeknya yg tembem itu, kucari-cari bagian klitorisnya dengan rabaan lembut.
“Ehhhmmm paaak… Agh… ! ” Erna menjerit, sepertinya aku mengenai klitorisnya. Jeritannya cukup keras sehingga kalau ada orang di balik pintu keluar ruangan ini pasti akan mendengar jeritannya.
“Paak, Erna diapain pak… enak banget pak…. auuuhh.. aaahhh ” Erna terus meracau dan mendesah setiap kali aku menggesek-gesek klitorisnya dengan jariku meskipun masih tertutup celana dalamnya. Tangannya mencengkeram sofa, kepalanya bergeleng-geleng ke kiri dan ke kanan, pinggulnya terus naik turun seirama denga rangsanganku pada memek dan litorisnya.
Celana dalamnya makin basah. Pada saat Erna menaikkan pinggulnya sambil mendesah2, segera kuambil kesempatan ini untuk menarik lepas celana dalamnya. Terpampanglah memek Erna yg tembem
itu, memeknya masih sangat rapat dengan dihiasi rambut halus di bagian atasnya. Memeknya yg masih bersih mulus dan berwarna cerah itu meyakinkanku kalau daerah ini memang belum pernah dijamah cowok. Kecuali perbuatan cabulku malam itu tentunya. Pahanya yg putih bersih dan mulus segera kuelus dan kuremas pelan. Pahanya terasa padat berisi. Kuciumi dan kujilat kedua pahanya bergantian sampai ke pangkal pahanya.
“Aaang…. “ Erna kembali mendesah kegelian sambil kedua pahanya bergerak-gerak menghindari jilatanku.
Ah, aku sudah tak tahan lagi, segera kuarahkan bibirku ke memek Erna.
“Memekmu cantik sekali Na, tembem dan imut-imut….” Kataku sebelum ku kecup dan kujilat-jilat memek nya.
“ahh… Pak Nikooo, auuuhh… “
Kucoba menyelipkan lidahku ke belahan memeknya, namun agak susah karena masih rapat sekali. Lidahku bergerak ke atas mencari klitorisnya, lalu kujilat-jilat klitorisnya sambil sesekali kusedot. Erna makin blingsatan. Dia mendesis dan mendesah setiap kali kujilat klitorisnya.
“Mmhh… paaak..ssshhh…paaak…. “
Tangannya mulai bergerak ke sana ke mari, tak berapa lama tangannya sampai dirambutku dan seketika dia menjambak ku. Namun tangan itu tidak berusaha menjauhkan kepalaku dari selangkangannya, namun justru tangannya menahan kepalaku untuk tetap di memeknya. Memek Erna yg tebal membukit sungguh menggugah birahiku, kuselipkan lidahku di belahan memeknya yg sudah mulai membuka.
“Paak, ghellih phaak, ough.. pak Erna mo pipissh pak…”
“Akhgg… aaaaaaaargh…..”
Erna mencengeram rambutku kencang, kakinya mengapit kuat kepalaku, dan tiba2 punggungnya melengkung ke atas lalu terjatuh ke bawah lagi. Erna terdiam, kepalanya menengadah dengan mulut terbuka, pinggulnya kembali tersentak-sentak ke atas beberapa kali.
Erna orgasme.
“Enak kan Na..” tanyaku sambil mengusap-usap wajahnya. Erna masih tersengal-sengal.
“Enak banget pak.”
“Mau lagi ga..?” tanyaku sambil tanganku meremas lembut payudara nya.
“Mauu….” Jawab Erna tersipu.
Kukecup bibirnya pelan, sambil tanganku terus meremas-remas payudaranya
“Buka kaosnya ya…”
Lalu kutarik ke atas kaos seragam olahraga yg Erna kenakan. Erna tidak menolak bahkan dia mulai melepas jilbab yang masih dia kenakan sehingga memudahkanku melepas kaos nya.
Terpampanglah tubuh telanjang Erna di depanku, pinggulnya yg lebar dengan dengan pinggang ramping mempertegas lekuk tubuhnya.
“Masa Erna aja yg telanjang pak…, Pak Niko juga buka dong…”
“Nih kamu aja yg bukain..” jawabku sambil berdiri dan melepas kaos yang kukenakan. Erna lalu duduk dan mulai melepaskan celana training yg kukenakan. Entah sengaja atau tidak, sambil membuka ikatan tali karet celana training ku, tangan Erna berkali-kali menyenggol kontolku yg sudah tegang dari luar celana.
“hihihi… ini kenapa Pak…? “ katanya sambil menggenggam dan sedikit meremas kontolku.
“Buka aja Na, biar bisa pegang langsung…”
Erna langsung menarik celana trainingku hingga terlepas seluruhnya
“Woow… gede banget pak..” ucap Erna sambil kembali mengelus dan menggenggam kontolku yg masih tertutup celana dalamku. Lalu dipelorotkanlah celana dalamku dengan cepat, kontolku yang sudah tegak sempurna langsung mendongak ke atas dengan gagahnya. Langsung aja kontolku dielus dari bagian kepala sampai pangkalnya.
“emmhh… “ tangan mungilnya memberi sensasi sengatan listrik setiap kali menyentuh kontolku. Erna mulai berani memenuhi rasa penasarannya dengan mempermainkan kontolku, kadang dielus,
diremas, digoyang-goyangkan ke kanan dan kiri. Kuarahkan tangan Erna untuk menggenggam batang kontolku dan menaik-turunkan genggamannya pelan-pelan.
“Dikocokin gini Na, pelan-pelan aja, enak banget Na..”
“Ough… “ desahku merasakan kenikmatan kontolku dikocokin abg cantik dan bahenol ini.
Erna kini makin asyik mengocok kontolku sambil kadang memencet-mencet kepala kontolku dengan gemasnya.
“Mau ngemut kontolku ga Na..?” tanyaku penuh harap
“Jangan pak, Erna takut… gede banget…” Raut wajahnya terlihat berubah. Sepertinya dia benar-benar menolak. Untuk saat ini memang aku ga berniat memaksa Erna melakukan yang tidak dia inginkan. Tujuanku kali ini hanya memperkenalkan Erna pada kenikmatan hubungan seks. Kesannya tentang seks itu harus nikmat, dia tidak boleh sampai trauma dengan seks apabila merasa terlalu dipaksa.
“Ya udah, aku aja yg ngemut tete kamu itu….” Kataku sambil menyergap Erna dan mendorongnya sampai terbaring di sofa
“Aw… Pak Nikooo….“ ucap Erna sambil tertawa manja
Kuposisikan Erna berbaring disofa dengan kaki ditekuk dan aku di atasnya diantara kedua kakinya dengan posisi misionaris, aku mulai dengan menciumi dan menjilati perutnya yang mulus itu lalu bergerak ke atas. Kedua tanganku meremas kedua payudara Erna dengan kadang memilin-milin putingnya.
“Mmmhh…. mmmpphhhh….” Erna mulai mengerang tertahan
Kuemut dan kujilat-jilat puting kirinya yang sudah mengeras. Tangan kananku bergerilya ke seluruh tubuh Erna. Dari pinggang lalu bongkahan pantat dan ke paha Erna, sungguh mulus dan padat berisi. Kuremas-remas pantat bahenol Erna yg tak pernah membuatku bosan.
“aaakh… “ pekik Erna pelan.
Pantat Erna terangkat setiap kali aku meremasnya. Ini membuat memeknya bergesekan dengan batang kontolku yg sudah berada tepat di atas memeknya Aku mulai menggesekkan pelan kontolku setiap kali memeknya terangkat. Terasa memek Erna yg sudah basah sekali setelah orgasme pertamanya.
“mmpphh… pak.. kontol…aaakhh…”
“Kontolnya kenapa Erna…?” tanyaku sambil mulai menciumi bibirnya…
“Ngooummhh… mmh… kontolnya enak banget pak… “ jawab Erna di sela-sela ciumanku.
“Enak gimana Erna….?” Godaku. Aku sengaja menghentikan gesekan kontolku ke memek Erna. Aku ingin dia bisa proaktif dan terbuka untuk mengutarakan perasaan dan keinginannya selama berhubungan seks.
“Phaak… jangan berhenti… lagi pak… ayooo… “ pinta Erna manja. Badan Erna kembali menggeliat-geliat, pinggangnya bergerak-gerak sehingga memeknya kembali menggesek-gesek kontolku.
“Harus gimana Erna, bilang dong…. “godaku
“lagi… kontol Pak Niko gesekin lagi ke memek Erna…. cepetan pak”
Kedua tangannya lalu mencengkeram pantatku dan menariknya ke bawah yang membuat kontolku kembali menekan memeknya. Tujuanku membuat Erna proaktif sepertinya sudah berhasil, dan aku juga udah ga tahan untuk memasukkan kontolku ke memek Erna. Kuarahkan kontolku ke bibir memeknya dan kugesekan kepala kontolku sambil kusodokkan pelan-pelan. Kepala kontolku sudah mulai tenggelam di bibir memek tembem Erna.
“akkh…. “ Erna berteriak
“Jangan dimasukin pak….” Tangannya mencoba mendorong perutku ke belakang.
“Erna takut….” Ekspresi wajahnya menunjukkan penolakannya. Aku jadi tidak tega memaksanya meski birahiku sudah memuncak. Aku lalu menarik badan Erna yg terbaring menjadi memeluk ku.
“Kamu kupangku aja Na, biar lebih nikmat. Janji deh ga bakal kumasukin”
Aku lalu duduk bersanda pada sofa dan kuarahkan Erna untuk kupangku
menghadapku. Posisi memeknya tepat menindih kontolku. Tanganku meremas kedua bongkah pantatnya.
“nggaaahhh…. Oouhh…” Desah Erna. Pinggulnya mulai bergerak liar, memek tembemnya menggesek-gesek kontol tegangku. Erna sudah mengerti apa yang bisa membuatnya merasakan kenikmatan di selangkangannya. Dengan posisi di atas, dia bisa memegang kendali tubuhnya. Namun gerakannya yang terlalu liar kadang membuat kontolku terasa agak sakit bila tergencet. Tanganku yg masih meremas pantatnya mulai mengarahkan gerakan pinggulnya untuk bergoyang ke depan dan ke belakang. Erna sepertinya langsung paham, gerakannya mulai teratur, pelan tapi sangat bertenaga menggesekkan memeknya ke batang kontolku.
“sshhss…. Agghhh…. Hemmph…” Erna mulai meracau seiring dengan goyangannya.
Memeknya sudah sangat licin dan mulai membuka, batang kontolku sudah bisa melesak ke dalam bibir memeknya yang semakin licin karena cairan pelumasnya dan kepala kontolku juga sudah mulai menyentuh klitorisnya.
Tanganku mulai lagi bergerilya ke seluruh lekuk tubuh Erna. Dari paha mulusnya lalu naik ke perutnya yg ramping dan minim lipatan. Sesekali kuremas kedua payudara Erna yang bergoyang-goyang seirama gerakan pinggulnya, kadang sambil kujilati putingnya bergantian.
“ooohhh…aaaaccchhh….aaaaaaaahhhhh…paaak …! Erna lalu memelukku erat, goyangan pinggulnya makin cepat dan makin menekan kontolku. Payudaranya menempel tepat di mukaku. Kuemut putingnya dan kusedot-sedot tanpa ampun.
“Oouuugh… enak banget Na…..mmmphhh… “ aku juga merasakan mulai mendesak-desak dari pangkal kontolku. Kuremas kedua bongkah pantat Erna sambil kugerakkan pinggulnya maju mundur semakin cepat karena aku merasakan sperma ku sudah mulai bergulung-gulung menuju kepala kontolku siap untuk meledak.
“Paaak… Erna pipis lagi paak…. aaahhh”
Mendengar erangan Erna membuat pertahananku jebol,
cccrrrooootttt…….ccccrrrroooot……ccccrrrroooot…. spermaku mucrat dengan kencangnya ke perutku dan dadaku. Aku yakin ada sebagian spermaku yang menyembur ke bibir memek Erna. Nafasku tersengal-sengal merasakan kenikmatan ini.
“Aaagghhh….. aagghhh…. Paaak….“ Hampir bersamaan, pinggul Erna tersentak-sentak, punggungnya melengkung dan kepalanya menengadah dan terayun ke belakang. Kedua tangannya mencengkeram erat pundak ku. Tubuh Erna seakan kaku, hanya pinggulnya yang masih tersentak-sentak. Lalu Erna menjatuhkan tubuhnya ke pelukanku. Nafasnya juga tersengal-sengal pelan. Tanpa suara, hanya gerakan pinggulnya yg sesekali masih tersentak pelan.
“Erna, kamu ga pa pa…? “ tanyaku pelan, repot juga kalo sampe pingsan nih anak.
“Enak banget pak… “ Jawab Erna pelan masih dalam pelukanku.
“Masih mau lagi…?” Ucapku
“Udah ga kuat pak…. Erna capek banget…”
Kubiarkan Erna di posisi ini sampai dia bisa mengumpulkan kembali tenaganya. Erna bener-bener kelelahan, setelah membersihkan diri di kamar mandi di dalam ruangan kepala kantor dan memakai kembali pakaiannya, dia meminta izin untuk istirahat di tempat tidur darurat di pojok ruangan belakang. Ruangan itu memang biasa digunakan mba Hani dan Bu Nur untuk istirahat singkat.
Sampai akhir masa PKL mereka, aku masih sekali lagi berbagi kenikmatan dengan Erna, dan lagi-lagi, Erna masih menolak untuk penetrasi.

Bagian 2 – Setelah Masa PKL