| Pulang sekolah, aku sengaja berlama-lama membereskan tasku.
Menunggu teman-teman yang lain pulang dulu. Andripun demikian.
Kami pulang berdua bersama.
Rumah Andri tidak terlalu jauh dari sekolah.
Hanya naik angkot selama 10 menit saja.
Selama perjalanan dari sekolah, kami tidak berbicara.
Saling menundukkan kepala.
Akhirnya kami turun dari angkot dan berjalan sedikit ke dalam.
Andri memencet bel rumahnya dan pembantu membukakan pintu.
“Mbok Inem, Ayu dan saya mau kerja kelompok di kamar saya. Mbok tolong bawain minum yah ke atas.”
“Baik, dek Andri.”
Kami segera ke atas menuju kamar Andri.
Aku sudah terbiasa dengan suasana kamar Andri. Sudah beberapa kali aku masuk ke kamarnya.
Mungkin sudah 6-7 kali kerja kelompok. Tapi kali ini cuma aku sendiri yang datang.
Aku duduk di tepi ranjang Andri sambil memperhatikan lebih jelas ruangan kamar ini.
Tidak lama Mbok Inem masuk membawa minuman dan meletakkannya di meja belajar.
Andri yang baru keluar dari kamar mandi memberitahu Mbok agar istirahat saja.
Karena memang kalau sore jam 3 biasanya Mbok Inem yang cukup senior umurnya, tidur siang.
Andri terlihat lebih segar karena sudah mandi.
Kelihatannya segar sekali.
Kamar mandi Andri memang ada di dalam kamarnya.
Aku yang sudah gerah kepanasan sejak tadi siang ingin segera mandi juga.
Tetapi aku tidak membawa baju ganti.
“Dri, pinjam baju dong. Aku mau mandi juga ah.”
“Kaos mau?”
“Boleh..Handuk juga dong.”
“Nih.. pakai yang ini aja.”
Aku pun segera masuk dan mengunci kamar mandi.
Kutanggalkan satu per satu pakaianku.
Seragam SMP-ku basah karena keringat.
Bahkan sampai ke BH dan celana dalam.
Aku gantung semua pakaian-ku supaya bisa cepat kering.
Aku pun masuk ke dalam bath tub.
Tidak berendam karena tidak mau berlama-lama mandinya.
Shower di bathtub mengguyur badanku.
Air sejuk sungguh menyegarkan.
Sabun mandi cair yang ada di kamar mandi Andri khusus laki-laki.
Wanginya maskulin sekali.
Kutuang ke telapak tanganku dan kuratakan di seluruh badanku.
Aku mengusap lebih lama di ketiak, payudara, dan memek-ku.
Aku ingin badanku wangi.
Setelah menyabuni seluruh badanku, aku bilas sampai bersih.
Andri memberikan handuk yang cukup besar.
Badanku langsung bisa kering semuanya.
Segar sekali.
Aku mengambil BH-ku..
uuhh.. masih basah dan bau keringat.
Apa tidak usah pakai saja yah?
Apalagi kan mau dipegang-pegang sama Andri nanti.
Akhirnya aku memutuskan untuk tidak memakai BH.
Celana dalampun tidak juga.
Aku memakai kaos putih yang diberikan Andri.
Walaupun Andri lebih pendek dariku, ternyata kaosnya kebesaran buatku.
Bahkan bisa menjadi baju terusan.
Setelah mematutkan diri di kaca, aku memutuskan keluar kamar mandi
hanya dengan memakai kaos Andri saja.
Rok biru SMP-ku juga kugantung saja. Biar kering sekalian lah.
Andri yang sedang menyalakan komputer di kamarnya, ternganga begitu melihat
aku keluar dari kamar mandi.
Kaos putih Andri cukup tipis.
Puting dadaku yang berwarna pink terbayang keluar.
Demikian juga bulu halus jembutku,
“Ayu.. kamu cantik sekali.”
“Masa sih?” Aku tersipu malu.
Andri mendekatiku. Aku semakin malu, menundukkan kepala.
Diangkatnya daguku, Andri berkata, “Iya, Ayu.. Kamu cantik sekali.”
Andri tersenyum kepadaku.
“Kita mau gimana nih, Dri?”
“Kayak kemaren aja, Yu.”
Aku tertunduk malu. Mengingat kejadian kemarin yang cukup menyenangkan.
Andri perlahan-lahan menggerakkan tangannya ke arah dadaku.
Aku menegakkan badanku sehingga dadaku semakin menonjol keluar.
Andri memegang dada kiriku dan dia terkejut.
“Kamu tidak pakai BH?”
“Iya, Dri. Basah karena keringat. Bau lagi. Jadi aku gantung dulu saja di kamar mandi.”
Andri menjadi semakin gemas.
Kedua tangannya sekarang sudah aktif meremas-remas lembut dadaku.
Ah.. nikmatnya. Benar-benar beda.
Diremas Andri berbeda sekali dengan aku meremas dadaku sendiri.
Aku juga tidak mau kalah.
Aku pun mengarahkan tangan ke selangkangan Andri.
Aku melihat kalau ada yang seperti batang 15 cm yang menonjol keluar.
Aku memegangnya dan Andri mendesah.. “Ah…”
“Dri.. kamu tidak pakai celana dalam yah?”
Andri memang cuma memakai celana pendek yang berbahan tipis.
Terasa sekali kekerasan batangnya.
“Iya, Yu.. Aku tidak pakai. Kalau di rumah memang aku terbiasa tidak pakai.”
“Oh gitu…” Aku mengocok halus batang Andri. “Aku juga tidak pakai lho.. Basah juga sih”
“Oh ya? Mana coba lihat..”
Andri segera menyingkapkan kaosku dan memperlihatkan kemaluanku.
Aku segera menutupnya dan bilang “Curang!! Kalau mau lihat, kasih lihat punyamu juga dong.”
“Hahahaha.. Siapa takut?”
Andri segera memelorotkan celananya.
Pertama kali aku melihat kelamin laki-laki.
Keras dan tegak. Seperti sedang memberi hormat kepadaku.
Sangat indah.. aku begitu terpesona.
“Hei.. jangan bengong gitu dong. Katanya mau kasih lihat.”
“Eh iya.. sorry.. aku baru pertama kali lihat burung anak laki-laki. Kayak gitu toh.”
Aku pun dengan perlahan membuka kaos kebesaran ini.
Tanpa sehelai pakaian dalam membuat aku langsung telanjang bulat.
Andri terlihat semakin nafsu.
Burungnya bergerak naik turun.
“Eh.. bisa bergerak naik turun yah, Dri?”
“Iya nih. Kaga tahu kenapa, jadi semakin keras dan membuat tititku naik turun.”
Aku jongkok di depan Andri, ingin melihat lebih jelas.
“Burung kamu lucu juga yah.. Keras dan bergerak-gerak.”
Aku memegang kelamin Andri dan mengelusnya perlahan-lahan.
Rupanya Andri sudah tidak tahan lagi.
Tiba-tiba alat kelamin Andri menyemprot wajahku berkali-kali.
“Aduh.. duh…Sorry, Ayu.. Enak banget..”
“Lho Dri, kenapa aku dipipisi?”
Tetapi baunya seperti bau kemarin, bau Bayclin, bukan bau pipis.
Oh… rupanya kemarin seperti ini toh.
Aku mengelap wajahku dengan tisu dan mencium tisu tersebut.
Iya, betul.. ini baunya kayak kemarin, seperti bau Bayclin.
Andri yang sejak tadi berdiri berjalan ke arah ranjang
dan menjatuhkan dirinya di atas ranjang.
Aku melihat burung Andri mengecil.
“Dri, kenapa burungnya menciut?”
“Aku juga tidak tahu.. tapi biasanya memang begini. Kalau pagi aku sering tegak, tapi kalau habis pipis
biasanya memang ciut lagi.”
“Jadi tadi kamu memang pipis-in aku?”
“Bukan, Yu. Kayaknya aku menyemburkan sperma deh.”
Aku jadi teringat pelajaran biologi minggu lalu.
“Mana buku
biologi kita, Dri?”“Itu di atas rak buku. Kenapa memangnya?”
Aku mengambil buku biologi dan membuka-buka halamannya.
“Nah ini dia..” Aku menemukan bab tentang reproduksi.
Di dalamnya terdapat ilustrasi kelamin laki-laki dan perempuan.
Aku meletakkan buku di sebelah burung Andri
dan mulai membandingkan ilustrasi dengan barang aslinya.
Mirip juga.
Ada batang penis. Dijelaskan kalau laki-laki terangsang secara seksual maka
penisnya akan mengeras. Oh… gitu toh.. rupanya Andri terangsang.
Pada saat ejakulasi akan menyemprotkan air mani yang mengandung jutaan sperma.
Warna air mani seperti putih susu.
Oh.. rupanya Andri menyemprotkan air mani, bukan air pipis.
Jika sperma bertemu dengan sel telur maka akan menghasilkan zygot yang akan
berkembang menjadi bayi.
Oh gitu.. Aku memang murid yang cukup pandai.
Dan aku tahu kalau cara sperma ketemu sel telur adalah
sperma masuk ke dalam vaginaku dan berenang ke arah sel telur.
Berarti jangan sampai Andri menyemprot di vaginaku.
Karena aku terus menerus memegang burung Andri sambil membandingkannya dengan
gambar di buku, burung Andri mulai tegak lagi.
“Kamu ngapain sih dari tadi megang-megang titit dan bolak-balik buku biologi.”
“Aku lagi belajar, tahu! Lumayan.. jadi lebih ngerti tentang alat reproduksi cowok.”
“Mana sini lihat bukunya.”
Andri membalik-balikkan halaman dan membuka halaman yang ada ilustrasi kelamin cewek.
“Ayo gantian. Aku juga pengen belajar.”
Aku melompat ke atas ranjang dan segera duduk.
Aku mengangkang selebar mungkin.
Andri berusaha melihat tetapi kurang jelas.
Aku pun berbaring dan kembali mengangkang selebar mungkin.
Andri pun mulai belajar dengan seksama.
Ada labia mayora dan labia minora.
Ada clitoris. Disentuhnya clitoris-ku dan aku berasa geli tapi enak.
Dibukanya lebar-lebar labia mayora dan labia minora-ku
Andri mengatakan bisa melihat selaput daraku.
Aku senang Andri bisa melihatnya.
Perlahan-lahan tapi pasti vaginaku mulai basah.
Andri juga semakin seru meraba-raba vaginaku.
Ah… akhirnya aku memegang tangan Andri dan menuntunnya untuk menggesek-gesek kelaminku.
Andri terkejut tetapi mengerti.
Cairan wanitaku juga semakin mempermudah gesekkan tangan Andri.
“Lebih cepat Dri..” Nafasku semakin memburu.
Belum pernah sebelumnya aku merasakan nikmat seperti ini.
Berbeda sekali dengan kemarin.
Kemarin walau sudah nikmat ketika dadaku diremas-remas Andri, ini lebih enak lagi.
“Ayo Dri.. lebih cepat lagi.”
Andri pun semakin cepat menggosok kemaluanku.
Aku pun tidak tahan lagi dan mengeluarkan teriakan kecil ketika puncak kenikmatan datang.
Aku melentingkan badanku dan mengepit tangan Andri di selangkanganku.Cerpen Sex
“Enak banget, Dri!!”
“Kamu sampai puncak kenikmatan yah, Yu?”
“Iya, Dri.. Enak banget..”
“Pantas.. sampai basah begini.. Cewek juga nyemprot yah kalo sampai?”
“Kayaknya gitu, Dri.. kaga tahu ah.. tahunya enak doang..”
Andri berbaring di sebelahku.
Penisnya terlihat menjulang ke atas.
Dia sepertinya sudah nafsu lagi tetapi melihat aku yang kelelahan
karena baru pertama kali mencapai kenikmatan, dia hanya berbaring saja.
“Enak yah Yu, seperti ini…”
“Iya, Dri.. badanku langsung berasa lemas… tapi enak.”
“Mau gak kalau tiap hari kita kayak gini?”
“Tiap hari, Dri? Boleh
“Iya. photomemek.com Yang pasti gampang sih bilang belajar bersama.”
“Benar juga.. tapi harus beneran belajar juga. Biar nilai kita beneran bagus.”
“Iya.. kalau nilai malah anjlok, aku nanti disuruh les. Kalo les, mana bisa kayak gini.”
“Ok kalau gitu, Dri. Mulai besok kita selalu belajar bersama, terutama belajar biologi.”
Andri tersenyum manis sekali.
Aku melihat jam dan sudah pukul 17:45. Sudah harus pulang.
Aku segera ke kamar mandi dan bertukar pakaian.
BH, celana dalam, dan seragamku sudah lebih kering.
Aku memakainya dengan rapi. Biar orangtuaku tidak curiga.
Andri pun mengantarku pulang dengan menemani aku di angkot sampai ke rumahku.
Esok harinya aku membawa baju ganti. Biar di rumah Andri lebih nyaman.
Andri dan aku keluar dari kelas bersama-sama.
Kami sepakat untuk mengerjakan PR Matematika bersama nanti.
Kami disambut Mbok Inem.
Mbok Inem telah menyediakan pisang goreng dan es teh manis di kamar Andri.
Aku permisi ke Andri untuk mandi dulu.
Aku membersihkan seluruh badanku dengan seksama.
Kali ini aku membawa sabun mandi favoritku. Perpaduan wangi Jasmine dan Green Tea.
Aku keluar kamar mandi memakai celana pendek dan kaos ketat.
Tentu saja BH tidak kupakai. Basah karena keringat.
Kaos ketatku memperlihatkan bentuk payudaraku dengan jelas.
Bahkan putingku terlihat sangat menonjol.
Andri terperangah melihat penampilanku yang seperti ini.
Ia mendekatiku dan memberikan pujiannya.
Dan tangan nakalnya menyentuh putingku dengan sengaja.
“Iseng deh kamu. Sana mandi biar tidak bau keringat”
Andri menurut dan segera menyambar handuk.
Terdengar suara shower yang hanya sebentar saja.
Andri keluar dengan hanya memakai celana pendek.
“Mandinya bersih gak sih? Kok cepat amat.”
“Eh, ngeledek. Bersih dong. Kalo kaga percaya, cium sini. Udah wangi nih”
“Mana coba?”
Aku mendekati Andri dan kuperhatikan burungnya sudah tegak.
“Eh.. sudah tegak. Udah kaga sabar yah?”
“Iya Yu.. Sudah nafsu lagi nih.”
“Hahaha… sabar dong Dri. Kita bikin PR dulu. Baru kita begituan.”
“Yaaa…” Andri tidak menutupi kekecewaannya.
Tapi aku bersikukuh untuk menyelesaikan PR dulu.
Lucu juga melihat Andri berusaha konsentrasi ke PR dengan penis yang tegak seperti itu.
Untung PRnya sedikit. Jadi kita cepat selesai.
Aku juga sudah tidak tahan lama-lama mengerjakan PR.
Tidak sabar melihat penis tegaknya.
Gemas yang tak tertahankan membuatku langsung meremas penis Andri.
Andri kaget tetapi hanya tertawa saja.
Tangan Andri pun segera menggerayangi payudaraku.
Enak banget sih.
Tiba-tiba aku punya ide.
“Dri, nyalain komputer dong.”
“Mau ngapain, Yu? Bukannya kita mau begituan?”
“Nyalain aja dulu.”
Andri menurut. Aku segera membuka google.
Aku mengetikkan vagina di search bar.
Lalu keluarlah gambar-gambar wanita telanjang dalam berbagai posisi.
Andri cukup terkejut dengan gambar-gambar itu.
Aku melihat beberapa gambar dan meng-klik gambar wanita yang sedang dijilat vaginanya.
Gambar itu menjadi lebih besar dan jelas.
“Dri.. aku mau seperti ini dong.”
“Wow.. aku.. tidak nolak.. hahaha….”
Andri menuntunku ke
ranjang. Aku disuruh duduk di tepi ranjang.Kedua kakiku diangkat sehingga posisiku menjadi mengangkang.
Vaginaku sudah mulai basah.
Celanaku dilepas dan dibuang menjauh.
Andri perlahan-lahan mendekatkan wajahnya ke vaginaku.
Dijilatnya sekali.
“Hmmm… rasa memek kamu enak, Yu.”
“Kalau gitu, jilat lagi dong Dri.”
Aku pun merasakan sensasi nikmat yang berbeda.
Andri mulai memainkan lidahnya.
Kiri dan kanan.
Atas dan bawah.
Seluruh bagian vaginaku dijilat.
Andri membuka belahan vaginaku lebih lebar dan dijilatnya.
Oww.. nikmat banget.
Aku merasakan lidahnya disodok-sodokkan ke dalam.
Bahkan sampai berasa ke selaput daraku.
Ketika jilatan lidah Andri mengenai clitorisku, aku merasakan kenikmatan luar biasa.
“Dri, jilat lagi tempat tadi.”
“Di sini?”
“Iya betul, Dri… terus di situ..”
Andri pun terus menerus menjilati clitorisku.
“Hisap Dri.. hisap yang kuat..” aku mulai meracau kenikmatan.
Andri sudah mulai merasakan perbedaan bentuk vaginaku.
Dia merasakan clitorisku sudah seperti kacang kecil.
Dihisapnya keras-keras.
Tidak lama kemudian aku mencapai puncak kenikmatan.
Kepala Andri aku jepit keras-keras agar tidak meninggalkan selangkanganku.
Ingin rasanya lidah Andri menusuk lebih jauh.
“Ahh…. aku samm..samm..sammpaiiii.. Dri..” jeritku perlahan.
Kulepaskan jepitan kakiku di kepala Andri.
Andri bangun dan terlihat wajahnya berlepotan cairan wanitaku.
Wajahnya terlihat sexy sekali.
Aku pun bangun dan memeluk Andri.
Kepalanya aku benamkan di dadaku.
“Enak banget, Dri.. Thanks yah.”
“mmmIIya..mmmaku..mmjuga..mmenak.” Andri menjawab dalam dekapan dadaku.
Aku melepaskan pelukanku dan menarik Andri ke ranjang.
Aku dorong dia ke ranjang dalam posisi terlentang.
“Sekarang gantian.. biar aku yang jilat titit kamu, Dri.”
Aku tarik celananya. Burung Andri terlihat telah tegak.
Aku memegangnya dan mulai menjilati kepala titit Andri.
Andri mendesis kenikmatan.
Seluruh batang Andri aku jilati, tidak ada yang terlewat.
Bahkan bijinya pun aku jilati satu per satu.
Aku mulai memasukkan kepala titit Andri dan mengulumnya dengan lembut.
Andri semakin menikmati sensasi di tititnya.
Aku pun mulai menaik turunkan kepalaku, mengocok lembut batang keras ini.
Andri pun mulai menggerakkan pinggulnya mengikuti irama kepalaku.
Hal ini semakin membuatku gemas.
Aku pun berusaha memasukkan seluruh batang Andri ke mulutku.
Wow.. Aku berhasil memasukkan semuanya sampai ke pangkal.
Tenggorokanku terasa penuh.
Tapi aku hampir tersedak, segera mencabutnya dan melanjutkan kocokan dengan mulutku.
Andri semakin cepat menggerakkan pinggulnya.
Penisnya terasa semakin membesar.
Aku semakin erat mengulumnya.
Tiba-tiba Andri menyemburkan air maninya ke dalam mulutku.
Tangannya menahan kepalaku, membuatku tidak bisa menghindari semburan ini.
Rasanya banyak sekali membuatku secara refleks menelan sperma yang banyak.
Sebagian malah telah lari ke hidungku membuatku bangkis sperma.
Andri tertawa melihatnya dan akupun tertawa juga.
Air mani Andri sangat enak. Asin yang enak.
Bau Bayclin juga tetapi tidak menyengat.
“Gila, Yu.. Enak banget sih diemut sama kamu.”
“Kamu juga enak emut Ayu tadi.”
“Sorry yah sampai nyemprot di mulut kamu.”
“Iya nih.. sampai kepalaku juga ditahan…”
“Sorry.. soryy…”
“Kaga apa, Dri. Aku
Hari sudah pukul 18.00. Aku harus pulang.
Tetapi aku sempat melirik ke komputer Andri yang masih menampilkan
gambar-gambar telanjang.
Aku melihat cukup jelas ada gambar dimana seorang wanita dibuka lebar-lebar
kakinya dan di vaginanya menancap penis laki-laki.
Aku tahu pasti itu menancap.
Karena aku bisa membandingkan penis Andri dengan gambar tersebut.
Kepala penis tidak terlihat, hanya pangkal penis saja yang sudah menempel ke vagina.
Wah.. apa rasanya dimasukkan seperti itu yah?
Pikiran itu memenuhi kepalaku sejak perjalan pulang dari rumah Andri.
Tetapi aku masih kelelahan akibat nikmatnya permainan lidah Andri dan tertidur lebih awal..–,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,