CERITA SEX GAY,,,,,,
Usiaku kini mencapai puncak keremajaan dan sebentar lagi akan ada ujian akhir untuk pindidikan menengah umum. Aku harus banyak belajar dan berkonsentrasi pada satu arah saja, tapi ambisiku yang lain dan berbeda dengan sisi lain dalam diriku terus mendesak agar cepat terpenuhi, itu adalah menginginkan hubungan badan dengan sesama jenis. Perasaan ini sudah tertanam hampir selama satu dekade, banyak faktor yang menghambatnya, antara lain masih terlalu dini dan juga agak minder. Tapi itulah saya, selalu penuh perhitungan walaupun masih sering ceroboh juga.
Panggil saja aku Noi, kalau kau ingin tahu ciri-ciriku boleh juga, tinggiku kira-kira 160 cm dan beratku 55 kg. Bisa dibilang mukaku biasa-biasa saja, tapi kata teman-teman kostku saya adalah anak termodis diantara mereka, itu mungkin karena mereka kebanyakan acak-acakan dalam berpakaian. Semenjak masuk bangku SMU saya sudah kost, karena saya berasal dari luar kota Makassar. Hampir setiap hari saya mendengar keributan di kamar sebelah kost-ku, entah itu suara orang ketawa kelabakan, orang mabuk, atau suara radio yang kelewatan volumenya. Maklum, kost murahan, jadi resikonya ya itu, sulit memperoleh ketenangan, bahkan di tengah malam sekalipun. Untung saja saya sekamar dengan orang yang lumayan sabar, jadi saya tidak perlu mendengar orang yang menggerutu di dekatku.
Ambisi itu diawali oleh seseorang yang berada di kamar 2, tepatnya 3 kamar selisihnya dari kamarku. Ambisi ini bisa juga dikatakan cinta bertepuk lantang dan cuman sebelah tangan, karena pikirku itu adalah hal yang mustahil. Sebab kenyataannya, seorang maniak lelaki seperti saya tidak mungkin mendapatkan seorang pangeran impian semua wanita yang ada di kamar 2. Nama cowok itu adalah Arya, dia juga berasal dari luar daerah, dia sangat imut dengan bibirnya yang seksi, kulitnya sawo matang, dan yang paling aku suka darinya adalah tubuhnya yang terbentuk. Selama beberapa hari yang lalu saya sempat berkenalan dan mengetahui sedikit tentangnya. Ternyata dia ikut ekskul tae kwondo di sekolahnya, dia juga punya hobi lain dan sama seperti hobiku yaitu nonton film. Tapi nyatanya dia bukan orang rumahan, pernah sekali kudapati dia jalan sama seorang cewek ABG yang sangat cantik, cemburu padanya itu pasti, tapi itu memang sudah kenyataannya, aku harus terima dan untuk beberapa saat aku tidak lagi muncul dihadapan Arya.
Untuk memuaskan kerinduan dan nafsuku pada Arya, saya punya kebiasaan yang bisa dibilang nekat. Kamar mandi yang ada di tempat kost itu pada umunya dipakai bersama-sama, dan setiap Arya pulang dari sekolah atau dari kegiatannya, saya pasti akan menguntit, tapi bukan mengintipnya mandi, itu tidak etis, tapi saya cukup mengambil baju kotornya yang ditaruh di rak di depan pintu kamar mandi. Terkadang aku sembunyi-sembunyi menciumi baju singlet milik Arya yang dilengkapi bau keringat maskulinnya yang sangat aku suka, aku jilat, aku hirup dalam-dalam, sambil onani di dalam kamarku. Dengan begitu, aku sudah cukup puas dan tidak perlu mengganggu Arya.
Hari senin setelah pulang sekolah, aku melihat sebuah kaset film baru di rak kaset ruang nonton. Wah! Hugh Jackman yang main, kau pasti tahu itu fim apa. Segera kuputar dan duduk santai di sofa. Selang beberapa menit kemudian, kenop pintu depan terputar dan
muncul sesosok pria yang kukenal. Arya ternyata sudah pulang dari latihan taekwon-nya, ia agak kumal dan mandi keringat, tapi itu membuatnya terlihat semakin merangsang.“Hei! Noi, nonton apa? X-men ya?”
Kemudian dia segera duduk di sampingku dan menghela nafas panjang.
“Huf.. capek sekali, masa tadi kenaikan sabuknya malah ditunda, bikin kecewa saja.” Keluhnya dengan bermuka masam.
“Sabuk apa sekarang?” Tanyaku asal
“Kuning, tapi lumayanlah, eh.. baru mulai kan film-nya, iya kan?”
Aku mengiyakan saja, lalu dia malah cerewet menceritakan adegan selanjutnya, sebenarnya membuatku agak kesal, tapi bau badannya meredakan kekesalanku menjadi sebuah gairah bak terbangun dari tidurnya yang lama.
“Noi, aku ada basar nih, kamu pergi yah, nanti aku belikan deh. Mau yah?” Pintanya sambil memperlihatkan kertas berwarna merah.
“Dimana basarnya? Jauh tidak?”
“Ha.. ha.. ha, jauh dekatnya nanti saja, yang penting kamu pergi, nanti sama saya perginya, OK!”
“Asalkan jangan kemalaman yah, jangan sampai Bu kost ngomel nanti.” Ketusku menyarankan.
Lagi-lagi aku takluk sehingga aku mengiyakan saja, lagipula mungkin ada baiknya juga aku pergi, selain bisa melepas suntuk, aku juga bisa dekatan sama Aryaku tersayang_walaupun dalam artian yang berbeda_ dan akhirnya saya punya kesempatan untuk jalan bareng dengannya.
Malam di mana basarnya Arya diadakan, saya menjadi gugup entah kenapa, bukannya karena saya jarang keluar rumah, tapi kali ini saya akan pergi dengan orang yang kuidolakan. Aku berusaha agar tidak mengecewakan nantinya. Setelah lama menunggu di uung lorong, akhirnya tepat jam 8 malam Arya muncul dari arah yang berlawanan. Ternyata Arya adalah salah satu anak yang kurang tahu caranya berbusana yang baik, ia memakai celana gombrang dan memakai baju yang tidak berlengan. Warnanya cukup mencolok, kuning tetapi untung saja celananya biru silver.
“Ck-ck-ck.. kamu mau ke mol atau ke bazar sih?” Celetukku sambil memandangnya dari atas ke bawah.
“Eh, gaya sedikit tidak apa-apa kan.” Balasnya lancar
“Kamu tidak bohongkan kalo basarnya diadakan di dekat sini.”
“He-he-he, sorry agak jauhan dikit, tapi tenang saja, nanti saya yang bayarin PP-nya.”
Rasanya mau marah tapi saat dia tiba-tiba menaruh tangannya di pundakku dan menyeretku pergi, marah itu hilang kembali, tapi malah aku bernafsu ingin menjilati ketiaknya yang sekilas terlihat jelas di depan mataku. Tetapi aku tersadar, saya tidak boleh mengacaukan apalagi merusak awal persahabatan ini menjadi hal yang kenyataannya di luar dugaan.
Hari itu acaranya berlangsung dengan seru, dan Arya selalu mengajakku ke setiap acara yang teman-temannya adakan. Tak jarang pula dia mengajakku nonton konser-konser musik seperti acaranya slank waktu itu. Makin hari aku makin akrab dengannya, sampai suatu ketika aku membuang perasaan cintaku padanya dan malah berubah jadi rasa persahabatan yang erat. Kami sering belajar bersama, mengobrol dan becanda bersama. Sepertinya ia membuat ambisiku selama ini malah menghilang secara perlahan-lahan.
Iseng itu selalu menjadi bagian dari sifatku, dan sifat iseng itu malah membuatku memperoleh keberuntungan yang bisa merubah kehidupanku. Hari itu, Arya mengajakku ke kamarnya, katanya ada acara minum ‘sara’ba’ minuman jahe yang manis pedas dia mengajak beberapa anak kost yang lain. Tanpa pikir panjang saya
segera menuju ke kamarnya, wah! Ramai sekali di dalam, kami semua minum sambil nonton bola waktu itu pertandingan final piala Eropa_ anak-anak pada teriak-teriak jika striker mulai mendekati kubu lawan, apalagi saat gol tercetak.Setelah waktu berlalu dan malam semain larut, anak-anak kost lain sudah menghilang satu per satu dan akhirnya yang ada cuma aku dan Arya, kebetulan Arya sendiri di kamarnya. Saat itu jantungku berdegup keras ketika menyadari kalau Arya ternyata bertelanjang dada. Aku malah jadi salah tingkah di depannya, tapi untung dia masih sibuk menonton TV. Untuk menghilangkan ke-salah tingkahanku, kuraih sebuah binder di atas meja dan membacanya sambil tertunduk. Kubuka halaman per halaman, isinya cuma catatan matematika, kimia, fisika dan corat-coret tidak berarti. Aku tidak tahu lagi harus berbuat apa, saat itu aku mau cepat cabut tapi sisi lain dalam diriku ingin tinggal dan memandang Arya selama mungkin.
Akhirnya, mataku secara tidak sengaja membaca sebuah tulisan mencurigakan. Itu adalah kata ‘homo’, selidik demi selidik, ternyata itu adalah daftar situs-situs x mengenai homoseksual. Karena kaget, spontan saja binder itu segera kututup. Awalnya hanya mengusap keringat di keningku, lalu aku berpaling ke Arya. Aku tidak bisa percaya hal ini pikirku, betulkah ini tulisan Arya atau..?
Lama aku berfikir secara jernih, dan kuputuskan kalau aku ingin mengetesnya sendiri.
“Kamarmu agak panas ya Arya. Kenapa jendelanya tidak dibuka saja?”
“Oh, panas ya, tapi jendela itu rusak, susah dibuka, engselnya karatan mungkin.”
“Aku buka baju yah.”
“Buka saja, pake minta ijin segala.”
Sekilas Arya tidak terpengaruh dengan perkataanku, tapi untuk memastikan segera kucopot bajuku sehingga akupun bertelanjang dada.
Tepat dugaanku, Arya menoleh sebentar ke arahku tapi ketika mataku bertemu pandang dengan matanya dia pura-pura melihat ke arah lain dan kembali menonton televisi. Lalu taktik ini terus kulanjutkan agar aku bisa lebih yakin, Arya yang menonton sambil berbaring di bantal guling segera kugoda kembali.
“Geser sedikit dong, saya mau tidur juga, ayo geser cepat!” Pintaku memaksa
“Mengganggu saja kau.” Balasnya kesal
“Nah, begini asik kan.”
Aku berbaring sambil melipat kedua tanganku ke atas sebagai penopang kepala, tentu saja ketiakku terbuka lebar dan menebar aroma khas pria yang bisa merangsang Arya. Beberapa detik berlalu, Arya terlihat agak tegang sampai akhirnya aku mulai mendengar desahan nafas aneh yang menandakan kalau dia mulai menikmati rangsangan halusku ini.
Aku sudah yakin 100% saat itu, karena sudah tidak sabaran lagi segera kutunggangi Arya dari samping dan mencium ganas bibirnya yang seksi dan selalu kudambakan itu. Kulumat bibir atasnya, lalu kujilat-jilat mulutnya sampai kuisap semua liurnya yang gurih. Tak lama setelah kejutanku padanya terjadi, dia melotot ke arahku dan memegang kepalaku dengan kasar. Sepertinya dia berusaha menghentikan perbuatanku. Akhirnya, cukup dengan satu tendangannya ke perutku, membuat tubuhku terhempas beberapa kaki dari tempatnya. Ia terlihat gusar dan sangat, sangat.. marah!
“Apa yang kau lakukan sialan!” Bentaknya sambil menggosok-gosok bibirnya.
Pikiranku tiba-tiba kacau, aku tahu sekarang aku dalam masalah besar. Aku ketakutan dan panik.
“Maaf, aku-aku.. maafkan aku.. aku tidak bermaksud..”
“Ha.. ha.. ha..!” Tawanya lantang sembari menunjukiku.