Pagi ini, di kamarku ada seorang gadis cantik yang aku kenal karena pekerjaanku. Dia seorang desainer interior yang dimana perusahaan tempatku bekerja melakukan kerja sama dengan perusahaannya. Sedangkan aku sendiri adalah seorang arsitek, yang baru 3 tahun berada di kota Jakarta. Dia sendiri sudah cukup lama berada di Jakarta, apalagi belakangan ini aku tahu bahwa dia salah satu mantan anggota sebuah idol grup di kota ini. Seingatku namanya perpaduan antara huruf dan angka. Dia bukan warga asli Jakarta, karena dia pernah cerita bahwa dia dari kota Bogor, kemudian diterima sebagai anggota idol grup tersebut dan memaksanya pindah ke kota ini.
Baiklah, cukup sekian aku menceritakannya. Sekarang aku ingin kembali fokus pada tubuhnya yang ada di hadapanku. Bibirnya sedikit terbuka dan kulihat nafasnya yang dalam. Selimutnya yang hanya menutup bagian bawah lututnya, menyebabkan aku bisa melihat payudaranya naik dan turun pada setiap hembusan nafasnya.
Aku sedikit duduk dan menggeser berat badanku ke satu tangan. Kemudian aku meraihnya dan dengan lembut mengusapkan jariku ke vaginanya. Dia basah. Dan sangat basah karena pergumulan kami semalam. Tempat tidur di apartemenku ini menjadi saksi bisu bagaimana liarnya dia ketika sedang turn on.
Melihat pemandangan ini di pagi hari membuat penisku mengejang tanpa sadar. Aku tersenyum dan membungkuk untuk membangunkannya dengan ciuman kecil. Aku mencium sisi lehernya dan mengikuti kemana lidah ini ingin bergerak, hingga aku mencapai belakang telinganya. Gadis manis ini mulai meregangkan tubuhnya dan bergerak, lalu membuka matanya dan tersenyum sedikit.
“Selamat pagi..” hanya itu yang dikatakannya.
Aku tersenyum di lehernya dan kembali menciumnya sedikit lebih keras, menghisapnya sedikit seperti bagaimana aku tahu ternyata dia menyukainya. Aku menciumi tanda merah cantik di lehernya dan turun ke tulang selangka, lalu aku menjilat kembali ke telinganya.
“Selamat pagi sayang..” kataku sebelum aku menggigit telinganya sedikit.
Dia menggeliat dan bisa kurasakan napasnya semakin dalam dan gemetar. Dia tidak bisa bergerak banyak karena tubuhku menekan tubuhnya. Aku menyelipkan tanganku di salah satu payudaranya, bergeser sedikit untuk menemukan posisi yang pas dan nyaman. Kuusapkan ibu jari di putingnya dan menyaksikan ekspresi wajahnya yang sedang merasakan nikmat. Dia mengerang ketika aku mencubit putingnya, seperti yang aku harapkan. Dia berbalik dan menatapku dengan sayu, dan kami pun tidak bisa menahan untuk tidak berciuman. Ciuman kecil yang cepat.
Aku bergerak ke bawah, mencium dan menjilatinya melewati tanda merah cantik itu lagi. Aku berhenti untuk mengisap putingnya yang sensitif, membuatnya tanpa sadar menggerakkan pinggulnya. Aku bermain dengan putingnya yang lain dengan ujung jariku yang menganggur. Aku berlalu meninggalkan payudaranya dan mencium perutnya. Napasnya berubah begitu dia menyadari ke mana aku pergi, ke tempat dimana dia sangat menginginkannya.
“Sayang.. nakal..” ucapnya lembut
Aku memposisikan tubuhku di antara pahanya dan menatapnya kembali. Aku sudah bisa melihat keputusasaan di matanya. Dia sangat basah. Aku tersenyum dan mendekatkan wajahku ke vaginanya, cukup dekat hingga dia mungkin bisa merasakanku bernafas. Ketika aku menjauhkan wajahku sedikit, dia membuat suara kecil yang lucu dan menggoyangkan pinggulnya. Punggungnya melengkung dari tempat tidur hanya untuk mendekat kepada wajahku. Aku menoleh ke kiri dan mencium bagian dalam pahanya, lalu berbelok ke kanan dan
melakukan hal yang sama. Kulakukan berganti-gantian saat semakin dekat dengan vaginanya. Sesekali ku lihat ke arah wajahnya, dan ternyata dia tengah melihat ke arahku dengan sedikit rasa tidak sabar. Tidak lama kemudian aku melakukan apa yang sudah sedaritadi dia tunggu kepada vaginanya.Dia mengerang dan mendorong pinggulnya ke wajahku ketika aku menjilati klitorisnya sekali saja.
“Ayolah sayang..” dia terkesiap. Dia sangat imut saat dia memohon padaku. Aku tersenyum dan beranjak dari posisiku.
“Aku lebih suka membuat gadis ******* ini menunggu” kataku padanya.
Responnya tidak terduga, matanya yang cantik semakin lebar. “Lanjutkan!!”
Dia berdiri dan meletakkan tangannya di atas pundakku untuk bangkit dari posisinya. Aku menariknya ke hadapanku dan menikmati kenyalnya payudara miliknya di hadapanku. Kurasakan napasnya yang berat namun itu semakin membuatku bernafsu bermain di dadanya. Tidak lama kemudian aku mendorongnya ke lutut, membuat matanya sejajar dengan penisku yang sudah menegang sedari tadi. Dia menyeringai padaku. Yang kuinginkan sekarang tentu saja mulutnya menempel pada batang kejantanku. Dia mencengkeram pangkal kemaluanku dan aku menutup mulutku untuk menahan erangan. Dia menggerakkan mulutnya ke arah penisku, tetapi berbelok saat dia akan sampai di sana. Sialanku, pikirku. Dia mempermainkanku!!. Aku bisa merasakan napasnya yang hangat di penisku. Aku mengulurkan tangan untuk meraih bahunya, menahannya sejenak untuk mendorong batang kejantananku ke tenggorokannya.
Dia menatapku saat dia mencium kepala penisku. Oh tidak, tatapannya benar-benar menggoda. Ingin segera aku menghabisinya lagi seperti semalam. Sebelum aku bereaksi atas ketidakmampuanku menahan tatatpan matanya , dia menjilat bagian bawah penisku dari pangkal ke ujung. Penisku bergerak-gerak di bibirnya dan aku mengerang kecil. Oke, ini cukup!! Pikirku lagi.
Aku meraih helaian rambut coklat keemasannya dan menarik wajahnya ke depan dan mendorong penisku ke tenggorokannya, membuatku mendesah keenakan karena sensasi ujung kepala penisku yang menumpuk tenggorokannya. Aku menarik pinggulku ke belakang, lalu mendorong ke depan ketika aku menarik rambutnya.
Dia tersedak dan hampir muntah ketika penisku menghantam bagian belakang tenggorokannya, tapi aku tidak peduli begitu juga dengannya. Aku mengerang ketika aku bisa merasakan semua penisku yang mengeras di mulutnya dan hidungnya mengenai perutku. Dia menatapku sehingga aku bisa melihat tatapannya yang benar-benar seksi dan juga air liurnya membasahi penisku.
Aku menarik penisku keluar dari mulutnya, dan menggosokkannya ke bibir dan pipinya.
“Pindah ke tepi tempat tidur ya sayang” ujarku menghela nafas berat. Dia menurut dan membentangkan kakinya untukku. Aku melangkah maju dan tersenyum. “Nurut ya sekarang” ujarku terkekeh. Aku mengusap vaginanya yang basah kuyup dan membuatnya bergidik serta mengerang karena sentuhanku. Aku memasukkan jari telunjuk ke dalam vaginanya dan perlahan-lahan memompa keluar masuk. Dia menggeliat dengan liar. Aku tahu kalau aku benar-benar menyentuh dan memainkan G-spot-nya saat ini.
“Basah banget ya memeknya” kataku dan memperhatikan matanya melebar, “Udah gak tahan lagi gue, cepetan masukin sayang”
Erangannya menjadi-jadi. Kutarik jariku keluar ketika dia menggelengkan kepalanya kanan dan kiri. Gadis manis ini tidak bisa menahannya lagi.
“Aaakuu keluaaar sayaaang” teriaknya yang disertai dengan semburan cairan bening dari vaginanya. Membuat apa yang berada di bawahnya menjadi basah dan sangat-sangat basah
Aku tersenyum puas melihatnya seperti ini. Kucium lembut bibirnya dan sedikit memeluknya.
“I love
“Hhh… Hhh.. I-i love you too evan” ujarnya sambil mengatur ritme nafasnya
Kulihat ekspresi bahagia yang benar-benar terpancar dari wajahnya seperti semalam.
“Masukin sayang, cepetan” pintanya sedikit merengek seperti anak kecil yang minta dibelikan mainan
Tentu saja, tanpa banyak bicara aku memposisikan penisku yang berdenyut-denyut tepat di vaginanya. Aku mendorongnya sekitar setengahnya, kemudian terbesit keisengan dariku.
“Kamu minta apa tadi sayang?? ” kataku dengan suara rendah.
“E-evan.. Hhh.. Hhh.. Masukin semua penismu sayang . Memekku harus penuh dengan penismu. Cepetan sayang. I’m begging you” serunya.
Dia menggoyangkan pinggulnya untuk mencoba memasukkan sisa penisku ke dalam vaginanya. Aku memberinya kepuasan beberapa saat yang lalu, kemudian berhenti. Melihat dia menjepitkan kedua pahanya membuat penisku yang masih setengah terasa sangat nikmat. Namun aku masih menguasai diri. Aku tahu beberapa saat kedepan dia akan merasa sangat putus asa terhadap apa yang aku lakukan.
“Sungguh??” tanyaku padanya.
Dia sedikit kesal. “Aku milikmu! Aku kekasihmu seutuhnya, tubuhku milikmu dan aku hanya ingin kamu!”
Oke, sekarang saatnya. Aku memberinya apa yang diinginkannya. Aku membenturkan pinggulku ke depan dan membuatnya terkubur seutuhnya di dalam vaginanya yang hangat dan basah. Memeknya masih terasa sempit dan hangat, bahkan bisa kubilang lebih menggigit dari semalam.
Dia melenguh panjang dengan pejaman mata yang benar-benar seksi.
“Aaahhhhhhhhhh….”
“Ahhh. Yoonnn” eranganku menyebut namanya.
Kutarik keluar dan masuk kembali penisku ke dalam memeknya yang basah dan mengkilat itu. Dengan tempo perlahan pada awalnya yang kemudian disambut dengan rintihan lembut darinya. Aku tahu dia bisa merasakan setiap jengkal dari penisku di dalam memeknya, sama seperti aku bisa merasakan setiap kedutan dinding-dinding memeknya yang begitu erat mencengkeram batang penisku. Rasanya? Tidak bisa dijelaskan!! Aku benar benar di buat melayang olehnya.
Aku mempercepat gerakanku dan mendengarkan erangannya semakin keras. Kuraih kakinya dan membukanya lebar-lebar sementara aku terus melakukannya, menusuk-nusuk vaginanya dengan lebih kencang. Penisku bergerak dengan lebih cepat, merasakan vaginanya yang hangat dan basah kuyup. Aku memandang wajahnya yang bahagia dan tangannya mencakar seprai tempat tidurku. Aku menyeringai ketika dia membuka matanya sejenak, tahu bahwa dia milikku. Pinggulnya menabrakku dan dia jadi terlalu sering bergerak, mungkin dia akan orgasme lagi??
Aku memegang kakinya lebih erat untuk menghentikannya bergerak kesana kemari. “Lebih keras!” dia berteriak. Aku membungkuk di atas tubuhnya yang gemetaran dan menjepit pinggulnya dengan tubuhku. Penisku sepenuhnya di dalam memeknya, membuatnya benar-benar menggeliat keenakan. Kuraih putingnya dan mulai bermain-main dan menari disana. Dia tersentak karena permainanku pada dadanya dan tampak lebih putus asa serta benar-benar pasrah.
“Hhh.. Hhh.. K-kau sudah sampe sayang??” tanyaku dengan manis. Aku mencubit kedua putingnya dan merasakan seluruh tubuhnya menggigit dan menggelinjang dengan hebat. Dia mencoba menggesek-gesekkan klitorisnya ke tubuhku.
“Oh my God!! Ahhh… Aaaaahhhhhh” teriaknya. Aku tersenyum dan mendekatkan bibirku ke telinganya.
“Lain kali kalau mau main-main, pikirkan lagi siapa yang sebenarnya memegang kendali” ujarku sambil terengah-engah.
Aku berdiri dan terus menghujamkan kemaluanku ke memeknya. Aku meraih pinggulnya sehingga aku bisa menariknya ke arahku saat aku bergerak maju mundur, sesekali dia juga mengikuti irama permainanku. Tak lama kemudian aku menyaksikan matanya berputar dan gerakan kepalanya makin tidak karuan
saat orgasme yang kuat menyapu dirinya. Aku menindih tubuhnya dan memeluknya ketika dia benar-benar berteriak dan melenguh karena orgasmenya akan datang.Aku terus memompa penisku di dalam vaginanya yang sempit, kemudian kurasakan ada sesuatu yang meluncur dengan hangat membasahi penisku. Oke dia akan keluar, dan aku masih menggerakkan pinggulku, kemudian membungkuk dan menciumnya. Dia mengerang dalam ciuman kami. Aku tersenyum di bibirnya.
“Do you like that??” tanyaku lembut
Dia mengangguk. Aku membiarkan tanganku dibimbingnya untuk jatuh ke payudaranya lagi dan membuatnya menggeliat karena lagi-lagi aku bermain dengan putingnya yang benar-benar keras.
Tanganku meluncur turun ke perutnya dan aku mengganti penisku dengan jari. Dia mengeluarkan sedikit suara erangan yang sangat seksi, membuatku semakin cepat mengocok memeknya.
“Sayang, kamu basah kuyup” gumamku. Jariku basah kuyup dan begitu juga dengan dia yang basah di bagian dalam pahanya. Aku memutar tanganku sedikit dan menekan serta menggosok klitorisnya yang terlihat sedikit membesar. Pinggulnya terangkat dan dia mengutukku karena menyentuhnya seperti itu. Dia benar-benar menyukainya!!
Aku berhenti mengocoknya dengan jariku karena ingin segera mengakhirinya, kurasa penisku sudah tidak bisa menahannya lagi. Aku mendekatkan jariku ke bibirku dan mengisap kebasahannya. Sial, terasa enak seperti biasa.
“Sayang, berbalik dong??” pintaku dengan lembut. Dia menurut, menekan payudaranya ke tempat tidur, dan disajikan pantat bulat dan memek yang menggoda untukku. Aku berdiri di belakangnya dan segera mendorong penisku ke dalam vaginanya dan meneteskan cairan. Aku suka bercinta dengannya seperti ini. Aku benar benar beruntung memilikinya.
Aku menyentuh punggungnya yang halus itu dengan lembut, dia mengerang dan melengkungkan tubuhnya karena itu. Dia mencoba mendorong pinggulnya dan mencoba mengikuti gerakan maju mundur pinggulku, aku menyukainya. Tapi kali ini biar aku yang melakukannya, aku ingin benar-benar mendominasi atas dirinya. Aku meraih pinggulnya dengan erat untuk menghentikannya.
“Ssstthhh. Biarkan aku saja” kataku padanya. Dia tidak mencoba bergerak lagi. Aku memegang pinggulnya dan menariknya kembali agar penisku benar-benar mentok di dalam memeknya. Tidak lama kemudian kurasakan dinding-dinding yang menjepit penisku benar-benar kuat dan terasa seperti tersedot. Dia mengerang dan mencengkeram seprei tempat tidurku lagi. Penisku terasa gatal diujungnya, aku pikir tak akan lama lagi. Kucoba untuk mengalihkan perhatian dengan menampar pantat dan pahanya.
“Ahhh… Ahhhhh.. Hhh.. Ssshhhh” desah Yona dengan nikmat
“Ahhhh yooon. Ahhhh..”
Punggungnya melengkung dan sudut penisku di vaginanya berubah. Aku membungkuk lagi dan berisik lembut di telinganya.
“Keluar dimana sayang??” tanyaku
Dia bahkan tidak bisa menjawab. Dia mengerang begitu banyak. Dan kurasakan sudah tidak lama lagi aku akan menyemprotkan spermaku, vagina itu basah sekali dan terasa begitu enak untuk penisku.
Aku ingin menyelesaikannya dengan cara yang lebih intim. Aku berhenti, kemudian dengan kasar membaliknya, dan mendorongnya kembali ke tempat tidur dengan seluruh tubuhnya terlentang dibawahku. Kami bercinta dalam posisi misionaris klasik. Aku memompa penisku masuk dan keluar darinya, dia memelukku erat, dan kurasakan kukunya di punggungku serta erangannya. Nafasnya terasa di sisi leherku. Aku melambatkan hujaman penisku beberapa saat untuk memberikannya ciuman dan tatapan penuh arti. Ah sial, dia cantik sekali. Gadis ini, benar-benar membuatku tergila-gila.
Oke, kurasa tidak bisa menahannya lebih lama lagi. Memeknya terlalu overpowered. Kulihat dia kembali tidak karuan,
sangat kacau dan berisik lirih kepadaku “S-sayaanggg, akuuuu maaaauu k-keeeluaaar Ssshhhh aaahhh”Dia bergetar hebat dan orgasme tepat sebelum aku keluar. Kurasakan vaginanya mengencang di penisku dan aku hampir muncrat di dalamnya. Dia tidak berkata apa-apa tentang dimana aku harus menyemburkan spermaku. Dia bergerak-gerak di bawahku dan mengerang kemudian melilitkan kakinya di pinggulku.
Dia mengunci penisku dengan kakinya di pinggulku!! Didalem berarti!! Pikirku saat itu.
Aku berbicara kotor kepadanya dan merancau tidak karuan. Kurasakan cairan hangat kembali mengguyur penisku di dalam vaginanya dan dia menggejang tidak karuan. Aku yang melihatnya seperti itu tidak bisa menahan diri. Aku menghentakkan beberapa kali lagi di vaginanya yang berkedut-kedut itu, dan melepaskan semuanya. Sengatan listrik disekujur tubuhku membuatku lemas.
Crooott croot crooott
Lima-enam semprotan spermaku didalam vaginanya datang bersamaan dengan gelombang orgasmenya yang kesekian kali.
Aku menciumnya dalam-dalam, lalu tersenyum. Dia benar-benar terlihat sangat bahagia, dan kami sudah terlihat sangat kehabisan.
Aku menariknya ke dalam pelukan dan bermain dengan rambutnya. Ini sempurna. Penisku yang mulai melemah terkulai keluar dari vaginanya. Kami berdua sangat basah pagi itu. Kupikir dia masih berusaha menggodaku. Bagaimana tidak, ketika pantatnya yang telanjang menempel di penisku dan terus-menerus bergoyang. Dadanya yang kenyal itu akhirnya mulai naik dan turun dengan perlahan, dan aku tahu dia mulai mengantuk lagi. Aku menyenggolnya sedikit dengan dadaku.”Mandi yuk” ajakku. Dia menatapku dengan kenakalan di matanya. Dia membelai penisku yang sangat lelah dan tersenyum.
“Istirahat bentar ih, kamu enggak capek apa??” ujarnya dengan manja
Aku tersenyum melihat ekspresi wajahnya, “Terimakasih sayang” ujarku mengecup bibirnya
“Aku juga, kamu hebat. I love you sayang” ujarnya memelukku hangat.
Kuraih ponsel yang berada di meja, dan melihat ada beberapa chat dan panggilan yang tidak terjawab.
“07.30? Sayang, kamu masuk kantor jam berapa??” tanyaku padanya yang masih memejamkan mata
“Jam sembilan sayang, tapi ke proyek dulu baru ke kantor” ujarnya dengan nada sayu
“Yaudah, aku mandi dulu ya” ujarku meninggalkannya
Aku bergegas ke kamar mandi, mengguyur tubuhku yang lengket karena pertempuran pagi ini. Kalau mengingatnya kembali, aku jadi tertawa. Kami baru sebulan berpacaran, dan aku mengenalnya di kantor temanku. Dia terlihat cantik dan manis, meskipun sedikit terlihat kesan jutek. Haha, lucu dan menggemaskan sekali dia waktu itu.