CERITA MESUM – Tak lama kemudian ketika Pak Virzha sedang keras kerasnya menyodokku, kembali aku dibuat iri pada Nissa saat Pak Erwin dan.
Wandi bertukar tempat, Nissa sudah mendapat kocokan Wandi untuk kedua kalinya, kepalanya mendongak dan tubuhnya menggeliat ketika Wandi memasukkan kembali penisnya tapi tak lama setelah itu dia sudah mulai mengulum penis Pak Erwin. Pak Virzha kembali meremas remas buah dada Nissa sambil mengocokku tapi Wandi tak mau melakukan hal itu padaku, dia tetap serius mengocok Nissa sampai berulang kali dia menggeliat ketika Wandi mengocoknya dengan keras. “Nissa sudah mendapatkan tiga penis, di mulut maupun vagina, tapi aku baru dua, itupun kurang memuaskanku” teriak batinku.
Kupandangi wajah Wandi ketika mengocok Nissa begitu ganteng dan cool, expresinya tidak berubah seperti biasa saja kecuali keringatnya yang menetes membasahi tubuhnya yang atletis itu sehingga makin sexy. Belum sekalipun Wandi menyentuhku, entah dia mau menghukumku atau karena segan, aku tak tahu.
Kuhibur diriku dengan berkonsentrasi pada kocokan Pak Virzha, aku tak mau tersiksa terlalu lama mengharapkan Wandi, maka kugerakkan pinggangku mengimbangi Pak Virzha dan hasilnya sungguh luar biasa, dia bergerak semakin liar dan akhirnya tak bisa bertahan lama, maka menyemprotlah spermanya ke vaginaku dengan kencangnya, kurasakan denyutan yang keras dari penisnya di dalam vaginaku seakan menghantam dinding rahimku. Bersamaan dengan semprotan Pak Virzha, ternyata Pak Erwinpun menyemprotkan spermanya di muka Nissa, sperma itu menyemprot kemana mana baik di mulut, wajah dan sebagian ke rambutnya.
Pak Virzha menarik penisnya yang sudah lemas begitupun dengan Pak Erwin, aku belum mencapai orgasme, hanya satu penis yang masih berdiri yaitu Wandi, akhirnya aku harus mengalahkan gengsiku yang dari tadi mencegahku.
Kuhampiri Wandi yang sedang menyocok Nissa, dari belakang kupeluk dia hingga tubuh telanjangku menempel di punggungnya, keringat kami menyatu, aku elus dadanya yang bidang berbulu. Sesaat dia menghentikan gerakannya tapi kemudian dilanjutkan kembali dengan lebih keras.
Merasa belum mendapat respon darinya, aku bergeser ke depan, kujilati puting dadanya sambil mengelus kantung bolanya, Wandi masih tetap tak mau menyentuhku malah makin cepat mengocok Nissa, maka kupegang tangannya dan kuletakkan di buah dadaku, kugosok gosokkan, barulah dia mulai merespon dengan remasan halus tanpa berhenti mengocok Nissa, lalu kucium bibirnya, tanpa kuduga dia langsung memegang kepalaku dan diciumnya bibirku dengan penuh gairah, full of passion, seperti orang melepas rindu berat, mungkin dari tadi Wandi memang menginginkanku tapi tidak berani.
Ciuman pada bibirku yang penuh nafsu tak menghentikan kocokan pada Nissa, lalu turun ke leherku sebagai sasaran selanjutnya dan berhenti di kedua putingku.
Dengan penuh nafsu dan dengan liarnya dia mengulum,
menjilat, menyedot dan meremas remas puting dan buah dadaku. Ouuhh aku menggeliat dalam kenikmatan yang indah.
Konsentrasiku terganggu ketika kudengar teriakan dari Nissa yang sedang mencapai kenikmatatan tertinggi, dia mengalami orgasme dengan hebatnya, terlihat badannya bergetar hebat dan kepalanya digoyang goyangkan seperti orang yang kesetanan, beberapa detik kemudian tubuhnya melemas di atas kursi dengan napas terputus putus. Bersamaan dengan ditariknya penis dari vagina Nissa, dia mendorong tubuhku ke bawah lalu disodorkannya penis besar itu ke wajahku, agak ragu sejenak tapi kemudian tanpa membuang waktu lebih lama kukulum juga penis
anak buah kepercayaanku itu, seperti dugaanku ternyata aku tak mampu mengulum penis itu semuanya, lalu kukocok pelan, aroma dari vagina Nissa tercium olehku tapi tak kupedulikan, Wandi memegang kepalaku dan mengocokkan penisnya di mulutku dengan liar, hampir aku tak bisa bernafas.Nissa sudah duduk di antara Pak Erwin dan Pak Virzha, kemudian Wandi memintaku duduk di kursi, dipegangnya kedua kakiku dan dipentangkannya, kuraih penis besar yang dari tadi kuimpikan, kusapukan di bibir vaginaku dan kuarahkan masuk, ternyata Wandi tak mau terlalu lama bermain main di luar, dengan keras di sodoknya penis besar itu masuk ke vaginaku.
“OOUUGGHHh” teriakku spontan lalu kututupi mulutku dengan tangan sambil melotot ke arahnya.
Vaginaku terasa penuh hingga aku tak berani menggerakkan tubuhku, tapi Wandi seperti tak peduli, langsung mengocokku dengan cepat dan keras, kurasakan penisnya menggesek seluruh dinding dan mengisi semua rongga di vaginaku, begitu nikmat hingga seakan aku melayang layang dalam kenikmatan birahi yang tinggi. Kakiku kujepitkan di pinggangnya, kedua tangannya meremas dengan keras kedua buah dadaku dan memilin ringan putingku sambil mencium bibirku dengan ganasnya.
Begitu liar dan ganas dia mencumbuku seakan menumpahkan segala dendam yang lama tesimpan, kocokannya yang keras seakan mengaduk aduk vaginaku. Kulawan gerakannya dengan menggerakkan pinggulku secara acak, dan aku mendapatkan kenikmatan yang bertambah.
Entah sudah berapa lama kami bercinta di kursi hingga dia memintaku untuk rebah di karpet lantai ruangan, lalu segera dia menyetubuhiku, tubuh atletisnya menindih tubuhku sambil pantatnya turun naik mengocok vaginaku, ciumannya sudah menjelajah ke seluruh wajah dan leherku tanpa sedikitpun bagian yang terlewatkan.
Aku mengagumi kekuatan fisik Wandi yang begitu kuat, dinginnya AC tak mampu mencegah peluh kami sudah bertetesan di seluruh tubuh. Kuraih kenikmatan demi kenikmatan dari setiap gerakan Wandi di atas tubuhku.
Selanjutnya kami bergulingan, kini Wandi telentang dan aku duduk di atasnya, secepatnya kugoyangkan pantatku mengocok penis Wandi, goyanganku kubuat tidak aturan dan banyak variasi hingga dia menggigit bibirnya, dipandanginya wajahku, lalu dia kembali meremas buah dadaku dengan kerasnya, tanpa kusadari ternyata Pak Virzha sudah berdiri di sampingku dan menyodorkan penisnya ke mulutku, kugapai dan langsung kukulum dengan gairahnya sambil tetap menggoyang pantatku. photomemek.com Pak Virzha ternyata tak mau diam saja, dia ikut mengocokkan penisnya di mulutku sambil memegangi kepalaku. Tak mau kalah Wandi kemudian ikutan menggoyangkan pinggulnya hingga kami seolah berpacu meraih kenikmatan birahi.
Wandi lalu duduk hingga tubuhku berhadapan dalam pangkuannya, kujepitkan kakiku di pin ggangnya sambil tetap menggoyangkan pantat tanpa melepas kocokan mulutku pada penis Pak Virzha, Wandi menjilati seluruh leher dan dadaku, disedotnya putingku dengan keras, kurasakan gigitan gigitan kecil di sekitar buah dada dan putingku tapi tak kuperhatikan.
Akhirnya kurasakan tubuh Wandi menegang dan sedetik kemudian kurasakan kepala penisnya membesar memenuhi rongga dalam vaginaku lalu menyemprotkan spermanya, sementara gigitan dan sedotan di dadaku terasa semakin kuat, denyutannya membuat aku terbang melayang tinggi hingga ke puncak kenikmatan, maka akupun orgasme saat penis Wandi sedang berdenyut dengan hebatnya di vaginaku, kami sama sama menggapai orgasme dalam waktu yang relatif bersamaan, tubuhku sudah mulai melemas tapi penis Pak Virzha masih di tanganku, maka kukeluarkan kemampuanku untuk segera mengakhiri kemauan
Pak Virzha sambil masih tetap duduk di atas Wandi, tangan Wandi masih meremas dengan lembut kedua buah dadaku, tapi konsentrasiku hanya tertuju ke Pak Virzha, tak lama kemudian berdenyutlah penis Pak Virzha di mulutku, tak kurasakan cairan sperma keluar dari penis itu, hanya denyutan denyutan ringan hingga melemas dengan sendirinya.Aku terkulai lemas di atas tubuh Wandi, anak buahku itu, dan dia membalas dengan ciuman dan elusan di punggung telanjangku, beberapa saat kemudia aku tersadar dan berdiri menjauhinya, duduk kembali di kursi.
Nissa memberikan teh hangat, kami semua masih telanjang, masih kurasakan seakan penis Wandi masih mengganjal vaginaku.
Baru aku sadari ternyata ada empat titik memerah bekas gigitan Wandi pada dada dan sekitar buah dadaku, kulirik Wandi tapi dia tidak memperhatikan.
Jarum jam menunjukkan pukul 13:30, ketika kami menandatangani kontrak itu dalam keadaan telanjang, sambl memangkuku Pak Virzha menandatangani lembaran itu dan di atas pangkuan Pak Virzha pula aku menandatanganinya. Sementara Pak Erwin sebagai saksi, ikut menandatangani kontrak itu sambil memangku Nissa yang masih telanjang.
“Alangkah asiknya kalau kita bisa makan siang bersama sambil telanjang” usul Pak Erwin
Aku hanya tersenyum menanggapi usulan nakal Pak Erwin,
kukenakan kembali pakaianku meski tanpa celana dalam karena diminta Pak Erwin yang masih bujangan itu.
Tak lama kemudian kami semua sudah berpakaian lengkap, kubereskan dokumen yang berserakan di lantai maupun meja dan kuberikan semuanya ke Wandi.
Dan selesailah official meeting hari ini.
Sebenarnya aku tak mau mencampur adukkan antara bisnis dan kesenangan seperti ini, baru pertama kali terjadi. Awal bisnis yang di awali seperti ini terus terang membuat aku takut, tapi apa bedanya dengan para bisnisman lainnya yang memberikan wanita cantik untuk dapat mendapatkan proyek, toh proyek itu jalan juga.
Setelah makan siang, aku dan Wandi mengantar mereka hingga ke lobby dan disanalah kami berpisah, Aku dan Wandi naik ke atas, tak ada pembicaraan sepanjang jalan ke kamar meskipun di lift Cuma kami berdua, suasana menjadi kaku, hal seperti inilah yang tidak aku inginkan.
“Wandi apapun yang telah terjadi adalah tidak pernah terjadi, tolong camkan itu demi kebaikan kita semua” kataku pada Wandi sambil mengecup bibirnya, sebelum dia masuk kamarnya.
Dan kami kembali ke Jakarta sebagai mana tidak terjadi sesuatu kecuali kenangan indah.
Aku tidak pernah bisa memenuhi kata kataku sendiri seperti yang aku pesan di atas, karena bercinta dengan Wandi terlalu nikmat untuk di tinggalkan.,,,,,,,,,,,,,,,,,,