Vila SurgaVila Surga

Author:

 

 

Kejadian ini sebenarnya terjadi tahun 2017, bertepatan dengan ulang tahun pacarku yang ke 20. Pacarku bernama
Maria, dia wanita blasteran Menado-Belanda. Tentu saja wajahnya sangat
cantik, ukuran tubuhnya adalah, tinggi 172 cm, berat 55 kg, payudara
38B. Payudaranya sangat seksi dan besar, belum lagi kulitnya yang putih
bersih. Pokoknya dia mampu membuat saya gemetaran. Aku sendiri berumur
25 tahun, ciri-ciriku adalah, tinggi 178 cm, berat 68 kg, kulitku sawo
matang, dan aku berasal dari Jawa. Sebenarnya aku sangat beruntung
mendapatkan Maria, tapi selama 4 bulan pacaran, aku tidak pernah
menyentuhnya lebih jauh. Aku hanya menberikan ciuman dan pelukan, aneh
bukan..? Tetapi itu semua karena gaya pacaranku memang demikian. Aku
tidak ingin merusak pacarku sendiri.
Maria kekasihku adalah
wanita yang sempurna. Dia selalu memakai baju-baju ketat dan terbuka.
Tentu saja keseksian tubuhnya akan terlihat jelas dan membuat semua
pria ingin melahap tubuhnya, apalagi aku sebagai pacarnya. Orang-orang
pasti berpikir bahwa aku pernah menyetubuhinya. Itu semua tidak benar,
karena aku selalu mengendalikan diriku dan selalu menolaknya jika dia
mulai menggodaku dan bermesra-mesraan denganku. Penolakan itu ternyata
berakibat fatal, karena Maria mulai gencar melakukan gaya-gaya yang
membuatku bergairah. Aku mulai merasa dia menjadikanku sasaran
kepenasarannya. Mungkin karena sikap dinginku kepadanya. Aku bisa
melihat dengan jelas kedua mata indahnya itu seakan memelas agar aku
mau menyentuhnya dan membawanya ke surga kenikmatan. Tetapi tetap saja
aku tepis.
Hingga akhirnya, ketika Maria akan berulang tahun dan
merayakannya hanya denganku. Dia menyuruhku datang ke villa
keluarganya, tentu saja tidak ada siapa-siapa kecuali pembantunya. Lalu
pada malam harinya, aku datang dengan membawa seikat bunga untuk Maria.
Pembantunya mempersilahkan aku duduk di ruang tengah, sementara itu dia
memanggil Maria majikannya. Tiba-tiba dalam kesendirianku, aku
dikejutkan dengan ciuman yang mendarat di pipi kananku dari belakang.
“Eh.., udah datang..!” ucap Maria sambil duduk di sebelahku.
“Iya.., met ultah sayanku…” jawabku sambil memberikan bunga yang kubawa untuknya.
Kedua mataku sibuk memperhatikan Maria, karena penampilanya sungguh luar biasa. Dia cantik sekali dengan pakaian sackdress-nya.
Aku tidak mempedulikan ocehan Maria, karena konsentrasiku kini pada
tubuhnya yang sexy. Aku tahu kalau Maria tidak memakai BH karena
putingnya tercetak jelas. Hampir saja aku menggigit lidahku karena
disuguhkan pemandangan seperti itu.
Maria yang terdiam rupanya memperhatikanku dan tersenyum genit.
Dia mendekatiku dan membisikkan kata-kata, “Aku akan memberikannya padamu sayangku…”
Ucapannya
itu membuat aku berdebar-debar. Kemudian Maria berjongkok di antara
kedua kakiku. photomemek.com Aku bisa melihat pahanya yang mulus dan CD-nya yang
berwarna cream tersembul disana. Aku terhipnotis, dan tanpa
kusadari batang kemaluanku mulai hidup. Maria membuatku gila karena dia
mulai mengusap-usap batang kejantananku dari balik celanaku. Tetapi
usapannya itu telah mampu membangkitkan batang kejantananku yang
semakin tegang.
Maria mulai membuka resleting celanaku, dan
nampaklah kepala batang kejantananku yang sudah keluar dari CD-ku.
Maria terus menarik celanaku dan CD-nya, hingga aku telanjang. Aku
merasakan tanganya yang halus mulai mengusap-usap batang kejantananku.
“Uh…” aku merasakan getaran kenikmatan telah muncul.
Kemudian
Maria mengulumnya, menjilatinya dari ujung hingga pangkal batang
kemaluanku. Aku mulai tidak tahan, nafasku memburu saat kocokan-kocokan
mulutnya mulai beraksi. Kedua tanganku menyentuh payudaranya dan aku
mulai meremasnya.
“Akhhh…” aku mendesah tidak karuan.
Maria memang pintar, dia menghisap kontolku dengan kuat.
“Slurrrppp… slurrrppp… ” yang membuatku semakin gila.
Kuelus-elus
tengkuknya dengan tangan kiriku, sedangakan tanganku yang kanan masih
meremas-remas payudaranya. Aku menikmati perlakuannya hingga aku merasa
akan mengeluarkan sesuatu.
“Sayang… aku mau keluar…” ucapku padanya.
Maria
seakan mengerti, dia menghisap batang kejantananku dengan cepat dan,
“Akh.., Crot.., crottt.., crott…” terlontarlah spermaku di dalam
mulutnya.
Tanpa merasa jijik, dia menelannya. Kemudian dia mulai membersihkan kejantananku dengan jilatan-jilatannya.
Setelah
bersih, Maria bangkit dan mendorongku ke sofa untuk bersandar. Kemudian
dia mulai menciumku, aku pun membalasnya. Kupagut bibirnya yang sensual
itu sambil kuelus punggungnya. Aku memainkan lidahku di dalam mulutnya.
Kusandarkan tubuhnya di sofa, dan aku segera turun dan berjongkok tepat
di antara kedua pahanya yang sudah dibuka Maria lebar-lebar. Kuciumi
Maria terus menerus, kemudian lehernya kujilati dengan lembut.
“Ahhh… ahhh…” desahan-desahan mulai keluar dari bibirnya.
Aku
menarik resleting bajunya dan kuturunkan, hingga nampaklah payudara
38B-nya yang luar biasa itu. Aku tidak tinggal diam, aku mulai
menjilatinya.
“Slurrppp… slurrppp… sssh..”
Aku kecup payudaranya yang besar itu, “Cup… cup…”
Maria mengeluarkan lenguhan-lenguhan kenikmatan, “Oh.., oh… sayang…”
Aku teruskan dengan menghisap payudaranya kuat-kuat.
Maria mendesis, “Ohhh..,” sambil menjambak rambutku.
Kemudian kupilin-pilin putingnya yang sudah keras itu.
“Ohhh.., akhhh.., ssshhh…” nampaknya Maria menikmatinya.
Aku
mulai turun ke CD-nya, kuturunkan berikut dengan bajuku juga. Hingga
nampaklah vaginanya yang sudah basah. Aku langsung menjilatinya.
“Slurrppp.., slurrrrppp.., oh… oh…” desahan Maria membuat aku semakin tegang.
Kuteruskan jilatanku, kumainkan lidahku di dalam liang kewanitaannya.
“Akhh..,” jeritannya yang bersamaan dengan pahanya yang menjepit kepalaku dengan kuat.
Tubuhnya
bergerak kesana kemari. Aku tidak memperdulikannya dan terus
menjilatinya. Kuhisap dan kusedot liang kenikmatannya yang sudah basah
itu dengan kuat-kuat. Kemudian klitorisnya kuemut dengan kuat.
“Okhhh.., ohhh..,” lenguhnya panjang, “Sayang.., masukkan.., masukkan..!” pinta Maria memohon.
Aku
tidak menyia-nyiakannya, kuludahi batang kejantananku dengan air liurku
dan kuarahkanpada liang senggamanya yang sudah banjir oleh cairan
kewanitaanya.
“Ohhh.., aooohhh…” Maria mendesah tidak karuan saat kepala kejantananku kugesek-gesekkan di bibir vaginanya.
Kemudian
kudorong batang keperkasaanku untuk masuk lebih dalam, tapi Maria
berteriak, “Sayang.., sakittt…” wajahnya meringis kesakitan.
Aku menenangkannya dan mulai memasukkanya lagi tanpa mempedulikan jeritan-jeritan dari bibir Maria.
“Blesss.., sss… ohhh…” aku diam tidak bergerak saat batang kemaluanku sudah terbenam dalam liang senggamanya.
Setelah Maria sedikit tenang, aku mulai menarik sedikit batang kejantananku.
“Akh.., akh…” Maria terus merintih.
Aku
sendiri sedang merasakan nikmatnya jepitan bibir vaginanya yang membuat
batang keperkasaanku berdenyut-denyut tidak karuan. Kumulai
memaju-mundurkan batangku di dalam liang senggamanya. Masuk, keluar,
masuk, keluar.
“Ohhh.., enak… okhh…” itulah kata-kata yang kutangkap dari suara-suara yang Maria keluarkan.
Kami
mulai terbiasa melakukannya, pinggul Maria terus bergoyang kesana
kemari dengan teratur. Gerak maju mundur batang kejantananku mulai
kupercepat.
“Akh.., oh.., sayang… Aku mau keluar..!” teriak Maria.
Kecepatanku kunaikkan 2 kali lipat, karena aku sendiri pun mengalami hal yang sama dengannya.
Dan akhirnya, “Crot.., crottt.., crott…”
Kami berteriak keras sambil berpelukan, “Aakhhh…”
Kami mencapai orgasme bersamaan.
Dengan
sisa-sisa tenagaku yang terakhir, kubopong tubuh Maria dan kubawa masuk
ke kamarnya. Kubaringkan tubuhnya di atas tempat tidur dan aku mulai
menciumi bibirnya dengan penuh nafsu. Kedua tanganku meremas-remas
payudaranya dengan kuat. fantasiku.com Kumainkan lidahku di putingnya. Mariamendesah
kenikmatan, nafasnya mulai tidak beraturan. Aku meneruskan jilatanku di
payudaranya, kuputar ke kiri serta ke kanan, kuhisap kecil.
“Okh..,” rintihanya membuatku semakin menggebu-gebu.
Kutarik putingnya dengan bibirku.
“Okh..,” Maria terus mendesah, kedua tanganya mengelus-elus punggungku.
Aku semakin bernafsu, kubuka mulutku lebar-lebar dan kuhisap payudara kanannya.
“Slurrppp..,
slurppp…” terdengar suara kenikmatan dari hisapanku, sedangkan
tanganku yangsatunya meremas-remas payudara kirinya dengan kasar.
Aku
melihat kedua mata Maria yang terpejam. Tetapi bibirnya tidak berhenti
merinti-rintih kesakitan dan kenikmatan. Sementara itu batang
kejantananku sendiri sudah menegang keras. Kuhentikan hisapanku, lalu
kutarik kedua kakinya ketepian tempat tidur hingga menyentuh lantai.
Maka nampaklah vaginanya yang basah. Aku mengambil posisi berjongkok
dan mulai menciumiselangkanganya dengan teratur.
“Okh.., sayang.., akhh…” itulah kata-kata yang kudengar dari bibir Maria saat lidahku menyentuh bibir kemaluannya.
Kujilati
dan terus kuhisap-hisap cairan kewanitaanya, kemudian kugigit
klitorisnya. Maria menjerit keras, badannya mengelinjang ke kanan.
“Ohhh.., ohhh.., sayang… enakk…” desahnya.
Aku terus menambah kecepatan hisapanku dan terus mengocok liang senggamanya, menjilatinya dan menghisapnya dalam-dalam.
“Ohhh.., sshhh.., sshhh… Aku keluarrr..!” teriak Maria keras.
Aku
bersiap-siap untuk menelan cairan yang tersembur dari lubang
kenikmatannya. Kemudian kubersihkan cairan-cairan yang masih tertinggal
di bibir liang surganya.
Aku bangkit dan naik ke tempat tidur,
sekarang posisi kami adalah 69. Maria memasukkan batang kejantananku ke
dalam mulutnya dan mengocok-ngocoknya. Aku merasakan jilatan-jilatannya
yang mampu membuatku merem melek. Dia terus menyedot-nyedot kepala
kemaluanku dengan kuat.
“Akhh..,” desisku.
Aku seakan
melayang-layang, entah dimana. Sungguh luar biasa apa yang kurasakan
itu. Aku membalas perlakuan Maria dengan menjilati dan menggigit
klitorisnya. Sontak tubuh Maria bergerak-gerak. Aku yang mulai
merasakan batang kemaluanku akan mengeluarkan sesuatu, langsung
menariknya dari mulut Maria. Kubuka lebar-lebar liang vaginanya.
Kuhujamkan batang keperkasaanku pelan-pelan dan, “Blesss.., ohhh…” desisku.
“Crot.., crot…” spermaku menyemprot ke dasar liang senggamanya.
Tubuhku lemas, tetapi itu hanya sekitar 5 menit.
Aku bangkit dan mencabut batang kemaluanku dari liang senggamanya.
“Ahhh..,” desah Maria yang lemas tidak berdaya.
Kubuka
pahanya lebar-lebar dan mulai menjilatinya lagi. Lidahku menari-nari di
dalam liang kenikmatannya. Perlakuanku itu menbuat Maria menggelinjang
tidak karuan, nafasnya kembali naik. Kuhisap klitorisnya yang masih
membesar itu, “Slurp… slurppp…”
Tanganku sendiri sibuk meremas-remas payudaranya. Maria menjerit kesakitan, “Okh… akhhh… hhshshsss…”
Kedua pahanya menjepit kepalaku dengan keras. Aku tetap meneruskan jilatan dan hisapan padakemaluannya.
“Okh… okh… ssshhh…” Maria terus mendesah, “Aku mau keluar..!” ucapnya.
Aku terus menyedotnya semakin cepat dan liar, “Slurppp.., slurppp… okhhh…”
“Cer… cer…” cairan kemaluannya membanjiri vagina dan wajahku.
Maria
tergeletak lemas, dia tidak peduli lagi saat aku membersihkan liang
senggamanya dengan menyedot cairan kewanitaanya yang masih tertinggal
di bibir vaginanya itu. Tetapi saat aku menyedot klitorisnya, dia
memohon agar aku menghentikanya, karena dia sudah tidak kuat lagi, tapi
aku tidak memberikan kesempatan kepadanya. Kukocok-kocok lidahku di
dalam vaginanya. Mariaberteriak dan meronta-ronta. Kedua kakinya
berusaha menendangku dengan sisa tenaganya yang terakhir. Tetapi dengan
sigap kupegang kedua pahanya dan terus menghisap vaginanya.
“Okhhh.., aahhh.., akhhh..,” desahan dan teriakkannya membuatku terangsang.
Kulihat
Maria mulai menitikkan air matanya, pastilah dia merasa ngilu pikirku,
tetapi aku tidakmempedulikannya karena nafsuku sudah di ubun-ubun,
batang kemaluanku sendiri sudah berair.
Aku terus menjilati liang kewanitaan Maria dengan cepat.
Tiba-tiba Maria berteriak, “Sayang… masukkan… ohhh… masukkan..!” pintanya.
Aku
pun tanpa basa-basi, membimbing batang kejantananku yang sudah tegang
1000 volt ke dalamliang senggamanya. Maria sendiri sibuk memegangi
kedua pahanya agar memudahkanku menancapkan senjataku. Kugesek-gesekkan
kejantananku di liang kewanitaannya, “Sssttrrr… ssrrreee…”
“Oohhh.., ohhh… ohhh…” desahan Maria semakin menjadi-jadi.
Kuarahkan batang keperkasaanku ke dalam liang vaginanya, “Blesss… ssss…”
Maria mulai menjerit kenikmatan, “Aduh..! aduhh..! oh..!”
Aku sendiri merasakan kenikmatan cengkraman bibir kemaluanya yang kuat itu.
Aku mulai memaju-mundurkan batang kejantananku yang diiringi desahan Maria, “Ohhh… ohhh… enakhh… enakh…”
Maria menggoyangkan pinggulnya seirama denganku, gerakan kami pun semakin cepat.
“Akhhh… sayang.., Aku mau keluar…” ucap Maria.
Aku terus menggenjotnya, karena aku pun merasakan batang kejantananku akan mengeluarkan spermaku.
Saat
kecepatan kami bertambah, akhirnya aku melenguh keras, “Akhhh…
Crot… crott… crot…” batang kejantananku memuntahkan spermaku di
dalam liang senggama Maria.
Bersamaan dengan itu, Maria juga menjerit, “Aaskhhh.., ohhh.., cer… cer…”
Tubuhnya mengejang sambil memelukku kuat-kuat. Aku merasakan cairan kewanitaannya membasahi batang kemaluanku.
Maria
melepaskan pelukannya, tubuhnya menjadi lemas tidak berdaya, begitu
juga denganku. Kucabut batang keperkasaanku dari liang senggamanya.
Kemudian kubuka pahanya, kujilatisisa-sisa ciran kewanitaanya, lalu
kubaringkan tubuhku di sampingnya. Kucium keningnya sambil kupeluk dan
kubisikkan kata-kata bahwa aku sangat mencintainya. Maria hanya
tersenyum sambil memejamkan matanya. Malam itu, kami melakukanya 3 kali
dan kami mengulanginya dimana pun kami berada.
Pengalaman di
atas sungguh membuat aku berubah menjadi pria yang tidak dingin lagi,
malah aku sangat menyukai seks. Bagi yang ingin berkenalan atau
komentar, silakan kirim email kalian.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

TAMAT