Setelah ayah pensiun dari pekerjaanya, saya harus bekerja untuk melanjutkan kuliah saya. Saya bekerja paruh waktu di sebuah factory outlet ternama di kota yang terkenal dengan factory outletnya.
Saya sudah bekerja di tempat ini selama 3 bulan. Tapi, tetap saja ibu saya berat untuk saya bekerja karena takut konsentrasi anaknya terbelah dan belajarnya jadi terganggu. Tapi saya sudah menerangkan bahwa saya bisa mengatur waktu.
Akhirnya saya mendapat kepercayaan dari ibu saya dan saya dapat mengerjakan pekerjaan ini tanpa ada yang menghalangi saya. Uang kost dan kebutuhan sehari-hari tanpa perlu lagi transfer dari rumah nun jauh ke sini.
Di factory outlet tempat saya bekerja, banyak pembeli dari dalam maupun luar negeri datang ke sini. Yang cantik dan seksi dan mereka menggunakan pakaian yang minim-minim dan tipis yang membuat saya bernafsu. Juga para karyawan wanita, banyak yang cantik-cantik membuat napsu saya makin mengembara saja.
Inilah kelemahan saya. Kadang-kadang saya.melampiaskan napsu saya dengan onani di kamar ganti dan atau di tempat pakaian dalam perempuan kalau toko sudah tutup.
Saya dipercayakan membuka-mengunci FO, karena di FO ini tidak mengerjakan satpam. Dan ada suatu benda lagi yang sering menemani saya beronani ria, yaitu sebuah MANEKIN (boneka pajangan).
Manekin itu sangat cantik, rambutnya dari wig rambut coklat panjang teratur. Pakaiannya tanktop super ketat yang membuat putingnya menyembul dan pusarnya kelihatan serta rok supermini hanya 1/4 paha, sehingga tampilannya sangat mengundang birahi. Saya menamai manekin tersebut dengan nama Nina.
Selama ini saya berhasil menjaga rahasia onani saya dengan Nina ini. Tapi, sepandai-pandainya menyimpan bangkai, baunya tercium juga.
Pada waktu itu jam sudah menunjukan jam 10.00 malam, FO tutup dan karyawan mulai beres-beres dan langsung pulang. Saya yang ngaceng gara-gara melihat beberapa wanita menggunakan pakaian ketat dan rok mini dengan pahanya yang putih mulus tak berbulu dan payudaranya yang berisi membuat saya bergelora dan ingin cepat-cepat onani dengan Nina dan akhirnya malam ini saya dapat berdua dengannya.
Setelah semua orang pergi, saya mematikan lampu dan saya ke stand wanita berfantasi dengan Nina. Ketika saya berada di depannya, tangannya saya tarik untuk memegang penis saya seolah-olah dia penuh napsu memegang penis saya dan kemudian saya mendekatinya dan mencium bibir seksinya itu. Rasanya keras sekali lidah saya menjilat bibirnya yang kaku itu seolah-olah kami sedang french kiss .
Setelah itu saya mencium lehernya yang tadi saya semprot parfum yang saya ambil di etalase parfum. Wangi sekali membuat fantasi saya makin membara dan saya membayangkan dia menganga keenakan dan setelah itu saya mulai main ke bawah dan dari luar saya pegang payudaranya dan kemudian saya melepas tanktop ketatnya itu dan akhirnya terlihat payudaranya yang tegak tapi keras.
Dengan membayangkan payudaranya kenyal dan empuk saya elus-elus dan mulai mengemut payudaranya yang ranum dan putingnya saya gigit keras. Kemudian saya kocok-kocok penis saya dengan tangan saya.
Ohh… enak sekali. Maju-mundur-maju-mundur… ohh enak sekali… rasanya melayang-layang dan ugghhh ahhh oh yesss… saya mendesah. Tak terasa beberapa menit kemudian saya mencapai klimaks. Mani saya mucrat, cukup kental dan banyak. Saya sempat mengejang keenakan dan beberapa menit kemudian penis saya menyusut dan menyusut dan akhirnya kembali ke ukuran minimal. Kemudian saya membersihkan cairan yang ada di penis saya serta yang jatuh di lantai.
Ketika akan keluar, saya melihat sebuah bayangan manusia di balik lemari baju yang awalnya saya kira manekin tetapi bergerak. Saya takut setengah mati.
Kemudian saya berteriak, “Ayooo… siapa disana?”
Tak ada jawaban!
Saya mendekati dengan hati-hati, perlahan-lahan sambil mengepalkan tangan tidak terasa sudah 2 meter mendekati lemari itu. Dan kemudian saya lompat… hoop… dengan tangan yang mengepal di atas kepala yang sudah siap meninju dengan sekuat tenaga. Tapi tangan saya akhirnya tidak mendarat di wajahnya, karena saya mengenal orang ini, sementara ia kaget.
Dengan mata melotot seperti urat matanya mau putus dan kedua tangannya setengah terangkat dan terlihat telapak tanganya yang putih, “Ampun… ampun…Mas, ampun…!”
Saya kaget dan bercampur malu karena yang tadinya saya kira musuh rupanya teman saya. “Saras… ngapain kamu disini?”
Saras adalah pegawai baru di FO ini sehingga ia menganggap saya seniornya. “Tadi saya rapiin gudang, taunya udah pada pulang,” katanya sambil gugup tidak berani melihat muka saya.
“Ahh, kamu bohong!”
“Betulan, sumpah!” katanya sambil mengacungkan jari.tengah danjari manisnya.
“Tadi, apa kamu ngeliat apa yang saya lakukan?”
“Ngeliat apa?”
“Eh jujur aja!” bentak saya.
“Liat, tapi dikit,”
“Betulan?!”
“Iya, enggak bohong.”
“Bisa jaga rahasia kan kamu?”
Dia mengangguk.
“Betulan, ya?”
“Iya”
“Oke deh kalo gitu, tapi awas kalo kamu ngomong ke orang laen.” ancam saya.
“Iya!”
“Saya cuma minta kamu tutup mulut, bukan yang lain. Jangan tegang kayak gitu dong, coba kamu napas dalam- dalam,” kata saya.
Kemudian dia mengambil napas dalam-dalam dan terlihat payudaranya yang membusung bertambah besar dan putingnya yang menyembul dan melepaskan napasnya perlahan-lahan dan payudaranya seperti semula. Tidak terasa penis saya naik lagi.
“Gimana, udah baikan?”
“Udah.”
“Cuma jaga rahasia kok kayak mau ditembak aja?” kata saya.
“He.. he…” dia tertawa kecil.
Mukanya manis dan bisa dibilang cantik. Orang ini pandai berdandan. Dia menggunakan lipstik berwarna pink yang tipis. Rambutnya yang sebahu lebih dihiasi dengan bando emas. Mukanya yang ke arab-sundaan ini dihiasi dengan hidung mancung dan lehernya jenjang. Kulitnya putih sekali. Tingginya sekitar 165-an dan mempunyai badan yang seksi. Usianya baru 20-an.
“Ngomong-ngomong, tadi kamu liat punyaku ya?”
Mukanya tegang lagi.
“Udah, cuma nanya, kok tegang lagi?” kata saya.
“Iya.” jawabnya dengan lirih.
“Besar gak punyaku?”
“Ehhhmmm..”
“Jawab, jangan ehm.. ehm.. doang!” kataku dengan nada sedikit membentak.
“Iya!”
“Sama punya pacar kamu, besaran mana?”
“Saya enggak punya pacar,”
“Jadi orang jangan suka bohong.”
“Betulan, saya enggak bohong.”
“Tapi pernah pacaran kan?”
“Pernah sih.”
“Udah tau ‘begituan’ belum?”
“Udah, tapi cuma dua kali,”
“Rasanya gimana?”
“Ya enak, tapi cuman bentar.”
“Kamu mau nyoba punya saya, nggak?”
Wajahnya gugup kembali. “Hhhhmmmmm…”
“Jangan hmm… hmm… hmmm…”
“Emangnya saya manekin, gak punya perasaan?” jawabnya.
Saya mendekatinya dan langsung mencium bibirnya.
Terlihat dia kelabakan menerima serangan lidah saya di dalam mulutnya dan tanganya memeluk saya. Saya melakukan french kiss dengan ganas dan gantian lidahnya yang hangat dan basah masuk ke mulut saya dan saya belit dengan lidah saya yang sudah tidak sabar. Setelah di mulut, saya pindah ke kupingnya. Kemudian saya gigit-gigit kecil kupingnya.
“Ugghhh… geliiii…” desahnya
Kemudian saya mencium belakang telinganya dan ini membuat dia menganga keenakan. Setelah disitu tangan kanan saya naik yang tadi di bokong semoknya ke payudaranya dari luar dan menyentil putingnya. Setelah puas memegang dari luar, kemudian saya melepas bajunya tanpa dia berontak sama sekali, kemudian terlihat dua gunung yang tertutupi kain berenda yang juga hitam. Saya mendekatinya dan mencium lehernya yang jenjang itu.
Saya cium dan tercium aroma parfum.
“Achhhhh…” desahnya.
Saya gigit-gigit kecil dan tidak terasa saya membuat dua cupang di lehernya, 1 di kanan dan 1 di kiri dan dia sangat menikmatinya. Sambil mencium lehernya, kedua tangan saya melepas pengait kawat yang ada di belakang BH-nya.
Dan terlihatlah gunung tanpa sehelai benangpun di payudaranya dan puting kecil nya yang siap untuk digigit.
Kemudian saya turun ke bawahnya dan mengemut payudara kirinya dan tangan kanan saya sibuk mengurusi payudara kanannya dan tangan kiri saya sibuk dengan pantanya bagian kirinya. Dan tak lupa saya mengigit kecil puting mancungnya.
“Ssshhhhhh…” desisnya.
Setelah meninggalkan cupang di bagian kirinya, saya ganti ke kanan dan saya perlakukan sama seperti saudara kembarnya dan bedanya kedua tangan saya mulai meraba-raba paha bagian dalamnya dan menurunkan celananya yang resletingnya terbuka. Dan setelah puas dengan kedua saudara kembar ini kemudian saya turun ke bawah yang tadi celana dan celana dalamnya saya “preteli” dan terlihatlah vaginanya yang berbulu lebat. Kemudian saya benamkan hidung saya di vaginanya “ahhh… hhhh…”
Saya tidak melakukan cunninglus karena vaginanya sudah bercampur dengan cairan orgasmenya. Jadi saya menggunakan hidung saya saja tapi saya tidak mau dia sampai orgasme lagi, jadi hanya sebentar. Kemudian saya menyuruh melepaskan celana dan celana dalam saya.
Dengan cekatan dia melepaskan celana saya seperti memburu napsu dan melepaskan celana dalam saya dengan cepat dan terlihatlah penis saya yang ngaceng yang dihiasi jembut yang keriting. Kemudian saya ajak dia ke sebuah kursi kulit yang empuk yang tidak memiliki sandaran dan saya suruh dia terlentang dan saya berada di depannya dan saya mulai menggesek vaginanya dengan kepala penis saya.
Dengan perlahan-lahan, saya mulai menggesek penis saya samapai basahnya “pas”. Kemudian saya mulai memasukkan penis saya perlahan-lahan sampai seluruh “batang” saya masuk semuanya. Dan setelah itu, saya mulai dengan kekuatan penuh bergerak maju-mundur maju-mundur lubang surgawinya dan saya menikmatinya.
Nikmat sekali rasanya.
“Uggghhhh…. ahhhhh… aagghh….”
Saya menyodok-nyodok dengan cepat dan penis saya terasa jepitannya lebih enak daripada manekin yang selama ini saya “belai” dan rasanya seperti melayang-layang. Maju-mundur maju-mundur terus dan terus rasanya bikin darah naik semua ke ubun-ubun dan keringat telah membasahi tubuh kami dan tidak terasa sekitar lima menit saya merasakan kenikmatan duniawi dan terlihat
Sarah yang masih belum ingin keluar padahal saya sudah pengin muncrat dan terasa mani saya sudah berada di pangakal penis saya. Saya kagum dengan orang ini yang dari tadi belum terlihat mau keluar-keluar.
Akhirnya saya mengeluarkan jurus pamungkas saya. Dan temponya saya tambah naikan dan gerakanya mulai seperti kilat menyambar maju-mundur maju-mundur… ohhh… enak rasanya… ahhhhh.. ohh… yesss… terusss… achhhhh…. Desahan ini keluar terus menerus tanpa henti dan beberapa menit kemuadian…
“Achhhh… mau keluar nih…” katanya.
Kemudian dia mengeluarkan satu desahan yang volumenya lebih keras yang menandakan dia sudah orgasme dan terasa cairan hangat dari vaginanya dan tak lupa saya melepaskan penis saya dari lubang surgawinya dan saya muncratkan di bagian dadanya “croot… croott… crroott…” mani saya muncrat seperti air yang keluar dari selang.
Tubuh saya sempat kejang dan terlihat juga Sarah mengejang dan volume mani saya keluarkan cukup banyak. Sarah terkulai lemas. Dan perlahan-lahan penis saya menyusut sedikit demi sedikit dan menjadi ukuran semula. Kemudian setelah itu kami berciuman dan kami saling membersihkan dengan tissue dan kami saling memakaikan baju kembali.
“Gimana rasanya?” tanya saya,
“Wahh, enak banget. Ini pertama kalinya saya dapet puncaknya.”
“Lain kali lagi mau enggak?”
“Mau banget.. mau banget… tapi nanti kalo aku hamil gimana?”
“Lho tadikan aku keluarin di luar, jadi kamu gak bakal hamil.” jawab saya.
“Ooo begitu ya? Nanti manekinnya gimana?”
“Nanti saya pensiunin dia!”
“He…he… “
Sejak itu, saya “mempesiunkan” Nina sebagai objek seksual saya dan saya pindahkan ke Sarah semuanya.