Kok Bisa Gitu Sih?

Author:

Kok Bisa Gitu Sih?

Namaku Dika. Aku mau cerita tentang kejadian yang pernah ku alami waktu aku duduk di kelas tiga SD dulu. Umurku belum sampai sepuluh tahun waktu itu. Jangan salah sangka dulu lho. Ini kejadian bukan tentang diriku. Tapi tentang orang yang sangat kuhormati. + a

Aku adalah anak pertama dari papa dan mamaku yang asli turunan Sunda. Papaku, Dadang Sukmana, adalah seorang karyawan swasta di sebuah perusahaan asing yang bergerak di bidang elektronika di Tangerang. Perusahaan itu sedang maju pesat usahanya. Papaku sudah menduduki jabatan kepala divisi saat itu. Sedangkan mamaku, Yuyun Sukmana, hanya ibu rumah tangga biasa. Yang sangat telaten merawat keluarganya. Kehidupan kami bisa dibilang cukup sejahtera. + a

Seingatku, sejak dulu, rumah kami selalu ramai. Karena banyak keluarga yang suka menumpang. Saat itu yang menumpang di rumah kami ada dua orang. Yang satu adik mamaku yang paling bungsu. Laki-laki. Dedy namanya. Aku memanggilnya Om Dedy. Usianya masih sembilan belas tahun. Baru di terima kuliah di Jakarta sini. Mamaku memang memaksanya untuk tinggal di rumah kami. Padahal waktu datang ke Jakarta diabilang pengen kos aja. Tapi mama beralasan kalo nanti om Dedy kos, ia tak bisa mengawasinya. Dan kuatir om Dedy nanti terjerumus. Saat itu aku kurang mengerti arti terjerumus yang dimaksukan mamaku itu. + a

Satu lagi Mbak Neny. Sepupuku, keponakan papa. Ia masih sekolah kelas dua SMA. Orang tuanya, adik papaku memang kurang mampu. Jadi papa membawanya ikut kami supaya bisa disekolahkan olehnya. + a

Kedua orang tuaku memang suka membantu keluarga. Padahal masih ada saudara orang tuaku yang lebih mampu dari kami. Tapi mereka tak seperti orang tuaku. Gak ada yang bersedia dijadikan tempat tumpangan keluarga. Dulu pernah ada beberapa keluarga yang lain. Namun semuanya udah pergi. Ada yang karena sudah menikah, atau mendapat pekerjaan di kota lain. + a

Papaku orangnya doyan olah raga. Segala olah raga dia suka. Kata mama waktu sekolah dan kuliah dulu papaku punya segudang prestasi olah raga. Mulai dari karate sampe catur. Mulai dari karambol sampe maen golf, hehehe. Aku sih jelas percaya. Karena di rumahku banyak sekali piala-piala, piagam penghargaan dan medali yang menjadiu bukti prestasi olah raga papaku. + a

Om Dedy juga begitu. Maksudku dia juga doyan olah raga kayak papa. Mungkin karena itu papaku dan om Dedy kompak banget. Kalau udah ngomongin olah raga mereka bisa tahan berjam-jam. Meski kurang ngerti, aku suka dengerin mereka ngobrol soal olah raga. Atau mantengin mereka berdua yang sedang serius maen catur sampe lupa waktu dan kadang lupa makan. Kalo udah begini ibuku bakalan ngomel-ngomel pada mereka berdua. Tapi bukan ngomel marah lho, ngomel sayang. + a

Mereka berdua juga hobby banget nonton pertandingan sepak bola. Terserah mau di stadionatau di televisi. Kalau nonton di televisi mereka betah nongkrongin layar televisi dari tengah malam sampe pagi. Sementara penghuni rumah yang laen, termasuk aku, udah lelap dibuai mimpi. + a

Setiap pagi, papa dan om Dedy rajin jogging keliling kompleks rumah kami. Setiap hari Minggupagi selesai jogging, ada acara tambahan, merekapergi berenang ke kolam renang. Aku sering di ajak serta juga. Tapi karena mungkin aku masih kecil, rasanya aku lebih suka tidur daripada ngikutin mereka jogging pagi-pagi dan dilanjutin berenang. Abis masih dingin banget sih. + a

Kalo mamaku kompaknya dengan Mbak Neny. Mereka berdua hobi dengan kegiatan rumah tangga. Merangkai bunga, bersih-bersih perabotanrumah, atau bikin kue dan segala jenis masakan lainnya. Mereka suka banget nyobain resep-resep baru. Yang untung aku, karena untuk nyobain makanan yang mereka buat adalah jatahku. Makanya waktu kecil dulu badanku agak buntel dikit. Tapi kalo sekarang udah enggak dong. + a

Aku juga punya adik lho. Namanya Rini. Umurnya dengannya selisih tiga tahun. Jadi, waktu aku kelas tiga itu dia belon sekolah. Aku sayang sekalipadanya. Anaknya lucu dan ngegemesin. O, ya aku bakalan punya adik satu lagi. Mamaku sedang hamil tua saat itu. Tinggal menunggu hari melahirkan saja. Karena itu sejak kemarin mamaku sudah ngungsi ke rumah nenekku di Bandung. Ibunya mamaku dan om Dedy. Mama ngungsi kesana karena kuatir nanti kalau ibuku harus melahirkan mendadak saat papaku kerja gak ada yang bisa nganter ke rumah sakit. + a