One for all – 1
Kejadian ini terjadi beberapa minggu yang lalu saat saya memang sedang banyak masalah. Sebut saja nama saya Alvin. Dalam profesi saya sebagai mahasiswa di salah satu PTS ternama di kota Bandung ini memang sering kali menemukan kejenuhan dan kebosanan dengan aktivitas-aktivitas sehari-hari saya.
Hari itu adalah hari yang benar-benar mengesalkan. Tugas yang selama ini saya buat ternyata dihempas ke lantai oleh dosen begitu saja dengan alasan absensi saya kurang. Memang beberapa hari terakhir ini saya sering sekali bolos kuliah dikarenakan banyak aktivitas saya di luar kuliah yang memang penting untuk dilakukan.
Singkat cerita saya lalu mencoba untuk menghibur diri. Saya datangi kosan teman-teman saya dan hanya mendapatkan kekecewaan. Karena saat ini sedang SP, banyak diantara mereka yang sedang pulang kampung.
Haus juga jadinya. Akhirnya saya memutuskan untuk membeli minuman dan beberapa batang rokok di warung langganan saya. Lalu dengan penuh rasa jengkel dan kecewa, saya duduk di pinggir trotoar di depan warung itu sambil merokok dan minum.
Tak lama kemudian datang sebuah mobil sedan mewah yang di dalamnya terdapat banyak cewe – cewe cantik. Sebagai cowo normal, saya merasa tertarik untuk memperhatikan mereka. Rupanya ada 4 cewe di dalam mobil itu. Mereka semua seperti sekumpulan model yang hendak mencari hiburan. Salah satu dari mereka turun dan menghampiri saya.
“Permisi Mas. Saya mau nanya nih. Tau tempat ini nggak?” tanyanya sembari memperlihatkan gambar sebuah bangunan yang sudah familiar buat saya. Tempat itu adalah sebuah guess house. Para mahasiswa baru yang ditemani orang tuanya saat pertama kali daftar atau saat masih mencari kosan. Saya sendiri pernah beberapa kali menginap di sana kalau ada pesta bersama teman-teman.
“Oh ini kan X guess house. Saya tau dimana tempatnya. Emang mbak mau ke sana?” jawabku singkat.
“Iya nih. Lewat mana Mas? Kalau bisa sih yang paling deket”
“Saya tau. Tapi tetap saja jalan ke sana terlalu banyak belokan kalau dari sini. Kalau Mbak saya suruh balik lagi dari ujung jalan ini, kejauhan dan memutar. Tapi saya bisa buatkan petanya kalau Mbak mau.”
Dia lalu berpikir sebentar sebelum akhirnya memutuskan untuk menghampiri teman-temannya yang ada di mobil. Beberapa saat kemudian ia pun kembali.
“Mas mau nggak nganterin kita-kita. Ntar kita anter balik ke sini deh. Atau mau dianterin ke rumahnya juga boleh.”
Wah, nampaknya ada kesempatan nih untuk berkenalan dengan cewe-cewe cakep ini. Segera saya mengiyakannya dan menghabiskan minuman. Salah satu dari mereka turun dan membeli rokok sebungkus. Cukup mengagetkan namun saya berusaha untuk tetap cool.
Saya duduk tepat di sebelah kursi pengemudi. Di kursi pengemudi adalah cewe yang tadi turun dan menanyakan jalan. Akhirnya saya berkenalan dengan mereka semua. Bahkan saya ditawari rokok di sepanjang perjalanan. Tak lama waktu yang saya butuhkan untuk bisa akrab dengan mereka.
Akhirnya kami tiba di tempat itu. Setelah memarkir mobil, kami turun dan check in. Saya lalu menagih janji mereka untuk mengantarkan saya balik. Namun salah satu dari mereka melarang saya untuk pulang. Dan yang lainnya meminta saya untuk menemani mereka sejenak dan meminta saya untuk mengantarkan mereka jalan-jalan setelah melepas lelah. Saya pikir tidak ada salahnya. Lagi pula saya sendiri sedang berusaha untuk menghilangkan kejenuhan di kepala saya ini.
Setelah mendaftar, kami pun beramai-ramai memasuki kamar yang telah kami pesan. Dalam obrolan sepanjang perjalanan saya mendapatkan bahwa mereka adalah sahabat solid sejak SMU. Mereka telah berjanji untuk terus bersama-sama hingga tua nanti.
Sampailah kami berlima di kamar itu. Cukup bagus untuk ukuran mahasiswa. Mereka lalu memesan makanan dan minuman dari telepon kamar. Saya pun ditawarkan dan akhirnya ikut memesan. Mumpung dibayarin, dalam hatiku berkata.
Tak lama kemudian saya merasa harus segera mencari kamar mandi untuk buang air kecil. Karena sudah terburu-buru, saya setengah berlari memasuki kamar mandi yang ada di dekat pintu masuk. Lega rasanya badan saya selagi memenuhi panggilan alam ini.
Tanpa saya sadari, salah satu dari cewe-cewe itu ternyata masuk untuk membersihkan wajah. Saya kaget waktu tiba-tiba ia mengajak saya berbicara.
“Wah, Alvin ini ternyata lucu juga yang kontolnya. Imut-imut hihi..” katanya sambil memangkukan wajahnya di bahu saya.
Saya pun jadi malu dan berusaha untuk segera mengakhiri panggilan alam ini. Memang sih dari segi ukuran, penis saya memang tidak memiliki ukuran yang layak dibanggakan. Tadinya saya sudah mau berkonsultasi dengan Mak Erot. Tapi setelah dipikir-pikir, saya sudah cukup bahagia dengan kondisi saya yang seperti ini.
Ternyata suara itu terdengar oleh cewe-cewe yang lain. Dan tak lama kemudian kami berlima pun sudah berkumpul sembari mempertontonkan penis saya. Antara kesal, malu dan bingung, saya berharap panggilan alam ini dapat segera berakhir. Namun satu hal yang membuat saya bingung. Mereka nampak menganggap penis saya yang kecil ini lucu dan seperti mainan. Dari tatapan mereka, saya bisa melihat tidak ada rasa risih apalagi jijik melihatnya.
Untungnya tak lama setelah itu mereka pun keluar sambil masih menertawakan barang saya ini. Panggilan alam ini pun saya sudahi dan merapikan diri. Masih dengan perasaan jengkel saya menatap cermin dan berkata sendiri di dalam hati. Saya senang dapat berkenalan dengan cewe-cewe cantik. Tapi semua itu sekarang sudah hilang. Yang ada adalah perasaan kesal dan ingin segera cabut.
Ketika saya keluar dari kamar mandi, saya sedikit terkejut. Nampak ruangan ini telah diatur agar tertutup. Cewe-cewe tadi sedang duduk di sofa dan ada yang membaca di tempat tidur.
“Kami mau minta maaf kalau tadi sampai bikin lo marah. Kita sih sebenernya nggak ada maksud buat maenin elo” kata salah seorang dari mereka. Sedikit demi sedikit rasa marah saya hilang.
“Yah udah deh gak papa kok. Lagian saya sendiri yang salah tidak mengunci pintu dulu.” jawabku dengan tenang.
Ia pun senyum dan saling berpandangan dengan teman-temannya. Tiba-tiba, tanpa rasa malu dengan adanya saya di ruangan itu, mereka semua membuka baju mereka satu persatu. Mereka melakukan itu sambil tertawa-tawa. Terus terang, ‘adik’ saya sudah sedikit bangun dari tidurnya. Tak lama pun mereka semua sudah tak berbusana sehelai pun bagaikan bayi-bayi yang baru lahir. Melihat keindahan, kehalusan dan putihnya tubuh mereka, saya hanya bisa menelan ludah. Sementara ‘adik’ saya sendiri sudah dalam posisi siap tempur. Ingin rasanya saya onani di sini.
“Ini sebagai tebusan kesalahan kita-kita.” ujar salah satu dari mereka.
“Tapi saya kan tidak bugil tadi.” jawabku sambil berusaha untuk tetap tenang.
“Anggaplah sebagai tanda terima kasih telah mengantarkan dan menemani kita. Lo masih mau kan nemenin kita jalan-jalan?” tanyanya.
“Gue sih nggak masalah. Asal jangan kita jalan-jalan dengan keadaan seperti ini ajah.” godaku sambil sedikit tertawa. Mereka pun tertawa sambil terus saling memandang.
Salah satu dari mereka lalu menghidupkan tape yang mereka bawa. Kamar ini sebenarnya dari awal sudah ditutup horden dan pintunya. Aku masih bingung dengan keadaan ini tapi senang juga.
Tak lama kemudian bel pun berbunyi. Seorang pria datang membawakan makan sore kami. Mereka langsung serempak sembunyi di kamar mandi dan memintaku yang masih berpakaian lengkap untuk mengambilnya. Akhirnya saya ambilkan makanan itu. Setelah saya kunci lagi pintu itu dan memberikan isyarat bahwa pria itu telah pergi, mereka keluar kamar mandi sambil tertawa-tawa. Aneh, bingung dan senang rasanya melihat sekumpulan cewe-cewe cantik dalam satu ruangan dengan tanpa sehelai benang yang melekat bercanda bagaikan tidak ada rasa malu.
Kamipun mengatur meja dan kursi agar kami semua bisa makan bersama. Tiba-tiba salah seorang dari mereka berkata ,
“Eh, Vin, lo juga bugil dong. Masa kita doang yang bugil. Biar kita rame-rame bugilnya.”
“Iya nih. Biar seru. Gak usah malu lah. Lagian kita-kita juga kan bugil.”
“Kita juga kan udah liat burung elo. Jadi santai ajah.”
Setelah menimbang-nimbang akhirnya kubuka juga pakaianku satu per satu. Mereka nampak senang. Namun ketika melihat burung saya yang sudah siap tempur, mereka makin tertawa lagi.
“Wah, udah bangun toh senjata lo, hihihi” kata salah satu dari mereka sambil menunjuk burung saya.
“Yah sudah lah. Mau makan nggak nih?-tanyaku dengan nada agak kesal.
Mereka pun meminta maaf kembali dan kita pun mulai makan. Sambil makan mereka menceritakan bahwa mereka sering melihat gambar-gambar cowo bugil dari berbagai sumber. Bahkan di antara mereka sering ikut nimbrung kalau kakak atau adik mereka yang laki-laki sedang berganti pakaian. Mereka semua pun mengaku sudah tidak perawan oleh pacar masing-masing.
Selesai makan, minum dan menghidupkan rokok, saya memutuskan untuk mengambil baju saya dan merapikannya di dalam tas. Setelah selesai, saya merasa ada yang menarik tangan saya dan memaksa saya untuk memutarkan badan.
“Gue belom pernah ngerasain kontol yang imut kaya gini” ujarnya sambil lalu jongkok dan mulai mengocok penis saya yang udah tegang dengan tangannya.
Rasa kaget dan keringat dingin pun mulai melanda tubuh saya. Terus terang sampai saat ini saya masih menjaga keperjakaan saya. Apalagi dengan kondisi ukuran penis saya yang tidak hebat.
Belum habis rasa kaget saya, dia sudah mengulum penis saya dengan lahapnya. Bahkan karena ukuran yang kecil, dia mengulum penis dan buah saya dengan sekali lahap. Gue yang kaget hanya bisa merasakan nikmat yang tiada tara. Dan kulihat tidak ada rasa jijik atau risih diantara teman-temannya.
Mereka lalu berkumpul di sekitar saya. Mereka membelai tubuh saya dengan perlahan dan membuat saya terbang tinggi di lahan kenikmatan.
“Selama ini kan kita maen ama cowo yang hebat, seksi dan ganteng. Gimana kalo kita cobain maen ama cowo yang biasa-biasa ajah ini.” ujar salah satu dari mereka dan disambut dengan persetujuan mereka.
Satu orang lagi turun dan meminta jatah mengulum penis saya dan bergantian dengan cewe yang pertama tadi. Bibir saya sudah dilumat dan seluruh badan saya sedang menikmati jilatan-jilatan yang sangat merangsang. Cewe yang mencium bibir saya melepaskan ciumannya dan berkata sambil memandang mata saya seperti tatapan seorang cewe kepada cowonya.
“Eh, kita di tempat tidur ajah yu, biar sekalian enak” katanya kepada teman-temannya.
Setelah itu dia merangkulkan tangannya ke pundak saya.
“Hari ini kita semua milik elo. Lo bebas melakukan apa saja terhadap kita asal jangan sampai menyakiti kita. Dan kita pun bebas mengerjain tubuh elo tanpa kita sakiti. OK?” ucapnya sambil memberikan senyumnya yang membuat saya tidak bisa menolak semua perlakuan ini.
Mereka lalu menarik saya untuk rebahan di tempat tidur. Sedangkan mereka sendiri duduk dan berkeliling di sekitar tubuh bugil gue yang terbaring dengan penuh ketegangan.
“Anggap diri lo raja dan kami adalah budak seks lo” kata salah satu dari mereka sambil mulai melahap penis saya. Sementara itu, yang lainnya menjilati dan menciumi seluruh tubuh saya. Mereka melakukan kegiatan ini bergantian. Saya hanya bisa pasrah dalam kenikmatan dan rasa tegang yang terus bergejolak.
Melihat saya yang hanya diam karena tegang, salah satu dari mereka berkata,
“Jangan diem aja. Kita juga milik lo. Kita budak seks lo. Jadi lo juga bebas menikmati tubuh kita.”
Diberi angin segar begitu, saya coba meraba payudaranya. Tidak ada tanda-tanda penolakan dan malah dia bagaikan menuntun tangan saya menelusuri payudaranya. Tangan kiriku berusaha untuk meraba payudara cewe yang lainnya dan saya mendapatkan respon yang sama. Akhirnya setelah saya merasa semua kegiatan saya mereka biarkan, saya mulai berani untuk menggarap mereka satu persatu. Mereka pun tidak menolak bahkan senang. Saat itu saya menganggap diri saya sendiri sebagai seorang raja yang dilayani oleh selir-selir terbaik di kerajaan saya. ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Bersambung . . .
Berbagi ke Twitter
Berbagi ke Facebook